Terjemah dan Rangkuman Kitab At Tibyan Fi Ulumil Quran; Pendahuluan

 

Terjemah dan Rangkuman Kitab At Tibyan Fi Ulumil Quran

 

Karya Syaikh Muhammad Ali Ash Shobuny

Pengajar di Fakultas Syariah Wa Dirasat Al Islamiyah di Makkah al Mukarromah


BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 2 HIKMAH TURUNNYA AL QURAN BERANGSUR-ANGSUR

BAB 3 ASBABUN NUZUL

BAB 6 KODIFIKASI AL QURAN

BAB 7 TAFSIR DAN PARA AHLI TAFSIR 



Apa yang dimaksud dengan Ulumul al Quran

Definisi Al Quran

Keutamaan Al Quran

Nama-nama Al Quran

Kapan dimulai turunnya al Quran

Awal yang turun dan akhir yang turun

Ayat surat maidah akhir yang turun

Awal yang turun tentang perang, arak dan makanan

 

 

 

BAB 1

PENDAHULUAN

 

Ilmu tafsir menuntut kita agar memperhatikan ulumul al Quran, dan agar kita mengetahui apa yang ada di kitab yang mulia ini, berupa perhatian yang tinggi dan usaha yang luas, pembahasan yang lebar, aku curahkan semuanya dalam rangka melayani kitab yang mulia ini di depan para pengajar yang pandai dan ulama besar yang menghabiskan umur mereka untuk menjaga peninggalan mulia ini dari masa turunnya al Quran sampai hari ini. Mereka meninggal dan berada di sisi Allah setelah meninggalkan untuk kita kekayaan keilmuan yang banyak, yang tidak habis makna dan mutiaranya.

Orang-orang yang fasih, ahli balaghoh, ahli hikmah dan ahli syi’ir berlomba-lomba mensifati al Quran serta menulis kebaikan dan keutamaanya, tetapi kita tidak menemukan yang lebih tinggi dan lebih mulia dari nabi pemilik risalah “Muhammad ibn  Abdillah SAW”, beliau bersabda:

“Kitabullah didalamnya ada cerita orang sebelum kalian dan kabar bagi orang setelah kalian, hukum untuk kalian, sesuatu yang pasti dan bukan candaan. Barang siapa meninggalkan al Quran karena kesombongan maka akan dihancurkan Allah. Barang siapa yang mencari petunjuk selain al Quran maka akan di sesatkan Allah. Al Quran adalah tali Allah yang kokoh. Al Quran adalah pengingat yang bijaksana. Al Quran adalah jalan yang lurus. Al Quran tidak bisa goyah oleh nafsu. Al Quran tidak rusak karena banyak diulang. Tidak akan habis keajaiban al Quran. Para jin tidak selesai mendengarkannya sampai mereka berkata: ”Sesungguhnya kami mendengarkan al Quran yang menakjubkan, yang mengajak kepada kebenaran, lalu kami beriman kepadanya.” (QS. Al Jin: 1-2). Barangsiapa yang berkata dengannya, maka dia telah benar. Barangsiapa yang mengamalkan al Quran maka ia mendapat pahala. Barangsiapa yang berhukum  dengan al Quran maka ia akan adil. Barangsiapa mengajak kepada al Quran maka ia di tunjukkan kepada jalan yang lurus. (HR. Imam At Turmudzi, di Bab Keutamaan al Quran).

 

Apa yang dimaksud dengan Ulumul al Quran

Yang di maksud dengan Ulumul Quran adalah pembahasan yang berhubungan dengan kitab mulia yang kekal ini seperti bagaimana turunnya dan kodifikasinya, urutan dan pembukuannya, asbabun nuzulnya, makkiyyah dan madaniyyah, nasikh dan mansukh, muhkam dan mutasyabih, dll.

Tujuan dari pelajaran ini adalah memahami kalam Allah Azza Wa Jalla yang datang dari Rasul SAW berupa menjelasan dan keterangan, yang dinukil dari sahabat dan tabiin ra. tentang tafsir ayat al Quran. Mengetahui sistematika yang digunakan ahli tafsir dan metode mereka dalam tafsir, bersama penjelasan mereka yang masyhur. Mengetahui kekhasan setiap ahli tafsir, syarat syarat tafsir, dan lainnya dari kedalaman ilmu ini.

 

Definisi Al Quran

Al Quran adalah kalam Allah yang bermukjizat, yang diturunkan kepada penutup para nabi dan utusan melalui perantara al amin Jibril as. yang di tulis di mushaf, yang diriwayatkan kepada kita dengan mutawatir, yang dinilai ibadah bagi pembacanya, yang dimulai dengan al Fatihah dan diakhiri dengan surah an Naas. Definisi ini adalah yang di sepakati antara ulama dan ahli ushul.

Allah turunkan al Quran sebagai pedoman bagi ummat, petunjuk bagi makhluk, agar menjadi tanda kebenaran Rasul SAW, tanda yang terang bagi kenabian dan risalahnya, dalil yang tegak sampai hari kiamat, menjadi saksi bahwa ia adalah yang diturunkan Allah yang Maha Bijaksana dan Terpuji, bahkan al Quran adalah mukjizat yang kekal, yang menantang generasi dan ummat sepanjang zaman dan masa.

 

Keutamaan Al Quran

Ada beberapa riwayat tentang keutamaan al Quran dan Ulumul Quran, diantaranya yang berhubungan dengan belajar dan mengajar, tilawah, menghafal Quran dan murajaah. Beberapa ayat di dalam al Quran mengajak orang-orang beriman untuk merenungi al Quran, menerapkan hukum-hukumnya dan mendengarkan dan memperhatikan ketika bacaannya. Berikut beberapa ayat hadits yang mulia.

 

Ayat-ayat yang mulia

Pertama: Allah berfirman: “Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah dan mendirikan sholat dan menafkahkan apa yang kami beri rizki pada mereka secara sembunyi sembunyi dan terang terangan merka mengharap dagangan yang tidak rugi.” (QS. Fathir: 29).

Kedua: Allah berfirman: “Dan jika dibaca al Quran maka dengarkanlah dan perhatikan agar engaku dikasih sayangi.” (QS. Al A’raf: 204)

Ketiga: Allah berfiman: “Maka tidakkah mereka menghayati Al-Qur'an ataukah hati mereka sudah terkunci?” (QS. Muhammad: 24)

 

Hadits-hadits yang mulia

Pertama: Nabi bersabda: “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar al Quran dan mengajarkannya.” (HR. Imam Al Bukhari).

Kedua: Nabi SAW bersabda: “Orang yang pandai al Quran bersama para malaikat yang mulia lagi baik, dan orang yang membaca al Quran dan kesulitan di dalamnya (sulit membaca al Quran karena lisannya) maka ia mendapatkan dua pahala.” (HR. Imam  Muslim).

Ketiga: beliau juga bersabda: “Sebaik ummatku adalah pembawa al Quran.” (HR. Imam At Turmudzi).

Keempat: beliau juga bersabda: “Bacalah al Quran, karena al Quran datang pada hari kiamat sebagai pemberi syafaat bagi pemiliknya. (HR. Imam At Turmudzi).

Kelima: beliau bersabda: “Perumpamaan orang mukmin yang membaca Al Quran seperti buah utrujjah[1], baunya harum dan rasanya enak.” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim).

Keenam: beliau juga bersabda: “Sesungguhnya al Quran ini tempat Allah mendidik, maka belajarlah dari tempat belajarnya selama kalian mampu.” (HR. Muttafaq Alaih).

 

Dan seharusnya bagi orang yang belajar ilmu-ilmu al Quran agar berperilaku sesuai al Quran, berakhlak dengan akhlaq al Quran, dan hendaknya tujuannya adalah ridha Allah dan akhirat, bukan harta dunia. Hendaknya ia mengamalkan kandungan al Quran, agar al Quran menjadi saksi baginya di hari kiamat. Hadits yang mulia: “al Quran adalah saksi bagimu atau atasmu.”

Syaikhul Islam ibn Taimiyyah berkata: “Barang siapa yang tidak membaca al Quran maka ia telah meninggalkan al Quran, dan barang siapa membaca al Quran tetapi tidak merenungi maknanya, maka ia telah meninggalkan al Quran, barang siapa membaca al Quran dan merenunginya tetapi tidak melaksanakan kandungan al Quran maka ia telah meninggalkan al Quran.” Beliau merujuk pada pada firman Allah:  “Dan rasul berkata: Dan Rasul (Muhammad) berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya kaumku telah menjadikan Al-Qur'an ini diabaikan.” (QS. Al Furqon: 30)

 

Nama-nama Al Quran

Al Quran memiliki nama-nama yang mulia, semuanya menunjukkan pada ketinggian derajat dan kedudukannya, dan bahwa al Quran kitab langit yang paling mulia. Maka dinamakan “al Quran”, “al Furqan”, “at Tanzil”,  “az Dzikr”, “al Kitab”, dst. Sebagaimana Allah telah menyifatinya dengan sifat-sifat yang mulia. Diantaranya: “nur”, “huda”, “rahmah”, “syifa”, “mauidzoh”, “aziz”, “mubarok”, “basyir”, “nadzir”, dan seterusnya dari sifat-sifat yang memberi isyarat akan keagungan al Quran dan kesucian al Quran.

 

Alasan penamaan

a.    Adapun penamaannya dengan “al Quran” disebutkan pada beberapa firman Allah: “Qaf, demi al Quran yang mulia.” (QS. Qaf: 1) dan firman Allah: “Sesungguhnya al Quran ini menunjukkan pada yang lebih lurus.” (QS. Al Isra’: 9).

b.    Adapun penamaannya dengan “al Furqon”, maka di firman Allah: “Maha suci dzat yang menurunkan al furqon pada hambanya agar menjadi pengingat pada seluruh alam.” (QS. Al Furqan: 1).

c.     Adapun penamaannya dengan “at Tanzil”, maka dalam firman Allah: “Dan sungguh, (Al-Qur'an) ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan seluruh alam, yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril).” (Asy Syuara: 192-193).

d.    Adapun penamaannya dengan “adz Dzikr”, maka dalam firman Allah: “Sesungguhnya kami telah menurunkan adz dzikr, dan kami akan menjaganya.” (Al Hijr:9).

e.    Adapun menamaan degan kitab maka dalam firman allah: “Ha mim. Demi Kitab (Al-Qur'an) yang jelas. sesungguhnya Kami menurunkannya pada malam yang diberkahi.” (QS. Ad Duhan: 1-3).

Adapun sifat-sifat al Quran telah disebutkan di beberapa ayat, dan sedikit diantara surat-surat yang telah diturunankan tanpa menyebutkan kemuliaan al Quran ini, diantaranya:

Pertama, firman Allah: “Wahai manuasia telah datang kepda kalian tanda dari tuhan kalian dan kami turunkan kepada kalian cahaya yang jelas.” (QS. An Nisa: 174).

Kedua, firman Allah: “Dan kami turunkan dari al Quran sesuatu yang menjadi obat dan rahmat bagi orang orang yang beriman, dan tidak menambah bagi orang-orang yang dzolim kecuali kesengsaraan.” (QS. Al Isra’: 82).

Ketiga, firman Allah: ”Katakanlah, “Al-Qur'an adalah petunjuk dan penyembuh bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).

Keempat, firman Allah: “Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman.” (QS. Yunus: 57).

Al Quran seperti kata “qiraah” adalah masdar dari قرأ قراءة وقرآنا inilah pendapat sebagian ulama sesuai dengan firman Allah: “Sesungguhnya kami yang mengumpulkan dan membacanya, jika kami membacanya maka ikutilah bacaannya.” (QS. Al Qiyamah: 17-18). 

Sebagian ulama berpendapat bahwa kata “al Quran” bukan berasal dari dari قرأ . tapi kata tersebut adalah “isim ‘alam” untuk kitab yang mulia ini, hal tersebut seperti kata “taurah” dan “injil”, demikian ini pendapat Imam Syafi’i.

 

Kapan dimulai turunnya al Quran

Al Quran diturunkan pertama kali pada 17 Ramadhan, 40 tahun setelahi kelahiran nabi Muhammad SAW. ketika Rasulullah SAW beribadah di Gua Hira, turun kepada beliu wahyu melalui Jibril al Amin, lalu ia mendekapkan dadanya dan melepaskannya, -ia melakukan hal tersebut tiga kali- dan Jibril berkata kepada nabi: ”Bacalah”, dan Rasulullah menjawab: “Saya tidak bisa membaca”, maksudnya “Saya tidak mengetahui bacaan”, dan untuk ketiga kalinya Jjibril berkata: “Bacalah dengan nama tuhanmu yang menciptakan, yang menciptakan manusia dari segumpal darah, bacalah dan tuhanmu yang palign mulia, yang mengajar dengan pena, mengajari manusia sesuatu yang tidak ia ketahui.” (QS. Al ‘Alaq: 1-5)

Demikianlah permulaan turunnya wahyu al Quran yang didahului dengan irhas (isyarah dan tanda-tanda) yang menunjukkan akan dekatnya wahyu dan kepastian kenabian bagi rasul yang mulia. Dan di antara dalil ini adalah mimipi yang benar dalam tidur, beliau SAW tidak melihat dalam mimpi kecuali terjadi seperti yang beliau lihat di dalam mimpinya. Diantaranya adalah “kegemaran beliau untuk menyendiri dan bersepi”, yang kemudian beliau menyendiri di Gua Hira, menyembah tuhannya di situ.

 

Riwayat Imam Bukhari

Imam al Bukhari meriwayatkan di dalam shahihnya pada bab “Permulaan Wahyu” yang memberi isyarah akan hal ini dan bagaimana turunnya al Quran. Beliau meriwayatkan dengan sanadnya dari Aisyah ra. Bahwa Aisyah ra. berkata:

“Permulaaan wahyu yang datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah dengan mimpi yang benar dalam tidur. Dan tidaklah Beliau bermimpi kecuali datang seperti cahaya subuh. Kemudian Beliau dianugerahi kecintaan untuk menyendiri, lalu Beliau memilih gua Hiro dan bertahannuts yaitu ‘ibadah di malam hari dalam beberapa waktu lamanya sebelum kemudian kembali kepada keluarganya guna mempersiapkan bekal untuk bertahannuts kembali. Kemudian Beliau menemui Khadijah mempersiapkan bekal. Sampai akhirnya datang Al Haq saat Beliau di gua Hiro, Malaikat datang seraya berkata: Bacalah! Beliau menjawab: Aku tidak bisa membaca. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam menjelaskan: Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: Bacalah! Beliau menjawab: Aku tidak bisa baca. Maka Malaikat itu memegangku dan memelukku sangat kuat kemudian melepaskanku dan berkata lagi: Bacalah!. Beliau menjawab: Aku tidak bisa baca. Malaikat itu memegangku kembali dan memelukku untuk ketiga kalinya dengan sangat kuat lalu melepaskanku, dan berkata lagi: (Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha Pemurah). Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kembali kepada keluarganya dengan membawa kalimat wahyu tadi dalam keadaan gelisah...” (Shahh Al Bukhari, juz 1)

Turunnya al Quran di bulan Ramadhan, Allah berfirman: “Bulan Ramadhan yang diturunkan didalamnya al Quran, sebagai petunjuk bagi manusia, dan penjelasan dari petunjuk dan pembeda.” (QS. Al Baqarah: 185). 

Adapun malaikat yang turun adalah “Jibril”, sebagaimana firman Allah:

“Yang dibawa turun oleh ar-Ruh al-Amin (Jibril), ke dalam hatimu (Muhammad) agar engkau termasuk orang yang memberi peringatan, dengan bahasa Arab yang jelas.” (QS. Asy Syuara: 193-195)

Dan firman Allah: “Katakanlah, “Ruhulkudus (Jibril) menurunkan Al-Qur'an itu dari Tuhanmu dengan kebenaran, untuk meneguhkan (hati) orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang yang berserah diri (kepada Allah).” (QS. An Nahl: 102).

Yang di maksud ar ruh al amin atau ar ruhul al qudus adalah Jibril sesuai kesepakan ahli tafsir, ia adalah kepercayaaan Allah atas wahyunya, ia adalah yang turun dengan membawa wahyu kepada para Nabi SAW.

 

Awal yang turun dan akhir yang turun

Awal yang turun dari al Quran adalah ayat-ayat pertama dari surat al Alaq: “Bacalah dengan nama tuhanmu...” (QS. Al Alaq: 1-5) seperti yang pada hadits Imam Bukhari. Dan ayat yang terakhir turun adalah firman Allah: “Dan takutlah kalian pada hari yang kalian dikembalikan kepada Allah...” (QS. Al Baqarah: 281)

Nabi SAW hidup setelah turunya ayat ini sembilan malam, lalu beliau wafat malam senin hari ketiga dari rabiul awal. Adapun pendapat sebagian ulama, bahwa akhir ayat yang turun dari al Quran adalah firman Allah: “Pada hari ini aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan aku sempurnakan kalian nikmatku, dan aku rela Islam menjadi agama kalian...” (QS. Al Madah:3), ini adalah pendapat yang tidak benar, karena ayat ini turun kepada Rasulullah saat haji wada, saat beliau wuquf di Arafah dan nabi masih hidup setelah ayat ini selama delapan puluh satu hari. Dan sembilan malam sebelum wafatnya beliau turunlah ayat: “Dan takutlah kalian hari…”,  dan ayat ini menjadi ayat terakhir yang turun, bukan ayat pada surah al Maidah. Ini adalah pendapat yang benar, dan wahyu terputus dengan turunnya ayat yang mulia ini,  dan ini adalah akhir hubungan langit dengan bumi, dan Rasulullah menghadap kehadirat Allah Ta’ala setelah turunnya akhir al Quran, setelah menunaikan amanah, dan menyampaikan risalah, dan menunjukkan maunusia pada agama Allah.

 

Ayat surat maidah akhir yang turun

Di antara yang menunjukkan bahwa ayat surat al Maidah turun saat haji wada’ adalah hadits yang diriwayatkan dalam Shahih Bukhori bahwa seorang Yahudi datang kepada Umar Ibn Khattab ra. ia berkata: wahai amirul mu’minin, ada suatu ayat di dalam kitab kalian yang jika ayat tersebut turun kepada kami orang-orang Yahudi, niscaya kami menjadikan hati itu hari raya, lalu Umar berkata: ayat mana yang engkau maksud?  Yahudi berkata: firman Allah: Pada hari ini aku sempurnakan bagi kalian agama kalian dan aku sempurnakan kalian nikmatku, dan aku rela Islam menjadi agama kalian...” lalu Umar berkata: demi Allah, aku mengetahui tempat yang ayat tersebut turun dan waktu yang ayat tersebut turun, ayat ini turun ketika Rasulullah di Arafah pada hari Jumat setelah Ashar, maksudnya ayat tesebut turun pada hari dimana har tersebt adalah hari raya umat Islam yang paling besar, hari itu adalah hari raya di atas hari raya.

 

Peringatan

Imam Suyuthi memaparkan dalam kitabnya “Al Itqon Fi Ulumil Al Quran” sebagian kejanggalan tentang awal yang turun dari al Quran dan akhir yang turun, dan beliau menjawab dengan jawaban yang tegas sebagaimana yang kami ringkas di bawah ini:

Kejanggalan pertama:  bahwa diriwayatkan di dalam dua kitab shahih dari hadits Jabir ibn Abdillah bahwa beliau ditanya: al Quran mana yang diturunkan pertama kali: beliau menjawab: “Wahai orang yang berselimut” (QS. Al Mudatsir: 1), dikatakan kepada  beliau: “Bacalah dengan nama tuhanmu”. (QS. Al Alaq:1), Jabir berkata: aku ceritakan kepada kalian sesuatu yang Rasulullah SAW ceritakan kepada kami, Rasulullah SAW bersabda: “Aku menetap di Gua Hira, ketika telah selesai aku turun dan berada di lembah, lalu aku melihat depan dan belakangku, dari kanan dan kiriku, lalu aku melihat ke langit, ternyata ada Jibril, lalu aku gemeter, lalu aku mendatangi Khodijah, aku memerintah mereka, lalu mereka menyelimutiku, lalu Allah menurunkan: “Wahai orang yang berselimut.” Hadits ini adalah dalil bahwa surat al Mudatsir adalah yang pertama turun dari al Quran, dan imam suyuti memberi jawaban hal tersebut:

Dan hadits ini dijawab dengan beberapa jawaban:

Pertama: bahwa pertanyaannya adalah tentang turunnya surat secara smpurna, maka beliau menjelaskan bahwa surat al Mudatsir turun dengan sempurna sebelum turunnya surat al Alaq, karena surat al Alaq turun permulaannya. Dan pendapat ini dikuatkan oleh riwayat didalam dua kitab shahih dari Jabir Ibn Abdillah bahwa beliau berkata: aku mendengar Rasulullah -dan beliau bercerita tentang senggangnya wahyu- beliau berkata dalam haditsnya: “Ketika aku berjalan, aku mendengar suara dari langit, lalu aku angkat kepalaku, ternyata malaikat yang datang kepadaku di Gua Hira, duduk di atas kursi antara langit dan bumi, lalu aku pulang dan  berkata: selimutilah aku , lalu Allah menurunkan: “Wahai orang yang berselimut”, sabda beliau: “malaikat yang datang kepaku di Hira”, menunjukkan bahwa cerita ini adalah cerita ini setelah cerita tetang Gua Hira yang turun di dalamnya: “Bacalah dengan nama tuhanmu.” lalu Imam Suyuti memaparkan jawaban lain yang tidak perlu disebut.

Kejanggalan kedua: bahwa ayat surat al Maidah yaitu firman Allah: “Pada hari ini aku sempurnakan agama kalian…” menunjukkan bahwa agama telah sempurna, lalu bagimana turun setelah itu ayat-ayat? Dan kami katakan bahwa ayat tersebut adalah akhir dari al Quran.

Jawaban atas hal tesebut adalah: sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama dan menjelaskan kewajiban-kewajiban dan hukum-hukum, menjelaskan halal dan haram, maka umat tidak butuh sesuatu yang telah di jelaskan oleh Allah, sampai menjadi jalan yang terang, dan ini tidak menafikan turunnya sebagian ayat yang mulia yang didalamnya ada pengingat dan peringatan dari siksa Allah.

 

 

 

Awal yang turun tentang perang, arak dan makanan

Pertama: turun ayat beberapa ayat tentang  peperangan, semuanya turun di Madinah, karena orang orang Islam -di Mekkah- dalam keadaan lemah, maka jihad mereka terhadap musuh adalah dengan lisan tidak dengan senjata, dan tidak diperbolehkan bagi mereka memerangi musuh kecuali setelah hijrah, maksudnya setelah orang-orang Islam kuat dan banyak, dan mereka memiliki negara di Madinah al Munawwarah, maka turun ketika itu izin tentang perang, dan awal ayat yang turun tentang perang adalah firaman Allah dalam surat al Hajj:

Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu,  (yaitu) orang-orang yang diusir dari kampung halamannya tanpa alasan yang benar, hanya karena mereka berkata, “Tuhan kami ialah Allah.” Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentu telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadah orang Yahudi dan masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Allah pasti akan menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sungguh, Allah Mahakuat, Mahaperkasa. (QS. Al Hajj: 39-40).

Dan anda melihat di teks yang mulia ini, sesuatu yang menjelaskan hukum di syariatkannya izin perang, maka perang tidak lain untuk menolak kezaliman dan menolak musuh, dan tidak disyariatkan kecuali untuk menolong orang-orang yang di dzalimi dan melawan orang-orang yang durhaka.

 

Kedua: adapun arak, maka turun tentangnya ayat-ayat yang banyak, dan ayat pertama yang turun tentang arak adalah firman Allah di surah al Baqarah: “Mereka menanyakan kepadamu (Muhammad) tentang khamar dan judi. Katakanlah, “Pada keduanya terdapat dosa besar dan beberapa manfaat bagi manusia. Tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya...” (QS. Al Baqarah: 219). Diriwayatkan dari Ibn Umar ra beliau berkata: turun tentang arak tiga ayat, yang pertama adalah: “Mereka bertanya kepadamu tentang arak dan judi…. Dst.”

 

Ketiga: Dan awal yang turun tentang makanan di Mekkah, firman Allah di surat al An’am: Katakanlah, “Tidak kudapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya, kecuali daging hewan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi – karena semua itu kotor – atau hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah. Tetapi barangsiapa terpaksa bukan karena menginginkan dan tidak melebihi (batas darurat) maka sungguh, Tuhanmu Maha Pengampun, Maha Penyayang. (QS. Al An’am: 145)

Ini adalah awal yang hukum dengan sebagian hukum al Quran yang turun, dan ini harus diketahui, agar seorang mengetahui rahasia syariat Islam secara detil, yang memperhatikan kebutuhan dan kebaikan manusia.

 

 

 

 

 

 

 

 



[1] Uttrujjah: Pohonnya tinggi, rindang dan dan buahnya, buahnya seperti buah jeruk yang besar, berwarna kuning keemasan, harum baunya dan berair.

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama