Terjemah Kitab Minhajut Thalibin; Shalat Jama'

 


فصل

يجوز الجمع بين الظهر والعصر تقديما وتأخيرا والمغرب والعشاء كذلك في السفر الطويل وكذا القصير في قول فإن كان سائرا وقت الأولى فتأخيرها أفضل وإلا فعكسه. وشروط التقديم ثلاثة البداءة لأولى فلو صلاهما فبان فسادها فسدت الثانية ونية الجمع ومحلها أول الأولى وتجوز في أثنائها في الأظهر والموالاة بأن لا يطول بينهما فصل فإن طال ولو بعذر وجب تأخير الثانية إلى وقتها ولا يضر فصل يسير ويعرف طوله بالعرف وللمتيمم الجمع على الصحيح ولا يضر تخلل طلب خفيف ولو مع ثم علم ترك ركن من الأولى بطلتا ويعيدهما جامعا أو من الثانية فإن لم يطل تدارك وإلا فباطلة ولا جمع ولو جهل أعادهما لوقتيهما وإذا أخر الأولى لم يجب الترتيب والموالاة ونية الجمع على الصحيح ويجب كون التأخير بنية الجمع وإلا فيعصى وتكون قضاء ولو جمع تقديما فصار بين الصلاتين مقيما بطل الجمع وفي الثانية وبعدها لا يبطل في الأصح أو تأخيرا فأقام بعد فراغها لم يؤثر وقبله يجعل الأولى قضاء ويجوز الجمع بالمطر تقديما والجديد منعه تأخيرا وشرط التقديم وجوده أولها والأصح اشتراطه عند سلام الأولى والثلج والبرد كمطران ذابا والأظهر تخصيص الرخصة بالمصلي جماعة بمسجد بعيد يتأذى بالمطر في طريقه.

 

Shalat Jamak

Boleh menjama’ shalat Dhuhur dan Ashar, taqdim maupun ta’khir; demikian juga (boleh) shalat Maghrib dan Isya’ ketika bepergian jauh; demikian juga bepergian dekat dalam sebuah qaul/pendapat.

Jika dia dalam keaadaan berjalan pada waktu shalat yang pertama, maka ta’khir lebih utama; jika tidak (berjalan), maka sebaliknya.

 

Syarat-syarat taqdim ada tiga:

1. Memulai dengan shalat pertama. Seandainya dia sudah menyelesaikan kedua shalat itu, kemudian jelas rusak/batal shalat yang pertama, maka shalat kedua ikut rusak.

2. Niat menjama’. Tempatnya di awal shalat pertama, boleh juga saat sedang shalat pertama menurut pendapat yang lebih jelas.

3. Berturut-turut. Di antara kedua shalat itu tidak terpisah lama. Jika terpisah lama meskipun karena udzur, maka wajib mengakhirkan shalat kedua sampai masuk waktunya. Tidak mengapa terpisah waktu sebentar. Lama atau sebentar ini berdasarkan adat/kebiasaan.

Seandainya dia sudah selesai menjama’ shalat, kemudian dia tahu telah meninggalkan rukun pada shalat yang pertama, maka batal kedua shalatnya dan dia mengulang keduanya dengan jama’ (jika mau). Atau (meninggalkan rukun) pada shalat kedua, jika jaraknya baru sebentar, maka dia susulkan; jika sudah lama, maka batal shalat yang kedua dan tidak menjama’; atau dia tidak tahu, maka dia mengulang keduanya pada waktunya masing-masing.

Apabila mengakhirkan shalat pertama (ta’khir), maka tidak wajib urut, berturut-turut dan niat jama’ (pada shalat pertama) menurut pendapat yang shahih. Dalam keadaan menta’khir, wajib berniat menjama’, jika tidak berniat menjama’, maka dia bermaksiat dan shalatnya menjadi qadha.

Seandainya dia manjama’ taqdim, kemudian saat di antara dua shalat itu dia menjadi muqim/menetiap, maka batal jama’nya. (Apabila menjadi muqim) pada saat shalat kedua atau sesudahnya, tidak batal menurut pendapat yang lebih benar. Atau dia jama’ ta’khir, kemudian menjadi muqim setelah selesai kedua shalat itu, maka tidak apa-apa; atau sebelum selesai, maka shalat pertama menjadi qadha.

 

Boleh menjama’ taqdim karena hujan; menurut qaul jadid: tidak boleh ta’khir. Syarat menjama’ taqdim: adanya hujan pada awal kedua shalat. Menurut pendapat yang lebih benar: disyaratkan (pula) hujan ketika salam shalat pertama. Salju dan es dihukumi seperti hujan jika mencair. Menurut pendapat yang lebih jelas: rukhshah/keringanan ini khusus untuk orang yang shalat jama’ah di masjid yang jauh di mana dia terganggu hujan dalam perjalanannya.

 

Daftar isi terjemah Kitab Minhajut Thalibin


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama