RAWAI’UL BAYAN TAFSIR AYAT AHKAM
KARYA SYAIKH MUHAMMAD ALI ASH SHOBUNI
Daftar Isi : Jilid 2
1. Had dalam Syari'at Islam
2. Menuduh Zina Wanita yang Baik-Baik itu Dosa besar
3. Li'an Antara Suami dan Istri
4. Dibalik Peristiwa Fitnah
5. Tata Krama Masuk Rumah Orang Lain
6. Ayat-Ayat tentang Hijab dan Melihat Lain Jenis
7. Anjuran Kawin dan Menghindari Melacur
8. Minta Izin Masuk Kamar Orang Tua Pada Waktu-Waktu Tertentu
9. Makan Di Rumah Keluarga
10. Taat Kepada Kedua Orang Tua
11. Pengangkatan Anak (Adopsi) di Zaman Jahiliyah dan Islam
12. Warisan Untuk Dzawil Arham
13. Talak Sebelum Disentuh
14. Beberapa Hukum tentang Perkawinan Nabi saw.
15. Di Antara Tata Krama dalam Walimah
19. Kedudukan Hilah dalam Syari'at
20. Perang Dalam Islam
21. Membatalkan Amal yang Sedang dalam Pelaksanaan
23. Hukum Menyentuh Mushhaf Al Qur-an
24. Dhihar dan Kaffaratnya Dalam Islam
25. Berbicara dengan Rasulullah saw
26. Perkawinan Antar Agama
27. Shalat Jum'at dan Hukum-Hukumnya
28. Hukum-Hukum Talak
29. Hukum-Hukum Iddah
30. Membaca Al Qur-an
RANGKUMAN RAWAI’UL BAYAN TAFSIR AYAT AHKAM
KARYA SYAIKH MUHAMMAD ALI ASH SHOBUNY (Jilid 2 nomor 16)
SHOLAWAT ATAS NABI SAW (Surah Al-Ahzab Ayat 56-58)
إِنَّ ٱللَّهَ وَمَلَٰٓئِكَتَهُۥ يُصَلُّونَ عَلَى ٱلنَّبِىِّ ۚ
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ صَلُّوا۟ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا۟ تَسْلِيمًا
Sesungguhnya Allah dan
malaikat-malaikat-Nya bersholawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bersholawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.
(QS. Al Ahzab: 56)
إِنَّ ٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱللَّهَ وَرَسُولَهُۥ لَعَنَهُمُ ٱللَّهُ
فِى ٱلدُّنْيَا وَٱلْءَاخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُّهِينًا
Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti
Allah dan Rasul-Nya. Allah akan melaknatinya di dunia dan di akhirat, dan
menyediakan baginya siksa yang menghinakan. (QS. Al Ahzab: 57)
وَٱلَّذِينَ يُؤْذُونَ ٱلْمُؤْمِنِينَ وَٱلْمُؤْمِنَٰتِ بِغَيْرِ مَا
ٱكْتَسَبُوا۟ فَقَدِ ٱحْتَمَلُوا۟ بُهْتَٰنًا وَإِثْمًا مُّبِينًا
Dan orang-orang yang menyakiti
orang-orang yang mukmin dan mukminat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka
sesungguhnya mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata. (QS. Al
Ahzab: 58)
Makna Umum Ayat
Allah SWT mengabarkan kedudukan dan
maqom/tempat rasulullah SAW yang agung, dan mulya di sisi-Nya, kepemimipnan dan
posisi yang terpuji pada tempat yang tinggi, dan kekhususan yang diberikan
Allah berupa pujian yang harum dan penyebutan namanya yang baik.
Maka Allah SWT berfirman mengenai makna
ayat: “ Sesungguhnya Allah merahmati nabinya, mengagungkannya, dan meninggikan
maqomnya, para malaikat-Nya yang baik dan tentara-tentara-Nya yang suci
mendoakan dan memohonkan ampunan untuknya. Mereka meminta kepada Allah agar
Allah memberkahi dan memulyakan hamba dan nabi-Nya, yaitu nabi Muhammad SAW.
Menempatkannya pada posisi yang
tertinggi, menampakan/mengunggulkan agamanya, memberikan pahala yang besar,
kebaikan yang umum serta karunia yang agung kepadanya dan umatnya.” Oleh karena
itu wahai orang-orang mu’min : “bersholawatlah kalian kepadanya, agungkanlah
urusannya, ikutilah syariatnya dan perbanyakalah membaca sholawat dan salam
kepadanya.
