Terjemah Kitab Tijan Darari / Tiijaan Al
Daraari / Darori (Matan Al-Bajuriyah)
Judul asal: تيجان الدراري في التوحيد
(Tijan Ad-Darari fit Tauhid)
Penulis: Ibrahim Al-Bajuri (1189 - 1276
H)
PENGANTAR
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ
اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ وَالصًّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلى
رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ (وَبَعْدُ).
فَيَقُوْلُ فَقِيْرُ رَحْمَةِ رَبِّهِ الْخَبِيْـرُ الْبَصِيْـرُ
اِبْرَاهِيْمُ اَلْبَاجُورِى ذُو التَّقْصِيْرِ طَلَبَ مِنِّى بَعْضُ الإِخْوَانِ
أَصْلَحَ اللهُ لِى وَلَهُمْ الْحَالَ وَالشَّأنَ أَنْ أَكْتُبَ لَهُ رِسَالَةً
تَشْـتَمِلُ عَلَى صِفَـاتِ الْمَوْلى وَاضْدَادِهَـا وَمَا يَجُوزُ فِى حَقِّهِ
تَعَالى وَعَلَى مَا يَجِبُ فِى حَقِّ الرَّسُولِ وَمَا يَسْتَحِيْلُ فِى
حَقِّهِمْ وَمَا يَجُوزُ فَأَجَبْـتُهُ اِلى ذلِكَ فَقُلْتُ وَبِاللهِ
التَّوْفِيْقُ
Segala puji hanya milik Allah s.w.t.
Tuhan semesta alam, sanjungan Shalawat serta Salam semoga senantiasa
terlimpahkan kepada Rasūlullāh s.a.w., dan setelah itu (membaca basmalah, ḥamdalah,
shalawat dan salām).
Berkatalah seseorang yang sangat
memdambakan Rahmat Tuhannya Yang Maha Waspada serta Maha Melihat, yaitu Syaikh
Ibrāhīm al-Bājūrī yang memiliki sifat lalai.
Beberapa dari saudara-saudaraku – semoga
Allah memberi kebaikan kondisi dan urusan padaku dan pada mereka – telah
memohon kepadaku agar aku menuliskan untuk mereka sebuah risalah yang memuat
sifat-sifat wajib (sesuatu yang tidak dapat diterima akal ketidak adaannya) dan
sifat kebalikannya (sesuatu yang tidak dapat diterima akal adanya), serta hal-hal
yang boleh dalam ḥaqq Allah s.w.t., juga sifat yang wajib, yang mustaḥīl
(sesuatu yang tidak bisa diterima akal adanya) serta yang boleh dalam ḥaqq para
Rasūl.
Maka, akupun mengabulkan permohonan
mereka hanya kepada Allah aku memohon pertolongan .
يَجِبُ عَلى كُلِّ مُكَلَّفٍ أَنْ يَعْرِفَ مَايَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالَى
وَمَايَسْتَحِيْلُ وَمَا يَجُوْزُ
فَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْوُجُودُ وَضِدُّهُ الْعَدَمُ وَالدَّلِـيْلُ عَلَى
ذلِكَ وُجُودُ الْمَخْلُوْقَاتِ وَيَجِبُ الْقِدَمُ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ لاَ
أَوَّلَ لَهُ تَعَالى وَضِدُّهُ الْحُدُوْثُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ
لَوْ كَانَ حَادِثًا لاَحْتَاجَ اِلَى مُحْدِثٍ وَهُوَ مُحَالٌ
Wajib atas setiap orang mukallaf (muslim
yang baligh lagi berakal) mengetahui hal yang wājib dalam ḥaqq Allah s.w.t.,
yang mustaḥīl serta yang jā’iz (boleh).
WUJUD
Maka Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Wujūd (ada).Kebalikannya adalah
sifat ‘Adam (tidak ada). Dalil bahwa Allah s.w.t., itu ada adalah adanya
makhluk (semua hal selain Allah).
QIDAM
Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Qidam (terdahulu). Artinya sesungguhnya
Allah s.w.t. tiada permulaan bagi-Nya.
