كَانَ لِفَلَّاحٍ فَقِيْرٍ
حَقْلٌ صَغِيْرٌ يَزْرَعُ فِيْهِ اللِّفْتَ. وَكَانَ ذَلِكَ الْفَلَّاحُ مُجْتَهِدًا
لَا يَمَلُّ مِنَ الْعَمَلِ فِي خِدْمَةِ أَرْضِهِ، حَتَّى أَتَى زَرْعُهُ بِحَاصِلٍ
جَيِّدٍ يُنَاسِبُ عَمَلَهُ، وَوَجَدَ مِنْ بَيْنِهِ لِفْتَةً كَبِيْرَةً لَمْ يَرَ
مِثْلَهَا مِنْ قَبْلُ، فَفَكَّرَ فِي أَنْ يُهْدِيَهَا لِحَاكِمِ الْقَرْيَةِ. فَلَمَّا
قَدَّمَهَا إِلَيْهِ قَبِلَهَا مَسْرُوْرًا مِنِ اجْتِهَادِهِ، وَكَافَأَهُ بِجُنَيْهَيْنِ
تَشْجِيْعًا لَهُ عَلَى الْعَمَلِ.
فَسَمِعَ بِذَلِكَ فَلَّاحٌ
غَنِيٌّ جَشِعٌ، فِي الْقَرْيَةِ نَفْسِهَا، فَحَسَدَ الْفَقِيْرَ عَلَى مَا نَالَهُ
مِنَ اْلعَطَاءِ، وَقَالَ فِي نَفْسِهِ : " إِذَا قَدَمّْتُ إِلَى اْلحَاكِمِ
أَحْسَنَ نِعَاجِى، فَلَا بُدَّ أَنْ يُجْزِلَ لِي اْلعَطَاءَ عَلَيْهَا، فَأَرْبَحَ
أَكْثَرَ مِنْ ثَمَنِهَا أَضْعَافًا ".
فَجَاءَ بِهَا إِلَى الْحَاكِمِ،
وَرَجَا مِنْهُ أَنْ يَقْبَلَ اْلهَدِيَّةَ فَأَبَى اْلحَاكِمُ، لِمَا يَعْلَمُ فِى
الرَّجُلِ مِنَ الْأَثَرَةِ وَالطَّمَعِ. فَأَلَحَّ عَلَيْهِ الرَّجُلُ، وَرَجَا مِنْهُ
أَنْ يَقْبَلَهَا. فَقَالَ الْحَاكِمُ : مَا دُمْتَ تُلِحُّ عَلَيَّ بِقَبُوْلِ هَدِيَّتِكَ،
فَأَنَا أَقْبَلُهَا، عَلَى أَنْ أُعْطِيَكَ شَيْئًا أَنْفَقْتُ فِيْهِ ضِعْفَ ثَمَنِ
نَعْجَتِكَ”. فَأَبْرَقَتْ عَيْنَا الرَّجُلِ فَرَحًا بِهَذَا الْكَلَامِ اللَّطِيْفِ،
وَظَنَّ أَنَّ الْهَدِيَّةَ تُعَوِّضُهُ أَكْثَرَ مِمَّا أَنْفَقَ.
ثُمَّ أَهْدَاهُ اْلحَاكِمُ
اللِّفْتَةَ، فَانْقَلَبَ فَرَحُهُ تَرَحًا، وَأَخَذَهَا وَانْصَرَفَ نَادِمًا عَلَى
خَسَارَةِ نَعْجَتِهِ.
الـمُفْرَدَاتُ : Kosakata
اللِّفْتُ : Lobak
خِدْمَةٌ : Perbaikan tanah
قَدَّمَ : Memberikan
يَمَلُّ : Jemu,
bosan
كَافَأَ
: Membalas jasa atau pemberian
تُعَوِّضُ : Mengganti
جَشِعٌ : Tamak
يُجْزِلُ : Melimpah;
memberi sesuatu yang banyak
تَرَحٌ
: kesedihan
أَبَى يَأْبَى : Menolak, enggan
اَلْأَثَرَةُ : egois
أَلَحَّ : Memaksa, menekan
أَبْرَقَتْ : Bersinar
جُنَيْهَهٌ : Jenis mata uang Mesir, pound
اَلْعَطَاءُ : Pemberian
Terjemahan:
Alkisah,
seorang petani miskin memiliki ladang kecil dan menanaminya lobak. Petani itu
sangat rajin dan tak jemu atas pekerjaannya menggarap tanah. Hingga panennya
berhasil sesuai dengan usahanya. Di antara hasil panennya, petani menemukan
lobak besar yang belum pernah ia lihat sebelumnya. Maka, ia berinisiatif untuk
menghadiahkan kepada kepala desa. Ketika petani memberikannya, kepada desa
menerima dengan senang hati atas kesungguhannya. Lalu, kepala desa membalasnya
dengan dua pound sebagai motivasi atas usahanya.
Seorang petani
kaya yang tamak mendengar kabar itu di desa yang sama. Ia iri kepada petani
miskin atas pemberian yang diterima. Ia bergumam: “Jika saya memberikan kepada
kepala desa kambing terbaikku, maka ia akan membalas dengan hadiah yang besar.
Dengan begitu saya akan memperoleh keuntungan berlipat ganda lebih banyak dari
harga kambing.”
Kemudian,
datanglah sang petani membawa kambing kepada kepala desa. Petani berharap ia
akan menerima hadiah tersebut. Kepala desa enggan dan menolak karena tahu bahwa
ia adalah orang yang egois dan tamak.
Tetapi sang petani memaksa dan berharap hadiahnya diterima. Kemudian
kepala desa berkata: “Karena kamu memaksaku menerima hadiahmu, maka kuterima
dan akan kuberikan balasan berlipat dari harga kambingmu.”
Mata sang
petani bersinar bahagia mendengar perkataan yang lembut itu. Ia mengira hadiah
balasan tersebut akan lebih banyak menggantikan harga yang telah ia berikan.
Kemudian kepala desa memberikan lobak, seketika kebahagiaan petani berbalik
menjadi kesedihan. Ia mengambil hadiah itu dan pulang dengan penyesalan akibat
rugi kehilangan kambingnya.