فصل
تجب الكفارة فإفساد صوم
يوم من رمضان بجماع أثم به بسبب الصوم فلا كفارة على ناس ولا مفسد غير رمضان أو بغير
الجماع ولا مسافر جامع بنية الترخص وكذا بغيرها في الأصح ولا على من ظن الليل فبان
نهارا ولا على من جامع بعد الأكل ناسيا وظن أنه أفطر به وإن كان الأصح بطلان صومه ولا
من زنى ناسيا ولا مسافر أفطر بالزنا مترخصا والكفارة على الزوج عنه وفي قول عنه وعنها
وفي قول عليها كفارة أخرى وتلزم من انفرد برؤية الهلال وجامع في يومه ومن جامع في يومين
لزمه كفارتان وحدوث السفر بعد الجماع لا يسقط الكفارة وكذا المرض على المذهب ويجب معها
قضاء يوم الإفساد على الصحيح وهي عتق رقبة مؤمنة فإن لم يجد فصيام شهرين متتابعين فإن
لم يستطع فإطعام ستين مسكينا فلو عجز عن الجميع استقرت في ذمته في الأظهر فإذا قدر
على خصلة فعلها والأصح أن له العدول عن الصوم إلى الإطعام لشدة الغلمة وأنه لا يجوز
للفقير صرف كفارته إلى عياله.
Kafarat Puasa
Wajib kafarat
karena rusaknya puasa sehari pada bulan Ramadhan disebabkan jima’ berdosa
melakukan jima’ disebabkan puasa.
Tidak ada
kafarat bagi: orang yang lupa; rusaknya puasa di luar bulan Ramadhan; atau
rusak bukan karena jima’; tidak juga bagi musafir yang berjima’ dengan niat
mengambil rukhshoh/keringanan, demikian juga dengan niat selain rukhshoh
menurut pendapat yang lebih benar; tidak juga bagi orang yang menyangka masih malam
padahal ternyata sudah siang; tidak juga bagi orang yang berjima’ setelah makan
karena lupa dan menyangka telah berbuka dengan makan itu meskipun menurut
pendapat yang lebih benar puasanya batal; tidak juga bagi orang yang berzina
karena lupa; tidak juga bagi musafir yang berbuka dengan zina karena mengambil
rukhshah (puasa).
Kafarat itu
wajib bagi suami untuk dirinya sendiri, dan dalam satu qaul: (satu kafarat)
untuk dirinya dan untuk istrinya, dan dalam sebuah qaul: wajib juga kafarat
sendiri bagi istri.
Wajib kafarat
juga bagi orang yang menyendiri dalam melihat hilal, dan dia berjima’ pada hari
puasanya.
Barangsiapa
yang berjima’ pada dua hari (Ramadhan), wajib baginya dua kafarat.
Baru memulai
safar setelah berjima’ tidak menggugurkan kewajiban kafarat, demikian juga baru
sakit (setelah berjima’) menurut pendapat madzhab.
Bersama kafarat
wajib juga baginya untuk mengqadha puasanya yang rusak menurut pendapat yang
shahih.
Kafarat itu:
membebaskan seorang budak; jika tidak mendapatkan budak, maka berpuasa dua bulan
berturut-turut; jika tidak mampu, maka memberi makan enam puluh orang miskin;
jika tidak mampu atas semua hal itu, maka (kafarat itu) tetiap menjadi
tanggungannya menurut pendapat yang lebih jelas, apabila telah mampu melakukan
salah satunya, maka dia lakukan.
Menurut
pendapat yang lebih benar: boleh baginya berpaling dari puasa (dua bulan) ke
memberi makan karena syahwatnya yang besar, dan (yang lebih benar) tidak boleh
bagi orang fakir untuk menyalurkan kafaratnya kepada keluarga (yang menjadi
tanggungannya).