Kebalikannya adalah sifat al-Ḥudūts(baru).Dalil
bahwasanya Allah s.w.t. bersifatan terdahulu adalah: seandainya Allah adalah
sesuatu yang baru. Maka Allah s.w.t. butuh pada yang menciptakan. Dan hal itu
tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى أَلْبَقَاءُ وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ تَعَالى لاَ آخِرَ
لَهُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ فَانِيًا لَكَانَ حَادِثًا
وَهُوَ مُحَالٌ
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْمُخَالَفَةُ لِلْحَوَادِثِ
وَمَعْـنَاهُ أَنَّـهُ تَعَالى لَيْسَ مُمَـاثِلاً لِلْحَوَادِثِ فَلَيْسَ لَهُ
يَدٌ وَلاَ عَيْنٌ وَلاَ أُذُنٌ وَلاَ غَيْرُ ذَلِكَ مِنْ صِفَـاتِ الْحَوَادِثِ
وَضِدُّهَا الْمُمَاثَلَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ كَانَ
مُمَاثِلاً لِلْحَوَادِثِ لَكَانَ حَادِثًا وَهُوَ مُحَالٌ
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْقِيَامُ بِالنَّفْسِ وَمَعْـنَاهُ
أَنَّـهُ تَعَالى لاَيَفْتَقِرُ اِلى مَحَلٍ وَلاَاِلى مَخَصِّصٍ وَضِدُّهُ
اَلإِحْتِيَاجُ اِلى الْمَحَلِ وَالمَخَصِّصِ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ
لَوْ احْتَـاجَ اِلى مَحَلٍ لَكَانَ صِفَةً وَكَونُهُ صِفَة مُحَال وَ لَوْ
احْتَـاجَ اِلى مَخَصِّصٍ لَكَانَ حَادِثًـا وَكَونُهُ حَادِثًـا مُحَالٌ
BAQA'
Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Baqā’ (kekal). Artinya,
sesungguhnya Allah s.w.t. tiada akhir baginya. Dan dalil atas sifat kekalnya
Allah s.w.t. adalah: seandainya Allah adalah sesuatu yang rusak (fanā’), maka
tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan hal itu tidak dapat diterima akal
(mustaḥīl).
Dan Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t.,
sifat Mukhālafatu lil-Ḥawādits (berbeda dengan makhluk). Artinya, sesungguhnya
Allah s.w.t. tidak menyerupai kepada segala hal yang bersifat baru (makhluk).
Maka, Allah tidak memiliki tangan, tidak memiliki mata, tidak memiliki telinga
dan tidak pula memiliki yang lainnya dari sifat-sifat makhluk. Kebalikannya
adala sifat al-Mumātsalah(menyerupai). Dalil bahwasanya Allah s.w.t. tidak
menyerupai makhluk adalah: seandainya Allah memiliki keserupaan dengan makhluk,
maka tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan hal itu tidak bisa diterima
akal (mustaḥīl).
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat
al-Qiyāmu bin-Nafsi (berdiri sendiri). Artinya, sesungguhnya Allah s.w.t. tidak
membutuhkan tempat dan tidak butuh pada yang mewujudkan. Kebalikannya adalah
sifat al-Iḥtiyāju ilal-Maḥalli wal-Mukhashshish (membutuhkan pada tempat dan
pencipta). Dalil bahwasanya Allah s.w.t. bersifat berdiri sendiri adalah:
seandainya Allah s.w.t. membutuhkan pada tempat, maka Allah adalah sebuah sifat
sedangkan keadaan Allah sebuah sifat adalah hal yang tidak bisa diterima akal
(mustaḥīl).
Dan seandainya Allah membutuhkan pada
yang menciptakan, maka tentunya Allah adalah sesuatu yang baru. Dan keadaan
Allah merupakan sesuatu yang baru adalah hal yang tidak bisa diterima akal
(mustaḥīl).
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلْوَحْدَنِيَّـةُ فِى الذَّاتِ وَفِى
الصِّفَاتِ وَفِى الأَفْعَالِ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الذَّاتِ أَنَّهَا
لَيْسَتْ مَرَكَّبَةً مِنْ أَجْزَاءٍ مُتَعَدِدَةٍ وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ
فِى الصِّفَاتِ أَنَّـهُ لَيْسَ لَهُ صِفَتَانِ فَأَكْثَرَ مِنْ جِنْسٍ وَاحِدٍ
كَقُدْرَتَيْنِ وَهَكَذَا وَلَيْسَ لِغَيْرِهِ صِفَةٌ تُشَابِهُ صِفَتَهُ تَعَالى
وَمَعْنَى الْوَحْدَانِيَـةِ فِى الأَفْعَالِ أَنَّـهُ لَيْسَ لِغَيْرِهِ فِعْـلٌ
مِنَ الأَفْعَالِ وَضِدُّهَا التَّعَدُّدُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ
كَانَ مُتَعَـدِّدًا لَمْ يُوجَـدْ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ.
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat
al-Waḥdāniyyah (tunggal). Baik dalam Dzat-Nya, Sifat-Nya dan Perbuatan-Nya.
Pengertian tungal dalam Dzat-Nya adalah, sesungguhnya dzatnya Allah tidak
tersusun dari berbagai bagian yang banyak. Sedangkan pengertian tunggal dalam
sifat-Nya adalah, sesungguhnya tidak ada bagi Allah dua sifat atau lebih dari
satu jenis sifat, seperti adanya dua sifat Qudrah dan seterusnya. Dan tidak ada
pada selain Allah satu sifat yang menyerupai terhadap sifatnya Allah s.w.t.
Arti tunggal dalam perbuatan-Nya adalah,
sesungguhnya tidak ada bagi selain Allah suatu perbuatan dari
perbuatan-perbuatannya (semua pekerjaan makhluk adalah atas kekuatan yang
diberikan oleh Allah s.w.t.). Kebalikannya adalah sifat atTa‘addud (berbilang).
Dalil bagi sifat Tunggalnya Allah s.w.t. adalah: seandainya Allah adalah
sesuatu yang berbilang, maka tentunya tidak akan dapat dijumpai sesuatu pun
dari Makhlūq(sesuatu selain Allah) ini.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ
تَعَالى اَلْقُدْرَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى
يُوجَدُ بِهَا وَيُعَدِّمُ وَضِدُّهَا الْعَجْزُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ
لَوْ كَانَ عَاجِزًا لَمْ يُوجَـدْ شَيْءٌ مِنْ هَذِهِ الْمَخْلُوقَاتِ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى اَلإِرَادَةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ
بِذَاتِهِ تَعَالى يُخَصِّصُ بِهَـا الْمُمْكِنَ بِالْوُجُودِ أَوْ بِالْعَدَمِ
أَوْ بِالْغَـنِيِّ أَوْ بِالْفَقْـرِ أَوْ بِالْعِـلْمِ أَوْ بِالْجَهْلِ اِلى
غَيْرِ ذلِكَ وَضِدُّهَـا الْكَرَاهَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ
كَانَ كَارَهًا لَكَانَ عَاجِزًا وَ كَوْنُـهُ عَاجِزًا مُحَالٌ.
QUDRAT
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Qudrah (Maha Berkuasa). Sifat
Qudrahadalah suatu sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang
dengan sifat tersebut Allah mewujudkan dan meniadakan sesuatu. Kebalikannya
adalah sifat al-‘Ajz (lemah). Dalil bahwa Allah s.w.t. bersifat Maha Berkuasa
adalah: seandainya Allah lemah, maka tentunya tidak akan dapat dijumpai sesuatu
pun dari makhluq-Nya.
IRADAT
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Irādah (Maha Berkehendak). Sifat
Irādah adalah suatu sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang
dengan sifat tersebut Allah menentukan hal yang mungkin menjadi wujud atau
tidak wujud atau kaya atau miskin atau mengerti atau bodoh dan seterusnya.
Kebalikannya adalah sifat al-Karāhah(terpaksa). Dalil bahwa Allah s.w.t.
memiliki sifat Maha Berkehendak adalah: Seandainya Allah terpaksa, maka
tentunya Allah bersifat lemah. Dan adanya Allah bersifat lemah adalah hal yang
tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ
تَعَالى الْعِـلْمُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى
يَعْلَمُ بِهَـا الأَشْيَـاءَ وَضِدُّهَـا الْجَهْلُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ
أَنَّهُ لَوْ كَانَ جَاهِلاً لَمْ يَكُنْ مُرِيْـدًا وَهُوَ مُحَالٌ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْحَيـاةُ وَهِيَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ
قَائِمَةٌ بِذَاتِهِ تَعَالى تَصُحِّحُ لَهُ أَنْ يَتَّصِفَ بِالْعِلْمِ
وَغَيْرِهِ مِنَ الصِّفَـاتِ وَضِدُّهَـا الْمَوْتُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ
أَنَّهُ لَوْ كَانَ مَيْـتًا لَمْ يَكُنْ قَادِرًا وَلاَ مُرِيْدًا وَلاَ
عَالِمًـا وَهُوَ مُحَالٌ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى السَّمِيْـعُ وَالْبَصِيْرُ وَهُمَا
صِفَتَانِ قَدِيْمَتَانِ قَائِمَتَانِ بِذَاتِهِ تَعَالى يَنْكَشِفُ بِهِمَا
الْمَوْجُودُ وَضِدُّهَمَا الصَّمَمُ والْعُمْيُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ
قَوْلُهُ تَعَالى وَهُوَ السَّمِيْعُ وَالبَصِيْرُ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى الْكَلاَمُ وَهُوَ صِفَةٌ قَدِيْمَةٌ قَائِمَةٌ
بِذَاتِهِ تَعَالى وَلَيْسَتْ بِحَرْفٍ وَلاَ صَوْتٍ وَضِدُّهَـا الْبُكْمُ وَهُوَ
الْخَرْسُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ قَوْلُهُ وَكَلَّمَ اللهُ مَوسى تَكْلِيْمًـا.
ILMU
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-‘Ilmu (Maha Mengetahui). Sifat
al-‘ilmu adalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang
dengan sifat tersebut Allah mengetahui semua hal. Kebalikannya adalah sifat
al-Jahl (bodoh). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mengetahui
adalah: seandainya Allah memiliki sifat bodoh, maka tentunya Allah tidak
memiliki sifat Maha Berkehendak. Dan hal itu adalah hal yang tidak bisa
diterima akal (mustaḥīl).
HAYAT
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Ḥayāh (Maha Hidup). Sifat al-Ḥayāhadalah
sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan sifat
tersebut dapat membenarkan bahwa Allah memiliki sifat ‘Ilmu dan sifat-sifat
lainnya. Kebalikannya adalah sifat al-Maut (Mati). Dalil bahwa Allah s.w.t.
memiliki sifat Maha Hidup adalah: Seandainya Allah mati, maka tentunya Allah
tidak memiliki sifat Maha Berkuasa dan Maha Berkehendak, dan hal itu adalah hal
yang tidak bisa diterima akal (mustaḥīl).
SAMA' DAN BASHAR
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat
as-Sama‘ (Maha Mendengar) dan al-Bashar (Maha Melihat). Keduanya adalah sifat
terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. yang dengan keduanya menjadi
terbukalah hal yang wujud. Kebalikannya adalah sifat as-Shamam(Tuli) dan
al-‘Amā (Buta). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mendengar dan Maha
Melihat adalah firman Allah s.w.t.:
(وَ
هُوَ السَّمِيْعُ الْبَصِيْرُ)
Dialah Allah Dzat yang Maha Mendengar dan
Maha Melihat (asy-Syūrā, ayat 11).
KALAM
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat al-Kalām (Maha Berfirman). Sifat Kalām
adalah sifat terdahulu yang menetap pada Dzatnya Allah s.w.t. dan tidak
berwujud huruf dan tidak berwujud suara. Kebalikannya adalah sifat al-Bukmu
yaitu al-Kharas (Bisu). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat Maha Mengetahui
adalah firman Allah s.w.t.:
(وَ كَلَّمَ اللهُ مُوْسَى تَكْلِيْمًا)
Dan Allah telah berfirman kepada Mūsā
dengan Firman yang Nyata (An-Nisā’, ayat 164).
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ قَادِرًا وَضِدُّهُ كَوْنُـهُ عَاجِزًا
وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْقُدْرَةِ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ مُرِيْدًا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ كَارِهًـا
وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الإِرَادَةِ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ عَالِمًـا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ
جَاهِلاً وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْعِلْـمِ. وَيَجِبُ فِى حَقِهِ
تَعَالى كَوْنُـهُ حَيًّـا وَضِدُّهُ كَوْنُهُ مَيتًـا وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ
دَلِيْلُ الْحَيَـاةِ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ سَمِيْعًـا بَصِيْرًا
وَضِدُّهُمَا كَوْنُهُ أَصَمُّ وَكَوْنُهُ أَعْمى وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ
دَلِيْلُ السَّمْعِ وَ دَلِيْلُ الْبَصَرِ.
وَيَجِبُ فِى حَقِهِ تَعَالى كَوْنُـهُ مُتَكَلِّمًـا وَضِدُّهُ
كَوْنُهُ أَبْكَمَ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ دَلِيْلُ الْكَلاَمِ.
QADIRAN
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Qādiran (adanya Allah Dzat yang
Maha Kuasa). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu ‘Ājizan(adanya Allah Dzat yang
lemah).Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang Maha
Kuasa adalah sebagaimana dalilnya sifat al-Qudrah (Maha Berkuasa).
MURIDAN
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Murīdan (adanya Allah Dzat yang
Maha Berkehendak). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Kārihan (adanya Allah Dzat
yang terpaksa).Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang
Maha Berkehendak adalah dalil sifat al-Irādah(Maha Berkehendak).
ALIMAN
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu ‘Āliman (adanya Allah Dzat yang
Maha Mengetahui). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Jāhilan (adanya Allah Dzat
yang Bodoh). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat yang
Maha Mengetahui adalah dalil sifat al-‘Ilmu (Maha Mengetahui).
HAYYAN
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat Kaunuhu Ḥayyan (adanya Allah Dzat yang
Maha Hidup). Kebalikannya adalah sifat Kaunuhu Mayyitan (adanya Allah Dzat yang
Mati). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat yang Maha Hidup adalah dalil
sifat al-Ḥayyāh(Maha Hidup).
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat
Kaunuhu Samī‘an (adanya Allah Dzat yang Maha Mendengar) dan Kaunuhu
Bashīran(adanya Allah Dzat yang Maha Melihat). Kebalikannya adalah sifat
Kaunuhu ‘Ashamma (adanya Allah Dzat yang Tuli) adan Kaunuhu A‘mā (adanya Allah
Dzat yang Maha Buta). Dalil bahwa Allah s.w.t. memiliki sifat adanya Allah Dzat
yang Maha Mendengar dan adanya Allah Dzat yang Maha Melihat adalah dalil sifat
as-Sama‘ dan dalil sifat al-Bashar (Maha Mendengar dan Maha Melihat).
MUTAKALLIMAN
Wajib pada ḥaqqnya Allah s.w.t., sifat
Kaunuhu Mutakalliman (adanya Allah Dzat yang Maha Berfirman). Kebalikannya
adalah sifat Kaunuhu Abkama (adanya Allah Dzat yang Bisu). Dalil bahwa Allah
memiliki sifat adanya Allah s.w.t. Dzat yang Maha Berfirman adalah dalil sifat
al-Kalām (Maha Berfirman).
SIFAT JAIZ BAGI ALLAH
وَالْجَـائِزُ فِى حَقِّهِ تَعَالى فِعْلُ كُلِّ مُمْكِنٍ أَوْتَرْكُهُ
وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَوْ وَجَبَ عَلَيْهَ سُبْحَانَ اللهُ وَتَعَالى
فِعْلُ شَيْءٍ أَوْ تَرْكُهُ لَصَارَ الْجَائِزُ وَاجِبًـا أَوْ مُسْتَحِيْلاً
وَهُوَ مُحِالٌ.
Boleh bagi ḥaqqnya Allah s.w.t. bersifat
mengerjakan setiap perkara yang mungkin atau meninggalkannya. Dalil bahwa Allah
s.w.t. bersifat mengerjakan setiap perkara yang mungkin atau meninggalkannya
adalah seandainya Allah berkewajiban untuk mengerjakan sesuatu atau
berkewajiban untuk meninggalkannya niscaya sifat Jā’iztersebut menjadi Wājib
atau Mustaḥīl. Dan hal itu adalah hal yang tidak dapat diterima oleh akal
(mustaḥīl).
SIFAT WAJIB BAGI RASUL
وَيَجِبُ فِى حَقِّ الرُّسُلِ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ
الصِّدْقُ وَضِدُّهُ الْكِذْبُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّـهُمْ لَوْ كَذَبُوا
لَكَانَ خَبَرُ اللهِ سُبْحَانَهُ وَتَعَالى كَاذِبًـاوَهُوَ مُحَالٌ.
وَيَجِبُ فِى حَقِّهِمْ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ
الأَمَانَـةُ وَضِدُّهَـا الْخِيَانَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُمْ لَوْ
خَانُوا بِفِعْلٍ مَحَرَّمٍ أَوْ مَكْرُوهٍ لَكُـنَّا مَأْمُرِيْنَ بِمِثْلِ ذلِكَ
وَلاَ يَصِحُ أَنْ نُؤْمَرَ بِمُحَرَّمٍ أَوْ مَكْرُوْهٍ.
وَيَجِبُ فِى حَقِّهِمْ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ تَبْلِيْغُ
مَا أُمِرُوْا بِتَبْلِـيْغِهِ لِلْخَلْقِ وَضِدُّهُ كِتْمَانُ ذلِكَ
وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُمْ لَوْ كَتَمُوْا شَيْأً أُمِرُوْا
بِتَبْلِـيْغِهِ لَكُـنَّا مَأْمُرِيْنَ بِكِتْمَانِ الْعِلْمِ وَلاَ يَصِحُ أَنْ
نُؤْمَرَ بِهِ لأَنَّ كَاتِمَ الْعِلْمِ مَلْعُوْنٌ.
وَيَجِبُ فِى حَقِّهِمْ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ
الْفَطَانَـةُ وَضِدُّهَا الْبَلاَدَةُ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ أَنَّهُ لَو
انْتَفَتْ عَنْهُمْ الْفَطَانَةُ لَمَا قَدَرُوْا أَنْ يُقِيْمُوْا حُجَّـةً عَلى
الخَصْمِ وَهُوَ مُحَالٌ لأَنَّ الْقُرْأنَ دَلَّ فِى مَوَاضِعَ كَثِيْرَةٍ عَلَى
اِقَامَتِهِمْ الْحُجَّةَ عَلى الْخَصْمِ
وَالْجَائِزُ فِى حَقِّهِمْ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ
الأَعْرَاضُ الْبَشَرِيَّةُ الَّتِى لاَ نُؤْدِى اِلى نَقْصٍ فِى مَرَاتِبِهِمْ
الْعَلِيَةِ كَالْمَرَضِ وَنَحْوِهِ وَالدَّلِيْلُ عَلى ذلِكَ مُشَاهَدَتُهَـا
بِهِمْ عَلَيْهِمْ الصَّلاَةُ وَالسَّلامُ .
SHIDIQ (JUJUR DAN BENAR)
Dan wajib bagi ḥaqqnya para rasūl
‘Alaihim-ush-Shalātu was-Salām sifat ash-Shiddīq (Benar atau Jujur).
Kebalikannya adalah sifat al-Kidzbu(Berbohong). Dalil bahwa para rasul memiliki
sifat ash-Shidqu adalah seandainya para rasul berbohong niscaya berita/khabar
dari Allah s.w.t. adalah suatu hal yang tidak benar/bohong. Dan hal itu tidak
dapat diterima oleh akal (mustaḥīl).
AMANAH (DAPAT DIPERCAYA)
Dan wajib bagi ḥaqqnya para rasūl
‘Alaihim-ush-Shalātu was-Salām sifat al-Amānah (dapat dipercaya/terpercaya).
Kebalikannya adalah sifat al-Khiayānat(Berkhianat/tidak dapat dipercaya). Dalil
bahwa para rasul memiliki sifat al-Amānah adalah seandainya pula rasul
berkhianat dengan berbuat hal yang diharamkan atau yang dimakruhkan niscaya
kita semua diperintahkan dengan hal yang serupa. Dan tidak benar jika kita
diperintah untuk melakukan hal yang diharamkan atau yang dimakruhkan.
TABLIGH
Dan wajib bagi ḥaqqnya para rasūl
‘Alaihim-ush-Shalātu was-Salām sifat Tablīghu Mā Umirū bi
Tablīghihi(Menyampaikan hal yang diperintahkan untuk disampaikan). Kebalikannya
adalah sifat Kitmān (Menyembunyikan hal yang diperintahkan untuk disampaikan)
Dalil bahwa para rasul memiliki sifat Tablīghu Mā Umiru bi Tablīghihi adalah
seandainya para rasul menyembunyikan suatu hal yang diperintahkan untuk
disampaikan, niscaya kita diperintahkan untuk menyembunyikan ilmu. Dan tidak
benar jika kita diperintah untuk itu. Karena sesungguhnya orang yang
menyembunyikan ilmu itu dilaknat.
FATHONAH
Dan wajib bagi ḥaqqnya para rasūl ‘Alaihim-ush-Shalātu
was-Salām sifat al-Fathanah (Cerdas/Pandai). Dalil bahwa para rasul memiliki
kecerdasan niscaya mereka tidak akan mampu untuk berhujjah mengalahkan para
lawan/musuhnya. Dan hal itu tidak dapat diterima akal. Karena al-Qur’ān telah
menunjukkan dalam banyak tempat atas kemampuan para rasul berhujjah mengalahkan
para lawan/musuhnya.
SIFAT JAIZ RASUL
Boleh bagi ḥaqqnya para rasūl
‘Alaihim-ush-Shalātu was-Salām sifat al-A‘rādh-ul-Basyariyyah (sifat Manusiawi)
yang tidak sampai mendatangkan pada rendahnya martabat mereka yang luhur,
seperti sakit dan semisalnya. Dalil bahwa para rasul memiliki sifat Manusiawi
(al-A‘rādh-ul-Basyariyyah) adalah kenyataan yang dapat disaksikan pada diri
para rasul ‘Alaihim-ush-Shalātu was-Salām.
PENUTUP
خَاتِمَةٌ
يَجِبُ عَلى الشَّخْصِ أَنْ يَعْرِفَ نَسَبَهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ مِنْ جِهَةِ أَبِيْهِ وَ مِنْ جِهَّةِ أُمِّهِ فَأَمَّـا نَسَـبُهُ
صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جِهَةِ أَبِيْهِ فَهُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ
بْنُ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِ بِنِ هَاشِمِ بِنِ عَبْدِ مَنَافِ
بْنِ قُصَى بِنِ كِلاَبِ بْنِ مُرَّةَ بْنِ كَعْبِ بْنِ لُؤَى بْنِ غَالِبِ بْنِ
فِهْرِ بْنِ مِالِكِ بْنِ النَّضْرِ بْنِ كِنَانَةَ بْنِ خُزَيْمَةَ بْنِ
مُدْرِكَةَ بْنِ اِلْيَاسَ بِنِ مُضْرِ بْنِ نِزَارِ بْنِ مُعَدِ بْنِ عَدْنَانَ
وَلَيْسَ فِيْمَا بَعْدَهُ اِلى آدَمَ عَلَيْهِ الصَّلاِةُ وَالسَّلاَمُ طَرِيْقٌ
صَحِيْحٌ فِيْمَا يُنْقَلُ.
وَأَمَّـا نَسَـبُهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مِنْ جِهَةِ
اُمِّهِ فَهُوَ سَيِّدُنَا مُحَمَّدُ بْنُ آمِنَةَ بِنْتِ وَهْبِ بْنِ عَبْدِ
مَنَافِ بْنِ زُهْرَةَ بْنِ كِلاَبِ فَتَجْتَمِعُ مَعَهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فِى جَدِّهِ كِلاَبٌ
SILSILAH NASAB RASULULLAH
Wajib bagi semua orang untuk mengetahui
silsilah Nabi s.a.w., baik dari pihak ayah Beliau maupun dari pihak ibu Beliau.
Adapun silsilah Nabi s.a.w., dari jalur
ayah beliau adalah, baginda kita Muḥammad s.a.w., adalah putra ‘Abdullāh
putranya ‘Abd-ul-Muththalib putranya Hāsyim putranya ‘Abdu Manāf putranya
Qushay putranya Kilāb putranya Murrah putranya Ka‘b putranya Lu’ay putranya
Ghālib putranya Fihr putranya Mālik putranya Nadhar putranya Kinānah purtranya
Khuzaimah putranya Mudrikah putranya Ilyās putranya Mudhar putranya Nizār
putranya Ma‘add putranya ‘Adnān. Dan – sampai Sayyid ‘Adnān ini – tidak ada
silsilah yang Shaḥīḥ hingga Nabi ‘Ādam a.s.
Adapun silsilah Nabi s.a.w., dari jalur
ibunya adalah, Baginda kita Muḥammad s.a.w., adalah putra Āminah putrinya Wahb
putranya ‘Abdu Manāf putranya Zuhrah putranya Kilāb. Maka bertemulah Sayyidah
Āminah beserta Nabi s.a.w., pada kakeknya, yakni Sayyid Kilāb.
KEKHUSUSAN NABI
وَمِمَّا يَجِبُ أَيْضًـا أَنْ يَعْلَمَ أَنَّ لَهُ حَوْضًـا.
وَأَنَّهُ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَشْفَعُ فِى فَصْلِ
الْقَضَاءِ وَهَذِهِ الشَّفَاعَةُ مُخْتَصَةٌ بِهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَمِمَّا يَجِبُ أَيْضًـا أَنْ يَعْرِفَ الْرُّسُلَ الْمَذْكُورَةَ
فِى الْقُرْأنِ تَفْصِيْلاً وَأَمَّا غَيْرُهُمْ فَيَجِبُ عَلَيْهِ أَنْ
يَعْرِفَهُمْ اِجْمَالاً
وَقَدْ نَظَّمَ بَعْضُهُمْ الأَنْبِيآء اَلَّتِى تَجِبُ
مَعْرِفَتَهُمْ تَفْصِيْلاً, فَقَالَ
:
حَتْمٌ عَلى كُلِّ ذِي التَّكْلِيْفِ مَعْرِفَةٌ *** بِأَنْبِيَآءَ
عَلى التَّفْصِيْلِ قَدْ عُلِمُـوْا
فِى تِلْكَ حَجَتُنَا مِنْهُمْ ثَمَــانِيَةٌ *** مِنْ بَعْـدِ عَشْرٍ
وَيَبْقى سَبْعَةٌ وَهُمْ
اِدْرِيْسٌ هُوْدٌ شُعَيْبٌ صَالِحٌ وَكَذَا *** ذُو الْكِفْلِ آدَمٌ
بِالْمُخْتَارِ قَدْ خَتَمُوْا
Dan dari sebagian perkara yang wajib
untuk diketahui adalah sesungguhnya Nabi Muḥammad s.a.w., memiliki Ḥaudh(danau
di surga).
Dan sesungguhnya Nabi Muḥammad s.a.w.
akan memberi syafaat ketika dalam Fashl-ul-Qadhā’ (pemutusan hukum untuk
seluruh makhluk), dan Syafā‘ah ini dikhususkan kepada Nabi Muḥammad s.a.w.
Dan yang wajib untuk diketahui juga
adalah nama para rasul yang disebutkan dalam al-Qur’ān secara rinci, adapun
selain para rasul yang disebutkan dalam al-Qur’ān, maka wajib mengetahuinya
secara global saja.
Dan sebagian ulama telah menazhamkan nama
para Nabi yang wajib diketahui secara rinci, mereka berkata:
Wajib bagi setiap Mukallaf mengetahui,
Nama para Nabi secara terperinci yang
telah diketahui.
Di situlah hujjah kita. Sebagian mereka
ada delapan,
Setelah sepuluh (8+10=18) dan sisanya ada
tujuh yakni.
Nabi Idrīs, Hūd, Syu‘aib, Shāliḥ, begitu
juga,
Nabi Zulkifli, Ādam dengan Nabi yang
terpilihlah (Nabi Muḥammad) para Nabi diakhiri.
ERA TERBAIK SETELAH ZAMAN NABI
وَمِمَّا يَجِبُ اِعْتِقَادُهُ أَيْضًـا أَنَّ قَرَنَهُ أَفْضَلُ
الْقُرُونِ ثُمَّ الْقَرْنُ الَّذِي بَعْدَهُ ثُمَّ الْقَرْنُ الَّذِي بَعْدَهُ
وَيَنْبَغِى لِلشَّخْصِ أَنْ يَعْرِفَ أَوْلاَدَهُ صَلّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَهُمْ عَلى الصَّحِيْحِ سَيِّدُنَا الْقَاسِمُ وَسَيِّدَتُنَا
زَيْنَبُ وَسَيِّدَتُنَا رُقَيَّةُ وَسَيِّدَتُنَا فَاطِمَةُ وَسَيِّدَتُنَا اُمُّ
كُلْثُومٍ وَسَيِّدُنَا عَبْدُ اللهِ وَهُوَ الْمُلَقَّبُ بِالطَّيِّبِ
وَالطَّاهِرِ وَسَيِّدُنَا اِبْرَاهِيْمُ وَكُلُّهُمْ مِنْ سَيِّدَتِنَا
خَدِيْجَةَ الْكُبْرى اِلاَّ اِبْرَاهِيْمَ فَمِنْ مَارِيَةَ الْقِبْطِيَّةِ.
وَهَذَا آخِرُ مَا يَسَّرَهُ اللهُ مِنْ فَضْلِهِ وَكَرَمِهِ
وَالْحَمْدُ للهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ وَصَلّى اللهُ عَلى سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ وَعَلى الِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Dan sebagian yang wajib diyakini lagi
adalah, bahwa sesungguhnya masa/era Rasūlullāh s.a.w., adalah masa yang
terbaik, lantas masa sesudahnya (Shahabat Nabi) kemudian masa sesudahnya lagi
(Tābi‘īn).
Dan seyogyanya bagi seseorang untuk
mengetahui putra seseorang untuk mengetahui putra-putri Nabi Muḥammad s.a.w.
Dan jumlah mereka berdasarkan riwayat yang Shaḥīḥ adalah Sayyid Qāsim, Sayyidah
Zainab, Sayyidah Ruqayyah, Sayyidah Fāthimah, Sayyidah Ummi Kultsūm, Sayyid
‘Abdullāh yang dijuluki ath-Thayyib dan ath-Thāhir, Sayyid Ibrāhīm. Dan mereka
semuanya dari Ibu Sayyidah Khadījah al-Kubrā kecuali Sayyid Ibrāhīm dari Ibu
Māriyyah al-Qibthiyyah.
Ini akhir dari sesuatu yang telah
dimudahkan oleh Allah s.w.t., dari sifat Kedermawanan-Nya dan Kemuliaan-Nya.
Segala puji hanya milik Allah s.w.t., Tuhan
semesta alam. Shalawat kepada Baginda kita Muḥammad s.a.w., dan juga kepada
keluarganya dan para Shahabatnya.