Disaat kalian melaksanakan itu, kalian
tidak akan bisa memenuhi haknya, sungguh ia telah menyelamatkan atau menunjukan
kalian dari kesesatan menuju petunjuk, dan dengan sebabnya (nabi Muhammad)
Allah mengeluarkan kalian dari kegelapan menuju kepada cahaya. “( Dialah yang menurunkan kepada hamba-Nya
ayat-ayat yang terang (al-qur’an) supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan
kepada cahaya. Dan sesungguhnya Allah benar-benar maha penyantun lagi maha
penyayang terhadapmu). Maka ucapakanlah sebagaiman Allah menyebut namanya yang
mulya : Allahumma solli ala Muhammad wa sallim tasliman kasiran. Dan berdoalah
kepada Allah, agar Allah memberikan pahala yang besar kepada kalian.”
Kemudian Allah SWT mengabarkan bahwa
orang-orang yang menyakiti Allah dan rasul-Nya, maka mereka akan mendapatkan
murka dan laknat Allah di dunia dan di akherat. Dan Allah telah menjanjikan
kepada mereka azab yang pedih yang tidak dapat diketahui haqeqat dan
kedahsyatannaya. Demikian pula orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min
dan mu’minat, yang menisbatkan perbuatan yang tidak dilakukan oleh orang-orang
mu;min kepada mereka, melakukan kebohongan, dosa dan dusta kepada mereka, serta
mengatakan apa-apa yang tidak dkatakan oleh orang-orang mu’min. Mereka
orang-orang yang melakukan perbuatan tersebut juga akan mendapatkan azab yang
pedih di dunia dan di akherat sebagai balasan atas perbuatan mereka yang buruk.
Latho-if Tafsir
•
Ayat; Ïnnallooha wa malaaikatahu yusholluuna.” Huruf, Ínna’dalam ayat di
atas berfungsi sebagai penekanan dan minta perhatiaan. Menggunakan susunan,
ísim & faaíl’ (ismiyah) di awal yang bermakna kesinambungan. Dan susunan,
‘isim &fiíl,’ (fi’liyah) di akhir untuk menunjukkan bahwa pujian itu
berasal dari Allah. Yakni pemuliaan berkesinambungan yang terbarukan dari waktu
ke waktu.
• Ada yang mempertanyakan: Apabila Allah
dan para malaikat-Nya sudah bersholawat atas Nabi, lalu apa pentingnya sholawat
kita atas beliau?
Kita jawab; Bahwa bershalawat atas
Rasululah bukan lantaran beliau membutuhkannya. Begitupun dengan shalawat Allah
dan para malaikat atasnya, bukan kehendaknya. Namun merupakan upaya Allah untuk
menampakkan kemuliaan beliau atas para hamba-Nya. Karenanya beliau bersabda;
“Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali, maka lantaran shalawat itu Allah
membalasnya sepuluh kali lipat.”
•
Al Imam al Fakhrurrozi bekata; Kata, ás Sholaatu: ad Duá. Jika
dikatakan, shollaa álaihi berarti berdoa untuknya. Dalam hak Allah, makna ini
sungguh tidak masuk akal. Karena berdoa untuk orang lain berarti meminta
manfaat untuknya kepada pihak ketiga, sedangan Dia adalah Khaliq.
Kita jawab; Menurut Imam Syafii; Lafazh
yang musytarak boleh digunakan untuk dua makna sekaligus. Begitu pula bila
mengumpulkan antara makna hakiki dan makna majazi. Shalawat dari Allah bermakna
kasih sayang dari-Nya, sedangkan yang berasal dari malaikat bermakna permohonan
ampun. Artinya ketentuan ganda.
• Allah memerintahkan kita untuk
bershalawat kepada nabi-Nya.”Harusnya cukup bagi kita mengucapkan: Shollaina
álaihi, atau; Ushollii álaihi. Kenapa ketika sholat kita harus mengucapkan;
“Allahumma sholli álaa Muhammad?.
Kita jawab; Ketika Allah memerintahkan
shalawat atasnya, dalam hal itu kita belum sampai pada kadar wajib. Kita hanya
menyerahkannya kepada Allah dengan mengatakan; Ya Allah, bershalawatlah kepada
Muhamad, karena Engkau Maha Mengetahui apa yang pantas untuknya. Kami sangat
lemah untuk dapat memenuhi haknya. Kami tidak memiliki kemampuan mengetahui
pujian yang pantas untuknya. Segala urusan ini kami wakilkan kepada Engkau.
• Sebagian ulama mengatakan; Makna
ucapan; Állahumma sholli álaa Muhamad; muliakan dia di dunia dengan
mengumandangkan dzikirnya, mendukung dakwahnya, dan mengabadikan syariatnya.
Sedangkan di akhirat dengan penganugerahan syafaat baginya untuk umatnya,
melipatgandakan pahala dan balasan, serta penganugerahan kedudukan yang
terpuji.
Fadhilah Bersholawat Atas Nabi SAW
• Dari Abi Thalhah ra bahwa suatu hari
Rasulullah saw datang dengan wajah berseri-seri. Maka kami berkata kepada
beliau; “Ya Rasulullah, mengapa hari ini kami lihat wajahmu berseri-seri?!.”
Beliau menjawab; “Malaikat (Jibril) baru saja mendatangiku dan berkata;
“Sesungguhnya Tuhanmu berfirman; “Tidakkah ini semua membuatmu ridho… Tidaklah
seseorang bersholawat atasmu satu kali, kecuali Aku bersholawat atasnya sepuluh
kali. Tidaklah seseorang mendoakan keselamatan atasmu satu kali kecuali Aku
mendoakan keselamatan atasnya sepuluh kali.”(HR Nasai, Ahmad, Ibn Abi Syaibah,
menurut as Sayuthi ini hadits Shahih)
• Rasulullah saw bersabda; “Sesungguhnya
manusia yang paling utama bagiku nanti pada hari Kiamat adalah orang yang
paling banyak bershalawat atasku.”(HR Turmudzi, hadits Hasan)
• Rasulullah saw bersabda”; Örang yang
bakhil adalah orang yang apabila disebutkan namaku di hadapannya, dia tidak
bershalawat atasku.”(HR Turmudzi, Nasai, dan Ibn Hibban
Hukum-hukum Syariat:
•
Apa bentuk (sighot) shalawat dan salam atas Nabi saw?
Bentuk shalawat Nabi yang bersumber dari
Sunnah Nabawiyah sangat banyak. Bahkan tata cara shalawat di kalangan kaum
muslimin juga berbeda-beda. Perbedaan itu menunjukkan bahwa untuk memberikan
pujian kepada Rasulullah tidak hanya dengan satu cara, tapi bisa dengan cara
yang berbeda-beda. Berikut kami kemukakan secara singkat shalawat yang dianggap
shahih;
• Diriwayatkan oleh Syaikhan dari Kaáb
ibn Újrah yang berkata; Datang seorang lelaki kepada Rasulullah dan berkata;
“Ya Rasulullah, mengirim salam kepada engkau sudah kami ketahui. Tapi bagaimana
kami bershalawat atas engkau?.” Beliau bersabda; Ücapkanlah; Ällahumma shalli
álaa Muhamad wa álaa Aali Muhamad, kamaa shallaita álaa Ibrahim, innaka
hamiidun majiid. Allahumma baarik álaa Muhamad wa álaa Aali Muhamad, kamaa
baarokta álaa Ibrahim, innaka hamiidun majiid.”(HR Bukhari – Muslim)
• Imam Malik, Ahmad, dan Syaikhon
meriwayatkan dari Abi Hamid as Saaídi ra bahwasannya mereka berkata; “Wahai
Rasulullah, bagaimana cara kami bershalawat kepada engkau?” Rasulullah saw
bersabda; “Kalian ucapkanlah; Ällahumma sholli álaa Muhamadin wa azwaajihii wa
dzurriyyatihii, kamaa shallaita álaa Aali Ibrahim. Wa baarik álaa Muhamad wa
azwaajihii wa dzurriyyatihi, kamaa baarokta ‘alaa AaliIbrahima, innaka hamiidun
majiid.”(HR as Sittah kecauli Turmudzi)
• Al Jamaah mengeluarkan hadits dari Abu
Saíd al Khudry ra, ia berkata; “Kami berkata; “Ya Rasulullah, mengirim salam
atas engkau telah kami ketahui, bagaimana dengan bershalawat atas
engkau?.”Beliau bersabda; “Kalian ucapkanlah; Ällohumma sholli álaa Muhamadin,
abdika wa nabiyyika wa Rosuulika kamaa shollaita álaa Ibrahim, wa baarik álaa
Muhamadin kamaa baarokta ‘alaa Ibrahim, filáalaamiina innaka hamiidun majiid.”
(HR al Jamaah dari Abi saíd a Khudry)
• Diriwayatkan oleh Muslim, Turmudzi,
Nasai dari Abu Masúd al Badry, bahwa ia berkata; “Rasulullah saw mendatangi
kami saat berada di Majelis Saad ibn
Ubbadah. Basyir ibn Saad berkata kepada beliau; Ällah memerintahkan kami untuk
bershalawat kepada engkau ya Rasulullah, bagaimana cara kami
bershalawat?.”Untuk beberapa saat beliau terdiam, hingga kami mengira bahwa
beliau tidak pernah ditanya tentang itu. Kemudian beliau bersabda; “Kalian ucapkanlah; Ällahumma
sholli álaa Muhamadin wa álaa Aali Muhamad, kamaa shollaita álaa Ibrahim, wa
baarik álaa Muhamad wa álaa Aali Muhamad, kamaa baarokta álaa Ibrahim, innaka hamiidun
majiid.”Sedangkan Salam seperti yang telah kalian ketahui.”(HR as Sittah
kecuali Bukhari)
Masih banyak lagi riwayat Shohih lainnya
dengan penambahan maupun pengurangan
lafaznya. Selama maksudnya adalah mengagungkan Rasulullah saw dan selama berasal
dari riwayat yang shahih, Anda boleh menggunakannya.
Adapun Salam bentuknya sudah banyak
diketahui; Äs Salaamu álaika ya Rasulullah.” Orang yang shalat dalam
tasyahhudnya akan membaca; Äs Salaamu álaika ayyuhan nabiyyu warohmatullaahi
wabarakaatuhu.”
Makna Salam itu sendiri: Berdoa memohon
keselamatan dari segala macam bala’, kesulitan, dan penderitaan.
•
Apa makna Shalawat Allah dan para Malaikat atas Nabi SAW?
Seperti yang telah dikemukakan di depan
bahwa maknanya: Berdoa, kasih sayang, pemuliaan dan pujian. Terakhir firman
Allah al Baqarah 157; “Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan
rahmat dari Tuhan mereka.”
Imam Bukhari dan sebagian Ulama:
Maknanya; “Pemuliaan atasnya.”Ini pendapat yang paling terang.
Imam Hasan Bashri & Saíd ibn Jabir:
“Penganugerahan rahmat dan ampunan-Nya.”
Ada juga yang mengatakan: “Keberkahan dan
karomah.”
Adapun
sholawat malaikat; Mendoakannya dan memohon ampunan untuk umatnya. Yang
pasti shalawat Allah berbeda dengan para malaikat.
Adapun shalawat (Allah & malaikat)
yang tergabung dalam ayat: Ïnnallooha wa malaaikatahu yusholluuna álannabii,”
adalah sholawat Allah, bukan malaikat. Dalam hal ini para Ahli Tafsir berbeda
pendapat;
• Sebagian mengatakan; Bahwa Allah
bersholawat atas nabi, begitu pula malaikat bersholawat atas nabi. Jadi huruf,
‘Wawul Jamaáh’ kembali kepada malaikat.
• Imam Syafii dan Fakhrurrozi menggunakan
Bab Al Jamú bainal Haqiiqoh wal Majaaz (mengumpulkan makna hakiki dan majaz).
Jadi lafazh, ‘Ýusholluuna’ bisa kembali kepada Allah maupun malaikat. Jadi
maknanya sama dengan; “Sesungguhnya Allah menganugerahkan rahmat kepada
nabi-Nya dan para malaikat mendoakannya.”
• Abu Saúd, Abu Hayyan, az Zamakhsyari
dan kebanyakan Ahli Tafsir: Menggunakan Bab Úmuumul Majaaz (Keuniversalan
Majaz), berarti majaznya bersifat umum. Jadi dhomirnya (kata ganti wawul
jamaah) bisa kembali kepada Allah di satu sisi dan para malaikat di sisi lain.
Abu Saúd berkata: Ayat; “Yusholluuna álan
nabi,” berarti, sholawat Allah berupa rahmat, sedangkan malaikat berupa permohonan
ampun.
Abu Hayyan berkata dalam kitab al Bahrul
Muhiith; Sholawat Allah tidak sama dengan malaikat, bagaimana mungkin keduanya
bisa berserikat?
Jawabnya; Keduanya berserikat dalam hal
sampainya kebaikan. Artinya Allah dengan limpahan rahmat-Nya menghendaki
sampainya kebaikan kepada mereka, sedangkan para malaikat memintakan ampun
untuk mereka.
• Apakah sholawat kepada Nabi merupakan
anjuran atau kewajiban?
Perintah Allah dalam ayat di
atas berarti wajib. Para ulama sepakat bahwa sholawat atas nabi wajib sekalipun
hanya satu kali seumur hidup. Bahkan al Qurthubi menyatakan bersandarkan pada
lafazh, “sholluu,” bahwa mengucapkan sholawat atas nabi seperti melafazkan
kalimat tauhid. Berarti Islam seseorang tidak dianggap sempurna kecuali dengan
mengucapkannya.
Para ulama berbeda pendapat,
apakah kewajiban shalawat atas nabi tersebut berlaku di tiap majelis, setiap
kali disebut nama beliau, atau hukumnya sunnah? Perbedaan ini muncul setelah
mereka sepakat bahwa sholawat wajib sekali seumur hidup.
Ø
Sebagian berkata bahwa sholawat wajib setiap kali disebut nama beliau.
Ø
Yang lain mengatakan; Sholawat wajib dibaca sekali dalam satu majelis,
sekalipun nama beliau disebut berkali-kali.
Ø
Sebagian lain berkata; Wajib memperbanyak sholawat tanpa harus terikat
dengan majelis atau jumlah. Bahkan mengucap sholawat satu kali seumur hidup
tidak cukup.
Adapun hujjah yang dikemukakan oleh para ulama yang mewajibkan
membacanya di tiap majelis dan setiap kali disebut nama Nabi; Bahwa Allah telah
memerintahkan. Setiap perintah berlaku untuk setiap pengulangan. Kemudian
adanya ancaman yang keras bagi siapapun yang tidak bersholawat kepada beliau.
Beliau bersabda; “Orang bakhil adalah orang yang ketika disebutkan
namaku, dia tidak bersholawat kepadaku.” (HR Turmudzi)
Atau sabdanya yang lain; “Tidaklah suatu kaum yang duduk dalam suatu
majelis kemudian berdiri tanpa menyebut nama Allah dan bersholawat kepada
nabi-Nya, kecuali mereka akan menyesal nanti pada hari Kiamat.”
Pernyataan Jibril kepada Nabi; “Kebinasaanlah pada orang yang ketika
disebut kepadanya namamu, dia tidak bersholawat kepadamu.” Aku menjawab;
“Amin.” (HR Thabrani)
Namun Jumhur Ulama berpendapat; Bersholawat atas nabi mendekatkan pelakunya
kepada Allah dan terhitung ibadah, setara dengan tasbih dan tahmid. Ia wajib
dibaca sekali seumur hidup, sunat dibaca setiap waktu, dan dianjurkan banyak
membaca. Artinya, membaca sholawat hukumnya sunnah, bukan wajib.
Imam Abu as Sa’ud; Sholawat sunnah dibaca
setiap kali nama beliau disebut.
Di antara beberapa pendapat di atas,
pendapat Jumhur Ulama yang paling shahih dan banyak diikuti.
•
Wajibkah membaca sholawat atas Nabi dalam sholat?
Dalam hal ini para ulama terbagi menjadi
dua madzhab;
Pertama: Madzhab Syafii dan Ahmad;
Membaca sholawat dalam sholat hukumnya wajib. Sholat tidak sah tanpa
membacanya.
Kedua: Madzhab Malik dan Abu Hanifah;
Hukumnya sunnah muakkad. Sholat sah tanpa membacanya tapi hukumnya makruh.
Dalil Madzhab Syafiiyah & Hanabalah:
Dalil yang mewajibkan menurut madzhab ini
sbb;
• Firman Allah; “Yaa ayyuhalladziina
aamanuu sholluu ‘alaihi,” perintah dalam ayat ini berati Wajib.
•
Hadits Ka’ab ibn ‘Ujrah: “Kami berkata; “Ya Rasulullah, kami telah tahu
cara berkirim salam atas engkau, bagaimana cara kami bersholawat atasmu?.”
Beliau bersabda; “Ucapkanlah; “Allaahumma sholli ‘alaa Muhamad, wa ‘alaa aali
Muhamad…”
Ibn Katsir berkata; Imam Syafii
berpendapat bahwa membaca sholawat atas nabi dalam Tasyahhud Akhir adalah
wajib. Sholat seseorang tidak sah tanpa membacanya. Ini adalah makna zhahir
dari ayat di atas. Adapun hadits di atas didukung oleh sekelompok sahabat dari
kalangan Madzhab Imam Ahmad, didukung pula oleh Ibn Mas’ud dan Jabir ibn
Abdillah.
Dalil Malikiyah dan Hanafiyah:
Dalil-dalil yang dikemukakan oleh Madzhab
ini sbb;
•
Firman Allah; “Yaa ayyuhal ladziina aamanuu sholluu ‘alaihi,” menurut
mereka, mengandung perintah bersholawat atas nabi yang secara zhahir hukumnya
wajib. Ketika seseorang telah membacanya sekali saja dalam sholat atau di luar
sholat, maka dia telah melaksanakan kewajibannya. Sama dengan kalimat Tauhid
dan percaya kepada Nabi, ketika telah dilakukan sekali saja, sudah menggugurkan
kewajibannya. Perintah memang melahirkan kewajiban tapi tidak pengulangan.
• Hadits ibn Mas’ud ketika Rasulullah saw
mengajarinya tasyahhud, beliau bersabda; “Jika engkau melakukan ini atau
membaca ini, maka sholatmu telah sempurna. Jika engkau berkehendak untuk
bangkit, bangkitlah, kemudian pilihlah kalam yang paling baik sesuai
kehendakmu.” (HR Ahmad, Abu Daud, dan Turmudzi menshahihkannya) Saat itu beliau
tidak memerintahkan membaca sholawat atas Nabi.
•Hadits Mu’awiyah as Salamy bahwa Nabi
saw bersabda; “Sesungguhnya sholat kita ini tidak baik bila di dalamnya
tercampur perkataan manusia. Sesungguhnya sholat kita ini terdiri dari tasbih,
tahlil, dan bacaan al Qur’an.” Beliau tidak menyebut sholawat atas Nabi saw.
• Riwayat yang diriwayatkan oleh banyak
sahabat, bahwa mereka memotong bacaan sholawat dalam sholat; “Assalaamu ‘alaika
ayyuhan nabiyu warohmatulloohi wa barokaatuhu,” tidak meneruskan sholawatnya
kepada Ibrahim.
Abu Bakar ar Rozi berkata; As Syafii
menetapkan bahwa membaca sholawat atas nabi dalam sholat adalah wajib. Ini
pendapat yang tidak dibantah oleh seorangpun di kalangan Ahli Ilmu. Ia bertolak
belakang dengan sunnah yang diriwayatkan
dari Nabi.
Bolehkah bersholawat atas selain para
Nabi SAW?
Para ulama berpendapat bahwa sholawat
bisa dibaca atas siapa saja selain para Nabi, karena maknanya adalah berdoa.
Mereka melandaskan pendapatnya pada sabda Rasulullah saw; “Allohumma sholli
‘alaa Aali Abi Aufa.” (Ya Allah, anugerahkan rahmat atas keluarga Abi Aufa).
Ada juga yang berpendapat bahwa sholawat
adalah Syi’ar yang khusus untuk para Nabi. Karena itu tidak boleh untuk selain
mereka.
Imam Abu Sa’ud berkata; Sholawat atas
selain Nabi boleh jika diposisikan setelah beliau. Seperti; Allohumma sholli
‘alaa Muhamadin wa aalihii… Jika sebaliknya tidak boleh, seperti; Allohumma
sholli ‘alaa dzurriyyati Muhamadin… Karena sholawat adalah syiar yang khusus
untuk para Nabi.
Kesimpulan:
• Rasulullah di sisi Allah memiliki
kedudukan yang sangat mulia
• Pujian Allah atas Nabi adalah rahmat,
sedangkan pujian malaikat adalah lambang dari keagungan risalah
•Menghormati dan mengikuti perintah Nabi
adalah wajib bagi kaum mukminin, karena berarti mentaati dan mengagungkan Allah
• Sholawat atas nabi hendaknya
menggunakan bentuk yang telah diajarkan syariat
•Disunnahkan bersholawat atas nabi setiap
kali disebut namanya, sebagai pemenuhan terhadap perintah Ilahi
• Menyakiti Rasul sama dengan menyakiti
Allah dan merupakan sebab turunnya kemurkaan Allah
• Menuduhkan tuduhan palsu kepada orang mukmin adalah dosa besar