كتاب الصيام
وشرائط وجوب الصيام أربعة
أشياء: الإسلام والبلوغ والعقل والقدرة على الصوم.
وفرائض الصوم أربعة أشياء:
النية والإمساك عن الأكل والشرب والجماع وتعمد القيء.
والذي يفطر به الصائم عشرة
أشياء: ما وصل عمدا إلى الجوف والرأس والحقنة في أحد السبيلين والقيء عمدا والوطء عمدا
في الفرج والإنزال عن مباشرة والحيض والنفاس والجنون والردة.
ويستحب في الصوم ثلاثة أشياء:
تعجيل الفطر وتأخير السحور وترك الهجر من الكلام.
ويحرم صيام خمسة أيام: العيدان
وأيام التشريق الثلاثة.
ويكره صوم يوم الشك إلا
أن يوافق عادة له.
ومن وطئ في نهار رمضان عامدا
في الفرج فعليه القضاء والكفارة وهي: عتق رقبة مؤمنة فإن لم يجد فصيام شهرين متتابعين
فإن لم يستطع فإطعام ستين مسكينا لكل مسكين مد.
ومن مات وعليه صيام من رمضان
أطعم عنه لكل يوم مد.
والشيخ إن عجز عن الصوم
يفطر ويطعم عن كل يوم مدا. والحامل والمرضع إن خافتا على أنفسهما: أفطرتا وعليهما القضاء
وإن خافتا على أولادهما: أفطرتا وعليهما القضاء والكفارة عن كل يوم مد وهو رطل وثلث
بالعراقي والمريض والمسافر سفرا طويلا يفطران ويقضيان.
SYARAT WAJIB
DAN RUKUN PUASA
Syarat wajib
puasa ada empat yaitu Islam, baligh, berakal sehat, mampu berpuasa.
Adapun
fardhu/rukun atau tatacara puasa ada empat yaitu niat, menahan diri dari makan
dan minum, jimak (hubungan intim), sengaja muntah.
YANG
MEMBATALKAN PUASA
Yang
membatalkan puasa ada sepuluh yaitu suatu benda yang sampai dengan sengaja ke
dalam perut dan kepala dan suntik ke salah satu dua jalan (kemaluan depan
belakang), muntah dengan sengaja, hubungan intim (jimak/watik) secara sengaja
di kemaluan wanita, keluar mani (sperma) sebab persentuhan, haid, nifas, gila,
murtad.
YANG
DISUNNAHKAN SAAT PUASA ADA 3
Dan disunnahkan
dalam berpuasa itu 3 hal: (a) Cepet-cepat/bersegera berbuka (ketika waktunya
datang); (b) mengakhirkan sahur; (c) meninggalkan perkaatan keji/buruk.
HARAM PUASA
PADA HARI YANG 5
Haramlah
berpuasa pada hari-hari yang lima, yaitu (a) hari raya dua (Fitri dan Adha);
(b) hari-hari tasyriq yang tiga (tanggal 11, 12, 13 Dzul Hijjah).
Dan dimakruhkan
(makruh tahrim) berpuasa pada hari keraguan (yaitu tanggal 30 Sya'ban, bila
keadaan rukyah masih meragukan), kecuali bila bertepatan dengan hari kebiasaan
bagi dia (berpuasa sunnah).
BERSETUBUH PADA
BULAN RAMADHAN
Barangsiapa
bersetubuh (berhubungan intim) pada siang hari bulan Ramadhan dengan sengaja
pada kemaluan (muka atau belakang) wajiblah ia mengqadha' dan membayar kafarat
(denda) yaitu memerdekakan budak mukmin. Jika tidak ada, wajiblah ia berpuasa 2
bulan berturut-turut. Jika tidak dapat (mengerjakannya) wajiblah ia memberi
makan kepada 60 orang miskin, untuk tiap orang 1 mud (6 ons makanan pokok).
MATI PUNYA
HUTANG PUASA
Barangsiapa
meninggal dunia sedang ia mempunyai tanggungan puasa dari Ramadan, haruslah
dikeluarkan makan atas namanya(kepada orang miskin, oleh walinya dari harta
peninggalannya) untuk tiap hari 1 mud).
ORANG TUA DAN
SAKIT PARAH BOLEH TIDAK PUASA
Orang tua yang
telah lanjut usia (pikun, termasuk juga orang sakit yang tak ada harapan untuk
sembuh) jika tidak kuat berpuasa, boleh berbuka (tidak puasa) dan harus memberi
makan (kepada orang miskin) untuk tiap hari 1 mud.
WANITA HAMIL
YANG TIDAK PUASA
Wanita hamil
dan wanita yang menyusui jika kuatir akan terganggu kesehatan dirinya, boleh
berbuka (tidak puasa) dan wajiblah keduanya mengqadha. Jika keduanya kuatir
akan (terganggu kesehatan) anaknya, boleh berbuka puasa dan wajib mengqadha'
serta membayar kafarat untuk tiap hari 1 mud yaitu 1/2 kati Irak (6 ons).
Orang sakit dan
orang musafir yang bepergian jauh boleh keduanya berbuka dan harus mengqadha'.
(فصل) والاعتكاف سنة مستحبة وله شرطان: النية والبث في المسجد.
ولا يخرج من الاعتكاف المنذور
إلا لحاجة الإنسان أو عذر من حيض أو مرض لا يمكن المقام معه ويبطل بالوطء.
I'TIKAF
I'tikaf
(iktikaf) atau berdiam diri di masjid itu adalah sunnah yang disenangi oleh
Allah. Dan i'tikaf itu mempunyai 2 syarat, yaitu niat dan berdiam di masjid.
Seseorang tidak
boleh keluar dari (masjid ketika menjalankan) i'tikaf yang dinazari kecuali
untuk keperluan manusia (seperti kencing dan berak) atau karena terhalang oleh
haid atau sakit yang tak memungkinkan orang berdiam di masjid Dan batallah
i'tikaf itu sebab persetubuhan (hubungan intim)