Terjemah Kitab Minhajut Thalibin; KITAB THAHARAH

 


Air dan Bejana

كتاب الطهارة

قال الله تعالى: {وَأَنْزَلْنَا مِنَ السَّمَاءِ مَاءً طَهُوراً}  يشترط لرفع الحدث والنجس ماء مطلق وهو ما يقع عليه اسم ماء بلا قيد فالمتغير بمستغنى عنه كزعفران تغيرا يمنع إطلاق اسم الماء غير طهور ولا يضر تغير لا يمنع الاسم ولا متغير بمكث وطين وطحلب وما في مقره وممره وكذا متغير بمجاور كعود ودهن أو بتراب طرح فيه في الأظهر ويكره المشمس والمستعمل في فرض الطهارة قيل: ونفلها غير طهور في الجديد فإن جمع قلتين فطهور في الأصح ولا تنجس قلتا الماء بملاقاة نجس فإن غيره فنجس فإن زال تغيره بنفسه أو بماء طهر أو بمسك وزعفران فلا وكذا تراب وخف في الأظهر ودونهما ينجس بالملاقاة فإن بلغهما بماء ولا تغير به فطهور فلو كوثر بإيراد طهور فلم يبلغهما لم يطهر وقيل: طاهر لا طهور ويستثنى ميتة لا دم لها سائل فلا تنجس مائعا على المشهور وكذا في قول نجس لا يدركه طرف. سورة الفرقان، آية:.

قلت: ذا القول أظهر والله أعلم والجاري كراكد وفي القديم لا ينجس بلا تغير والقلتان خمسمائة رطل بغدادي تقريبا في الأصح والتغير المؤثر بطاهر أو نجس طعم أو لون أو ريح ولو اشتبه ماء طاهر بنجس اجتهد وتطهر بما ظن طهارته وقيل: إن قدر على طاهر بيقين فلا والأعمى كبصير في الأظهر أو ماء وبول لم يجتهد على الصحيح بل يخلطان ثم يتيمم أو ماء ورد توضأ بكل مرة وقيل: له الاجتهاد وإذا استعمل ما ظنه أراق الآخر فإن تركه وتغير ظنه لم يعمل بالثاني على النص بل يتيمم بلا إعادة في الأصح ولو أخبره بتنجسه مقبول الرواية وبين السبب أو كان فقيها موافقا اعتمده ويحل استعمال كل إناء طاهر إلا ذهبا وفضة فيحرم وكذا اتخاذه في الأصح ويحل المموه في الأصح والنفيس كياقوت في الأظهر وما ضبب بذهب أو فضة ضبة كبيرة لزينة حرم أو صغيرة بقدر الحاجة فلا أو صغيرة لزينة أو كبيرة لحاجة جاز في الأصح وضبة موضع الاستعمال كغيره في الأصح.

قلت: المذهب تحريم ضبة الذهب مطلقا والله أعلم.

 

Air dan Bejana

 Allah ta’ala berfrman: Dan Kami turunkan dari langit air yang suci. (QS. Al Furqan: ). Disyaratkan untuk menghilangkan hadats dan najis: Air mutlak, yaitu: yang bisa dinamakan air tanpa batasan. Maka air yang berubah karena tercampur sesuatu yang tidak dibutuhkan, seperti kunyit, hingga perubahan itu menjadikannya tidak bisa dinamakan air secara mutlak, maka dia tidak mensucikan. Tidak mengapa perubahan yang tidak menghilangkan nama air mutlak, demikian juga perubahan karena air diam, karena lumpur, lumut, sesuatu dari wadahnya atau tempat mengalirnya, demikian juga yang berubah karena sesuatu yang tidak tercampur dengan air, seperti kayu dan minyak, atau tanah yang dijatuhkan padanya menurut pendapat yang lebih jelas.

Dimakruhkan air musyammas (yang dipanaskan oleh matahari).

Air musta’mal (bekas dipakai) untuk fardhunya bersuci, dikatakan: dan sunnahnya, tidak mensucikan menurut qaul jadid. Jika air musta’mal terkumpul sebanyak dua qullah, maka jadi mensucikan menurut pendapat yang lebih benar.

Air dua qullah tidak menjadi najis karena terkena najis. Jika najis itu menjadikan air berubah, maka air itu najis. Jika perubahan itu hilang dengan sendirinya atau dengan ditambahkan air, maka air itu jadi suci; jika dengan ditambahkan kunyit atau misk (kasturi) maka air itu tidak menjadi suci; tidak jadi suci juga jika ditambahkan tanah atau batu kapur menurut pendapat yang lebih jelas. Air yang kurang dari dua qullah jadi najis apabila terkena najis. Jika ditambahkan air sampai menjadi dua qullah, dan air itu tidak berubah, maka air itu jadi suci. Jika air najis ditambahi air dengan maksud untuk mensucikannya, akan tetapi tidak mencapai dua qullah, maka air itu tidak menjadi suci; dan dikatakan: suci tiapi tidak mensucikan.

Dikecualikan: bangkai hewan yang tidak punya darah yang mengalir, maka tidak menajiskan benda cair menurut pendapat yang masyhur. Demikian juga dalam sebuah qaul/pendapat: najis yang tidak tampak mata.

Pendapatku: qaul/pendapat itulah yang lebih jelas, wallahu a’lam.

Air yang mengalir hukumnya seperti air diam, dalam qaul qadim: tidak najis jika tidak berubah. Dua qullah adalah: kurang lebih lima ratus rithl Baghdad, menurut pendapat yang lebih benar.

Yang dimaksud dengan perubahan yang berpengaruh, disebabkan benda suci ataupun najis: berubah rasa atau bau atau warnanya.

Jika samar-samar (tidak jelas):

Antara air suci dengan air najis, dia berijthad dan bersuci menggunakan air yang dia sangka suci (dengan ijthad), dan dikatakan: jika dia mampu mendapatkan air suci yang yakin, maka tidak boleh berijthad. Orang buta hukumnya seperti orang yang bisa melihat.

Antara air dan kencing, tidak usah berijthad menurut pendapat yang shahih, bahkan keduanya telah bercampur kemudian hendaknya bertayamum.

Antara air dengan air mawar, maka dia berwudhu dengan masing-masing air sekali wudhu. Dan dikatakan: dia boleh berijthad.

Jika dia telah mengamalkan ijthadnya, maka (sunnah) dia tumpahkan air yang lain. Jika dia tidak menumpahkannya, kemudian ijthadnya berubah, maka dia tidak mengamalkan ijthad yang kedua menurut nash. Akan tetapi dia bertayamum tanpa harus mengulangi sholat menurut pendapat yang lebih benar.

Seandainya orang yang diterima riwayatnya mengabarkan kepadanya bahwa air itu najis, dan menjelaskan sebabnya, atau jika orang itu adalah faqih yang sepaham, maka dia berpegang pada kabar itu.

Halal menggunakan seluruh bejana (wadah air) yang suci, kecuali emas dan perak keduanya haram, demikian juga haram memilikinya menurut pendapat yang lebih benar.

 

Halal bejana sepuhan menurut pendapat yang lebih benar, juga bejana dari bahan mulia seperti yaqut menurut pendapat yang lebih jelas.

Bejana yang disambung/disatukan dengan emas atau perak dalam jumlah besar untuk perhiasan, maka dia haram dipakai; atau potongan kecil sekedar kebutuhan, maka tidak haram. Atau potongan kecil untuk perhiasan atau potongan besar karena kebutuhan, maka boleh menurut pendapat yang lebih benar.

Sambungan pada wadah lain hukumnya seperti apa yang sudah disebutkan tadi, menurut pendapat yang lebih benar.

Pendapatku: pendapat madzhab: haram sambungan dari emas secara mutlak, wallahu a’lam.

 

Penyebab Hadas (Kecil)

باب أسباب الحدث

هي أربعة: أحدها: خروج شيء من قبله أو دبره إلا المنى ولو انسد مخرجه وانفتح تحت معدته فخرج المعتاد نقض وكذا نادر كدود في الأظهر أو فوقها وهو منسد أو تحتها وهو منفتح فلا في الأظهر الثاني: زوال العقل إلا نوم ممكن مقعده الثالث: التقاء بشرتي الرجل والمرأة إلا محرما في الأظهر والملموس كلامس في الأظهر ولا تنقض صغيرة وشعر وسن وظفر في الأصح الرابع: مس قبل الآدمي ببطن الكف وكذا في الجديد حلقة دبره

إلا فرج بهيمة وينقض فرج الميت والصغير ومحل الجب والذكر الأشل وباليد الشلاء في الأصح ولا ينقض رأس الأصابع وما بينها ويحرم بالحدث الصلاة والطواف وحمل المصحف ومس ورقه وكذا جلده على الصحيح وخريطة وصندوق فيهما مصحف وما كتب لدرس قرآن كلوح في الأصح والأصح حل حمله في أمتعة وتفسير ودنانير لا قلب ورقه بعود وأن الصبي المحدث لا يمنع.

قلت: الأصح حل قلب ورقه بعود وبه قطع العراقيون والله أعلم ومن تيقن طهرا أو حدثا وشك في ضده عمل بيقينه فلو تيقنهما وجهل السابق فضد ما قبلهما في الأصح.

 

 

Penyebab Hadats (Kecil)

Penyebab hadats (kecil) ada empat:

1. Keluarnya sesuatu dari qubul(kemaluan) atau dubur, kecuali mani.

Seandainya tertutup tempat keluar yang biasa (qubul dan dubur) dan ada (bagian) yang terbuka di bawah pusar kemudian keluar kotoran yang biasa darinya, maka batal (kesuciannya); demikian juga

kotoran yang tidak biasa, seperti cacing, menurut pendapat yang lebih jelas. Atau jika ada (bagian) yang terbuka di pusar dan di atasnya, sedangkan qubul dan dubur tertutup, atau (qubul dan dubur) ada di

bawah pusar dalam keadaan terbuka, maka tidak batal menurut pendapat yang lebih jelas.

2. ilangnya akal, kecuali tidur duduk yang tetiap tempat duduknya.

3. Persentuhan kulit laki-laki dan perempuan, kecuali mahram menurut pendapat yang lebih jelas. Orang yang disentuh hukumnya sama dengan yang menyentuh menurut pendapat yang lebih jelas.

Tidak membatalkan: anak kecil, rambut, gigi, kuku, menurut pendapat yang lebih benar.

4. Menyentuh qubul manusia dengan telapak tangan bagian dalam.

Demikian pula, dalam qaul jadid: (menyentuh) lingkaran dubur; tidak batal (menyentuh) kemaluan binatang. Batal juga karena menyentuh kemaluan mayit dan anak kecil, tempat pengebirian, kemaluan yang

impoten, dan menyentuh dengan tangan mayit menurut pendapat yang lebih benar. Tidak membatalkan ujung jari-jari dan yang di antara jari-jari. Haram bagi orang yang berhadats: sholat, thowaf, membawa mushaf, menyentuh lembaran mushaf, demikian pula sampul mushaf menurut pendapat yang shahih; kantong dan kotak yang isinya mushaf, dan apa-apa yang ditulis untuk pembelajaran Al Qur’an seperti papan menurut pendapat yang lebih benar. Menurut pendapat yang lebih benar, halal membawa Al Qur’an dalam berbagai perkakas, tafsir, uang; tidak halal memindahkan lembaran mushaf menggunakan sebatang kayu; anak kecil yang berhadats tidak dilarang.

Pendapatku: halal memindahkan lembaran mushaf menggunakan sebatang kayu, pendapat ini dinyatakan oleh ulama’ iraqiyyun, wallahu a’lam.

Barang siapa yang telah yakin bahwa dirinya suci, atau bahwa dirinya berhadats, kemudian merasa ragu tentang keadaan sebaliknya, maka dia mengamalkan apa yang diyakininya. Seandainya dia yakin suci atau yakin berhadats, tetapi lupa keadaan sebelumnya, maka dia memilih keadaan sebaliknya menurut pendapat yang lebih benar.

 

Daftar isi terjemah Kitab Minhajut Thalibin


Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama