Terjemah Kitab Minhajut Thalibin; Memandikan Jenazah

 


وأقل الغسل تعميم بدنه بعد إزالة النجس ولا تجب نية الغاسل في الأصح فيكفي غرقه أو غسل كافر.

قلت: الصحيح المنصوص وجوب غسل الغريق والله أعلم والأكمل وضعه بموضع خال مستور على لوح ويغسل في قميص بماء بارد ويجلسه الغاسل على المغتسل مائلا إلى ورائه ويضع يمينه على كتفه وإبهامه في نقرة قفاه ويسند ظهره إلى ركبته اليمنى ويمر يساره على بطنه إمرارا بليغا ليخرج ما فيه ثم يضجعه لقفاه ويغسل بيساره وعليها خرقة سوأتية ثم يلف أخرى ويدخل أصبعه فمه ويمرها على أسنانه ويزيل ما في منخريه من أذى ويوضئه كالحي ثم يغسل رأسه ثم لحيته بسدر ونحوه ويسرحهما بمشط واسع الأسنان برفق ويرد المنتف إليه ويغسل شقه الأيمن ثم الأيسر ثم يحرفه إلى شقه الأيسر فيغسل شقه الأيمن مما يلي القفا والظهر إلى القدم ثم يحرفه إلى شقه الأيمن فيغسل الأيسر كذلك فهذه غسلة ويستحب ثانية وثالثة وأن يستعان في الأولى بسدر أو خطمى ثم يصب ماء قراح من فرقه إلى قدمه بعد زوال السدر وأن يجعل في كل غسلة قليل كافور ولو خرج بعده نجس وجب إزالته فقط وقيل: مع الغسل إن خرج من الفرج وقيل: الوضوء ويغسل الرجل الرجل والمرأة المرأة ويغسل أمته وزوجته وهي زوجها ويلفان خرقة ولا مس فإن لم يحضر إلا أجنبي أو أجنبية يمم في الأصح وأولى الرجال به أولا لهم بالصلاة وبها قراباتها ويقدمن على زوج في الأصح وأولاهن ذات محرمية ثم الأجنبية ثم رجال القرابة كترتيب صلاتهم.

قلت: إلا ابن العم ونحوه فكالأجنبي والله أعلم ويقدم عليهم الزوج في الأصح ولا يقرب المحرم طيبا ولا يؤخذ شعره وظفره وتطيب المحدة في الأصح والجديد أنه لا يكره في غير المحرم أخذ ظفره وشعر إبطه وعانته وشاربه. قلت: الأظهر كراهته. والله أعلم

 

Memandikan Jenazah

Minimal memandikan: meratakan (air) ke seluruh badannya setelah menghilangkan najis. Orang yang memandikan tidak wajib berniat menurut pendapat yang lebih benar. Maka mencukupi (dalam memandikan) dengan ditenggelamkan atau dimandikan oleh orang kafir. Pendapatku: menurut pendapat yang shahih yang dinashkan: wajib memandikan orang yang tenggelam, wallahu a’lam. Lebih sempurnanya: jenazah diletakkan di tempat yang sepi, tertutup tabir, (diletakkan) di atas papan, dimandikan dengan memakai baju menggunakan air dingin, orang yang memandikan mendudukkannya di atas tempat mandinya dalam posisi agak miring ke belakang, dia letakkan tangan kanannya di atas bahu jenazah dan jempolnya di lubang tengkuk, dia sandarkan punggung jenazah ke lutut kanannya, dia jalankan tangan kirinya di perut jenazah dengan sungguh-sungguh agar keluar kotoran di dalam perut jenazah, kemudian dia baringkan jenazah dengan tengkuknya dan dia basuh dua aurat (qubul dan dubur) jenazah menggunakan tangan kiri yang diselubungi sobekan kain, kemudian dia selubungi tangan kiri dengan sobekan kain yang lain, dan dia masukkan jarinya ke mulut jenazah dan dia jalankan di gigi-giginya, dia hilangkan kotoran yang ada di lubang hidung jenazah, dia wudhukan jenazah seperti orang hidup, kemudian dia basuh kepala jenazah kemudian jenggotnya dengan bidara atau yang sejenisnya, kemudian dia sisir rambut dan jenggotnya dengan lembut menggunakan sisir yang giginya lebar, kemudian dia kembalikan rambut yang tercabut. Dan dia basuh sisi kanan kemudian kiri, kemudian dia miringkan jenazah ke sisi kiri kemudian dia basuh sisi kanan yang sebidang dengan tengkuk dan punggung sampai kaki, kemudian dia miringkan jenazah ke sisi kanan kemudian dia basuh sisi kiri seperti itu juga, maka ini adalah satu basuhan mandi.

Dan disunnahkan basuhan kedua dan ketiga, pada basuhan pertama menggunakan bidara atau khithmiy kemudian disiram air bersih/murni dari rambut sampai kaki setelah hilangnya bidara, dan pada setiap basuhan dicampur sedikit kapur barus. Seandainya sesudah itu keluar najis, maka wajib menghilangkan najisnya saja; dan dikatakan: dengan mandi lagi jika keluar dari farji; dan dikatakan: dengan wudhu.

Laki-laki memandikan jenazah laki-laki, perempuan memandikan jenazah perempuan. Laki-laki memandikan budak perempuannya dan isrtnya, perempuan memandikan suaminya, tangannya diselubungi sobekan kain dan tidak menyentuh jenazah.

Seandainya di situ tidak ada orang selain ajnabi lawan jenis (orang lain, bukan mahram), maka jenazah ditayamumkan menurut pendapat yang lebih benar. Laki-laki yang paling berhak (memandikan) bagi jenazah laki-laki: yang paling berhak untuk mensholat; dan bagi jenazah perempuan: kerabat perempuan, kerabat perempuan didahulukan daripada suami menurut pendapat yang lebih benar, dan kerabat perempuan tersebut yang paling berhak: yang punya hubungan mahram, kemudian perempuan ajnabi, kemudian laki-laki kerabatnya seperti urutan yang paling berhak mensholat.

 

Pendapatku: kecuali anak laki-laki dari paman dan sejenisnya, maka dia seperti ajnabi, wallahu a’lam.

Dan suami didahulukan atas mereka (kerabat laki-laki). Jenazah orang yang sedang ihram tidak diberi wangi-wangian, tidak diambil rambut dan kukunya; jenazah wanita yang sedang dalam masa iddah tetiap diberi wewangian menurut pendapat yang lebih benar. Menurut qaul jadid: tidak makruh memotong kuku jenazah, rambut ketak, rambut di bagian bawah perut dan kumisnya. Pendapatku: menurut pendapat yang lebih jelas: makruh, wallahu a’lam.

 

Daftar isi terjemah Kitab Minhajut Thalibin


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama