Terjemah Kitab Sullamut Taufiq (Sullam Al Taufiq); MAKSIAT MATA; في مَعاصِي العَيْنِ

 


فَصْلٌ : في مَعاصِي العَيْنِ

ومِنْ مَعاصِي العَيْنِ: النَّظَرُ [مِنَ الرِّجالِ] إلى النِّساءِ الأَجْنَبِيّاتِ [بِشَهْوَةٍ مُطْلَقًا، وبِغَيْرِ شَهْوَةٍ إذا كانَ إلى غَيْرِ الوَجْهِ والكَفَّيْنِ، وقِيلَ وبِغَيْرِ شَهْوَةٍ إلَيْهِما إذا كانَ لِغَيْرِ حاجَةٍ كَمُعامَلَةٍ]، وكَذا [يَحْرُمُ] نَظَرُهُنَّ إلَيْهِمْ [ أي نَظَرُ النِّساءِ إلى الرِّجالِ الأجانِبِ مُطْلَقًا إذا كانَ بِشَهْوَةٍ، وإلى ما بَيْنَ السُّرَّةِ والرُّكْبَةِ إذا كانَ بِدُونِ شَهْوَةٍ]؛

و[يَحْرُمُ] نَظَرُ العَوْراتِ [مِنَ الآخَرِينَ مُطْلَقًا لِغَيْرِ حاجَةٍ شَرْعِيَّةٍ]:

فَيَحْرُمُ نَظَرُ الرَّجُلِ إلى شَيْءٍ مِنْ بَدَنِ المَرْأَةِ الأَجْنَبِيَّةِ غَيْرِ الحَلِيلَةِ [سِوَى الوَجْهِ والكَفَّيْنِ، ويَحْرُمُ على غَيْرِ الحَلِيلَةِ نَظَرُ ما بَيْنَ سُرَّةِ الرَّجُلِ ورُكْبَتِهِ]؛ ويَحْرُمُ عليها كَشْفُ شَيْءٍ مِنْ بَدَنِها [سِوَى الوَجْهِ والكَفَّيْنِ] بِحَضْرَةِ مَنْ يَحْرُمُ نَظَرُهُ إلَيْها [أي إلى عَوْرَتِها، وهي ما سِواهُما]،

ويَحْرُمُ عليها وعليه [أي على كُلٍّ مِنَ الرَّجُلِ والمَرْأَةِ] كَشْفُ شَيْءٍ مِمّا بَيْنَ السُّرَّةِ والرُّكْبَةِ بِحَضْرَةِ مُطَّلِعٍ على العَوْراتِ، ولَوْ مَعَ [كَوْنِهِ مِنْ] جِنْسِـ[ـهِ أو جِنْسِها]، غَيْرِ حَلِيلٍ، ويَحْرُمُ عليهما كَشْفُ السَّوْأَتَيْنِ [منه، وما بَيْنَ السُّرَّةِ والرُّكْبَةِ منها]، في الخَلْوَةِ لِغَيْرِ حاجَةٍ، إلّا لِحَلِيلٍ، وحَلَّ مَعَ مَحْرَمِيَّةٍ، أو مَعَ جِنْسِيَّةٍ، أو [إلى] الصَّغِيرِ الَّذِي لا يُشتَهَى [ولو بِلا مَحْرَمِيَّةٍ ولا جِنْسِيَّةٍ]، نَظَرُ ما عَدا ما بَيْنَ السُّرَّةِ والرُّكْبَةِ إذا كانَ بِغَيْرِ شَهْوَةٍ، إلّا [إلى] صَبِيٍّ وصَبِيَّةٍ دُونَ سِنِّ التَّمْيِيزِ فيَحِلُّ نَظَرُهُ [أي كُلِّ جِسْمِهِ]، ما عَدا فَرْجَ الأُنْثَى لِغَيْرِ أُمِّها، [وحَلَّ كلُّ ذٰلك بَيْنَ الرَّجُلِ وزَوْجَتِهِ].

ويَحْرُمُ النَّظَرُ بِاسْتِحْقارٍ إلى مُسْلِمٍ؛ والنَّظَرُ في بَيْتِ الغَيْرِ بِغَيْرِ إذْنِهِ؛ أو [النَّظَرُ] في شَيْءٍ أَخْفاهُ كَذٰلك؛ ومُشاهَدَةُ المُنْكَرِ [بِحُضُورِهِ] إذا لم يُنْكِرْ، أو يُعذَرْ، أو لم يُفارِقْ.

 

Di antara maksiat mata ialah :

1. Laki-laki melihat wanita ajnaby (bukan mahram atau bukan istrinya tanpa penghalang).

2. Wanita melihat laki-laki lain (tanpa penghalang)

3. Melihat aurat (baik sesama jenis laki-laki atau wanita) dan haram bagi laki-laki melihat sesuatu dari badan wanita ajnaby (bukan mahram) selain istrinya.

Keterangan :

Haram melihat aurat, karena pada umumnya melihat aurat dapat menimbulkan fitnah, (yaitu menggerakkan syahwat) oleh karena itu hukum syara’ menutup pintu fitnah tersebut.

Firman Alloh: Katakanlah kepada laki-laki yang mukmin: hendaklah mereka menahan pandangan atau penglihatannya dari kaum wanita dan peliharalah kemaluannya. Yang demikian itu adalah lebih baik atau suci dari mereka, sesungguhnya Aloh Maha Mengetahui apa-apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada kaum wanita yang mukmin hendaklah merekapun hendaklah menahan pandangan atau penglihatannya (dari kaum laki-laki) dan peliharalah kemaluannya dan janganlah mereka menampakkna perhiasannya kecuali yang biasa tampak darinya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suaminya…”(QS. An-Nur 30-31)

Bagi suami diperbolehkan melihat seluruh badan istrinya kecuali melihat farjinya. Melihat farji istrinya hukumnya makruh dan di dalam hadis Nabi Saw disabdakan bahwa melihat lubang farji istri itu dapat menimbulkan kebuataan baik bagi yang melihatnya ataupun bagi anaknya yang akan lahir.

Kecuali dalam pengobatan, bagi yang mengobati diperbolehkan melihat aurat pasiennya sekedar anggota yang diperlukan saja.

4. Haram bagi wanita membuka sesuatu dari anggota badannya di depan laki-laki yang haram melihatnya.

5. Haram bagi laki-laki dan wanita membuka sesuatu dari badannya diantara pusar dan lutut di depan orang yang bisa melihat auratnya, walaupun sama jenisnya (laki-laki dengan laki-laki, wanita dengan wanita) atau mahramnya selain suami atau istrinya.

6. Haram bagi laki-laki atau wanita membuka lubang depan (qubul) atau belakang (dubur) di kamarnya selain karena kebutuhan (misalnya pengobatan, kegerahan, mandi, menjaga pakaian dari kotoran) kecuali bagi suaminya.

7. Diperbolehkan melihat anggota tubuh orang lain selain anggota tubuh yang ada diantara pusar dan lututnya, apabila tanpa terdorong oleh nafsu-syahwatnya, uga yang dilihatnya itu masih mahramnya atau sesame jenisnya dan atau anak kecil yang tidak wajar dicintai. Boleh melihat anggota tubuh orang lain apabila orang yang dilihatnya itu anak kecil yang masih ingusan atau di bawah usia tamyiz (± 5 tahun kebawah = balita). Dalam hal ini pun masih ada yang tidak diperbolehkan, yakni kemaluan atau farjinya jika anak itu perempuan, kecuali bagi ibunya.

8. Haram memandang kepada orang muslim dengan sinis melihat-lihat keadaan rumah orang lain tanpa izin atau barang apa saja yang dirahasiakan oleh yang punyanya tanpa izin pula.

9. Haram menyaksikan perbuatan mungkar (maksiat) apabila tidak mengingkarinya atau tidak karena udzur syara’ (misalnya tidak mampu melenyapkannya) atau tidak bisa meninggalkan tempatnya. Sangat penting mengingkarinya dalam hati apabila melihat perbuatan mungkar tersebut).

 

Daftar isi Terjemah Kitab Sullamut Taufiq (Sullam Al Taufiq)

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama