Terjemah Kitab Fathul Muin; SHOLAT QASHAR DAN JAMAK



SHOLAT QASHAR DAN JAMAK

 

تتمة) يجوز لمسافر سفرا طويلا قصر رباعية، مؤداة، وفائتة سفر قصر فيه، وجمع العصرين والمغربين تقديما وتأخيرا، بفراق سور خاص ببلد سفر، وإن احتوى على خراب ومزارع. ولو جمع قريتين، فلا يشترط مجاوزته، بل لكل حكمه، فبنيان وإن تخلله خراب أو نهر أو ميدان. ولا يشترط مجاوزة بساتين وإن حوطت واتصلت بالبلد، والقريتان إن اتصلتا عرفا كقرية، وإن اختلفتا اسما،

 فلو انفصلتا - ولو يسيرا - كفى مجاوزة قرية المسافر، لا لمسافر لم يبلغ سفره مسيرة يوم وليلة بسير الاثقال مع النزول المعتاد لنحو استراحة وأكل وصلاة، ولا لآبق، ومسافر عليه دين حال قادر عليه من غير إذن دائنه، ولا لمن سافر لمجرد رؤية البلاد - على الاصح -. وينتهي السفر بعوده إلى وطنه، وإن كان مارا به، أو إلى موضع آخر، ونوى إقامته به مطلقا، أو أربعة أيام صحاح، أو علم أن إربه لا ينقضي فيها، ثم إن كان يرجو حصوله كل وقت: قصر ثمانية عشر يوما.

 

 

 

SHOLAT QASHAR DAN JAMAK

 

 Penyempurnaan:

Boleh bagi orang yang bepergian jauh melakukan sholat gashar terhadap sholat fardu ada’ yang berakaat empat, dan sholat-sholat kadha dalam perjalanan yang diqashar dalam perjalanan itu. Begitu juga boleh menjamak takdim sholat Zhuhur-Ashar dan Magrib-Isyak: atau dengan jamak takhir.

 

(Qashar dan jamak tersebut) boleh dilakukan setelah seseorang keluar dari batas desanya yang khusus, sekalipun di situ terdapat tanah-tanah gersang atau sawah ladang. Jika batas tersebut mengumpulkan dua desa, maka tidak disyaratkan harus melewatinya, tetapi masing-masing desa dihukumi sendiri-sendiri. Atau setelah melewati tugu tapal batas desa, sekalipun di tengah-tengah dengan bumi gersang (rusak), sungai atau alun-alun.

 Tidak disyaratkan harus melewati perkebunan, sekalipun mengitari atau bersambung dengan balad.

Dua desa yang menurut penilaan umum masih bersambung, dianggap sebagai satu desa, sekalipun namanya berlainan: Kalau sudah berpisah, sekalipun hanya sedikit, maka cukuplah musafir melewati desanya sendiri.

(Jamak dan gashar) tidak boleh dilakukan oleh musafir yang menempuh perjalanan, yang jaraknya kurang (tidak sampai) memakan waktu perjalanan sehari-semalam, dengan ukuran perjalanan membawa muatan (beban), juga menghitung waktu istirahatnya secara wajar, misalnya sekadar Istirahat, makan dan sholat

Begitu juga tidak boleh bagi budak yang melarikan diri dari tugasnya (Sayid), musafir pengutang yang mampu melunasi utangnya, di mana perginya tanpa mendapat ijin dari pihak pemiutang: demikian pula tidak boleh bagi orang musafir yang perginya semata-mata ingin melihat negara, demikian menurut pendapat Al-Ashah.

Bepergian dianggap sudah berakhir, dengan sekembali musafir di tanah kelahirannya -sekalipun hanya lewat saja-, atau sampai di tempat tujuan lain dan berniat bermukim di sana dalam waktu tidak tertentu atau selama 4 hari penuh, atau dia mengetahui, bahwa di tempat tersebut kebutuhannya dapat terpenuhi dalam waktu 4 hari.

Karena itu, jika masih mengharap tujuannya akan berhasil sewaktu-waktu, maka dia boleh menggashar sholat selama 18 hari.

Baca juga: Pasal Tentang Adzan Dan Iqamah


Syarat-syarat Qashar

 

  وشرط لقصر نية قصر في تحرم، وعدم اقتداء - ولو لحظة - بمتم ولو مسافرا وتحرز عن منافيها دواما، ودوام سفره في جميع صلاته،

 

Syarat-syarat Qashar  Disyaratkan untuk gashar sholat:Niat gashar di waktu takbiratul ihram.

Tidak bermakmum -sekalipun hanya sebentarkepada orang yang tidak menggashar sholatnya, sekalipun imam ini adalah juga musafir statusnya. Selama dalam sholatnya, terhindar dari hal-hal yang membatalkan niat gashar. Selama sholat, masih dalam keadaan bepergian (masih berstatus musafir).

 

 

Syarat-syarat Jamak Taqdim

 

ولجمع تقديم، نية جمع في الاولى - ولو مع التحلل منها - وترتيب، وولاء عرفا، فلا يضر فصل يسير بأن كان دون قدر ركعتين،

 

Syarat-syarat Jamak Takdim Disyaratkan untuk pelaksanaan jamak takdim: Niat jamak di sholat pertama, sekalipun berada di tengahtengah sholat tersebut. Pelaksariaannya sholat secara tertib. Muwalah (sambung-menyambung antara sholat pertama dengan sholat kedua) menurut penilaian umum. Karena itu, tidaklah menjadi masalah, jika antara dua sholat tersebut terpisah sebentar.

 

Syarat-syarat Jamak Takhir

 

 

ولتأخير نية جمع في وقت الاولى ما بقي قدر ركعة، وبقاء سفر إلى آخر الثانية.

 

Syarat-syarat Jamak Takhir  Disyaratkan untuk jamak ta’khir: Niat jamak pada waktu sholat pertama, sampai waktu tersebut masih cukup untuk mengerjakan satu rakaat. Masih dalam bepergian hingga akhir sholat yang kedua.

 

Menjamak Sholat Sebab Sakit

 

 

فرع) يجوز الجمع بالمرض تقديما وتأخيرا - على المختار - ويراعي الارفق، فإن كان يزداد مرضه - كأن كان يحم مثلا وقت الثانية قدمها بشروط جمع التقديم، أو وقت الاولى أخرها بنية الجمع في وقت الاولى. وضبط جمع متأخرون المرض هنا بأنه ما يشق معه فعل كل فرض في وقته، كمشقة المشي في المطر، بحيث تبتل ثيابه. وقال آخرون: لا بد من مشقة ظاهرة زيادة على ذلك، بحيث تبيح الجلوس في الفرض. وهو الاوجه.

 

 Cabang:

Boleh -menurut pendapat yang dipilihmenjamak sholat, baik takdim atau ta’khir sebab sakit. Dalam pelaksanaannya, hendaknya orang yang sakit memilih, mana yang dirasa lebih ringan. Jika penyakitnya selalu kambuh di waktu sholat kedua umpama, ia hendaknya melakukan jamak takdim dengan syarat-syaratnya di atas, Kalau kambuhnya di waktu sholat pertama, maka hendaknya dia mengerjakan sholat dengan jamak ta’khir, dengan niat jamak di waktu sholat pertama.

Segolongan ulama Mutaakhirin memberi batasan “arti sakit” di sini: Sakit yang sampai memayahkan untuk mengerjakan setiap fardu pada waktunya, sebagaimana kepayahan berjalan di waktu hujan, yaitu sekira hujan dapat membasahi pakaian.

 Ulama-ulama lain berpendapat: Meski harus ada tambahan masyagat yang jelas di atas masyagat yang telah dituturkan, yaitu sekira dengan keadaan seperti itu seseorang diperbolehkan sholat dengan duduk. Pendapat inilah yang Aujah.

 

خاتمة) قال شيخنا في شرح المنهاج: من أدى عبادة مختلفا في صحتها من غير تقليد للقائل بها، لزمه إعادتها، لان إقدامه على فعلها عبث.

 

 

Penutup:

 

Guru kami dalam kitab Syarah Minhaj berkata: Barangsiapa mengerjakan suatu ibadah yang masih diperselisihkan oleh ulama tentang kesahan nya, sedangkan dia tidak bertaklid, terhadap ulama yang memperbolehkannya, maka dia wajib mengulanginya (untuk masalah taklidnya, boleh setelah mengerjakan ibadah itu -pen). Demikian tersebut (wajib mengulanginya), sebab dia berani mengerjakan ibadah itu secara main-main.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama