Terjemah Kitab Ta'lim Muta'allim (Taklim Al-Muta'allim)
Judul kitab asal: Ta'limul Muta'allim Tariq Al-Ta'allum ( تعليم المتعلم طريق التعلم)
Pengarang: Burhanul Islam Al-Zarnuji
Daftar Isi Terjemah Kitab Ta'lim Muta'alim (Taklim Al-Muta'allim)
PENGERTIAN ILMU SERTA KEUTAMAANNYA
A. Kewajiban Belajar.
Rasulullah saw bersabda : “Menuntut ilmu
wajib bagi muslim laki-laki dan muslim perempuan”.
Perlu diketahui bahwa, kewajiban menuntut
ilmu bagi muslim laki-laki dan perempuan ini tidak untuk sembarang ilmu, tapi
terbatas pada ilmu agama, dan ilmu yang menerangkan cara bertingkah laku atau
bermuamalah dengan sesama manusia. Sehingga ada yang berkata,“Ilmu yang paling
utama ialah ilmu Hal. Dan perbuatan yang paling mulia adalah menjaga perilaku.”
Yang dimaksud ilmu hal ialah ilmu agama islam, shalat misalnya.
Oleh karena setiap orang islam wajib
mengerjakan shalat, maka mereka wajib mengetahui rukun-rukun dan sarat-sarat
sahnya shalat, supaya dapat melaksanakan shalat dengan sempurna.
Setiap orang islam wajib
mempelajari/mengetahui rukun maupun shalat amalan ibadah yang akan
dikerjakannya untuk memenuhi kewajiban tersebut. Karena sesuatu yang menjadi
perantara untuk melakukan kewajiban, maka mempelajari wasilah/perantara
tersebut hukumnya wajib. Ilmu agama adalah sebagian wasilah untuk mengerjakan
kewajiban agama. Maka, mempelajari ilmu agama hukumnya wajib. Misalnya ilmu
tentang puasa, zakat bila berharta, haji jika sudah mampu, dan ilmu tentang
jual beli jika berdagang.
Muhammad bin Al-Hasan pernah ditanya
mengapa beliau tidak menyusun kitab tentang zuhud, beliau menjawab, “aku telah
mengarang sebuah kitab tentang jual beli.” Maksud beliau adalah yang dikatakan
zuhud ialah menjaga diri dari hal-hal yang subhat (tidak jelas halal haramnya)
dalam berdagang.
Setiap orang yang berkecimpung di dunia
perdagangan, wajib mengetahui cara berdagang dalam islam supaya dapat menjaga
diri dari hal-hal yang diharamkan. Setiap orang juga harus mengetahui ilmu-ilmu
yang berkaitan dengan batin atau hati, misalnya tawakal, tobat, takut kepada
Allah, dan ridha. Sebab, semua itu terjadi pada segala keadaan.
وشرف العلم لايخفى على أحد إذ هو المختص بالإنسانية لأن جميع الخصال
سوى العلم، يشترك فيها الإنسان وسائر الحيوانات: كالشجاعة والجراءة والقوة والجود
والشفقة وغيرها سوى العلم.
وبه أظهر الله تعالى فضل آدم عليه السلام على الملائكة، وأمرهم
بالسجود له.
وإنما شرف العلم بكونه وسيلة الى البر والتقوى، الذى يستحق بها المرء
الكرامة عند الله، والسعادة والأبدية، كما قيل لمحمد بن الحسن رحمة الله عليهما
شعرا:
تعـلـم فــإن الـعلـم زيـن لأهــلــه وفــضـل وعــنـوان لـكـل
مـــحامـد
وكــن مـستـفـيدا كـل يـوم زيـادة من العـلم واسـبح فى بحـور الفوائـد
تـفـقـه فإن الـفــقـه أفــضـل قائـد الى الــبر والتـقـوى وأعـدل
قـاصـد
هو العلم الهادى الى سنن الهدى هو الحصن ينجى من جميع الشدائد
فـإن فـقيــهـا واحــدا مــتـورعــا أشـد عـلى الشـيطـان من ألـف عابد
(والعلم
وسيلة إلى معرفة: الكبر، والتواضع، والألفة، والعفة، والأسراف، والتقتير، وغيرها)،
وكذلك فى سائر الأخلاق نحو الجود، والبخل، والجبن، والجراءة. فإن الكبر، والبخل،
والجبن، والإسراف حرام، ولايمكن التحرز عنها إلا بعلمها، وعلم ما يضادها، فيفترض
على كل إنسان علمها.
وقد صنف السيد الإمام الأجل الأستاذ الشهيد ناصر الدين أبو القاسم
كتابا فى الأخلاق ونعم ما صنف، فيجب على كل مسلم حفظها.
وأما حفظ ما يقع فى الأحايين ففرض على سبيل الكفاية، إذا قام البعض فى
بلدة سقط عن الباقين، فإن لم يكن فى البلدة من يقوم به اشتركوا جميعا فى المأثم،
فيجب على الإمام أن يأمرهم بذلك، ويجبر أهل البلدة على ذلك.
قيل: إن العلم ما يقع على نفسه فى جميع الأحوال بمنزلة الطعام لابد
لكل واحد من ذلك.
وعلم ما يقع فى الأحايين بمنزلة الدواء يحتاج إليه (فى بعض الأوقات(
وعلم النجوم بمنزلة المرض، فتعلمه حرام، لأنه يضر ولاينفع، والهرب عن
قضاء الله تعالى وقدره غير ممكن.
فينبغى لكل مسلم أن يشتغل فى جميع أوقاته بذكر الله تعالى والدعاء،
والتضرع، وقراءة القرآن، والصدقات [الدافعة للبلاء] [والصلاة] ، ويسأل الله تعالى
العفو والعافية فى الدين والآخرة ليصون الله عنه تعالى البلاء والآفات، فإن من رزق
الدعاء لم يحرم الإجابة. فإن كان البلاء مقدرا يصيبه لامحالة، ولكن يبر الله عليه
ويرزقه الصبر ببركة الدعاء.
اللهم إذا تعلم من النجوم قدرما يعرف به القبلة، وأوقات الصلاة فيجوز
ذلك
وأما تعلم علم الطب فيجوز، لأنه سبب من الأسباب فيجوز تعلمه كسائر
الأسباب. وقد تداوى النبى عليه السلام،
وقد حكى عن الشافعى رحمة الله عليه أنه قال: العلم علمان: علم الفقه
للأديان، وعلم الطب للأبدان، وما وراء ذلك بلغة مجلس.
وأما تفسير العلم: فهو صفة يتجلى بها المذكور لمن قامت هى به كما هو.
والفقه: معرفة دقائق العلم مع نوع علاج. قال أبو حنيفة رحمة الله عليه: الفقه
معرفة النفس ما لها وما عليها. وقال: ما العلم إلا للعمل به، والعمل به ترك العاجل
الآجل.
فينبغى للإنسان أن لايغفل عن نفسه، ما ينفعها وما يضرها، فى أولها
وآخرها، ويستجلب ما ينفعها ويجتنب عما يضرها، كى لايكون عقله وعمله حجة فيزداد
عقوبة، نعوذ بالله من سخطه وعقوبه.
وقد ورد فى مناقب العلم وفضائله، آيات وأخبار صحيحة مشهورة لم نشتغل
بذكرها كى لايطول الكتاب.
B. Keutamaan Ilmu
Tidak seorang pun yang meragukan akan
pentingnya ilmu pengetahuan, karena ilmu itu khusus dimiliki umat manusia.
Adapun selain ilmu, itu bisa dimiliki manusia dan bisa dimiliki binatang.
Dengan ilmu pengetahuan Allah Ta’ala mengangkat derajat Nabi Adam as. Di atas
para malaikat. Oleh karena itu, malaikat di perintah oleh Allah agar sujud
kepada Nabi Adam as.
Ilmu itu sangat penting karena itu
sebagai perantara (sarana) untuk bertaqwa. Dengan taqwa inilah manusia menerima
kedudukan terhormat disisi Allah, dan keuntungan yang abadi. Sebagaimana
dikatakan Muhammad bin Al-Hasan bin Abdullah dalam syairnya : “Belajarlah!
Sebab ilmu adalah penghias bagi pemiliknya. dia perlebihan, dan pertanda segala
pujian, Jadikan hari-harimu untuk menambah ilmu. Dan berenanglah di lautan ilmu
yang berguna.”
Belajarlah ilmu agama, karena ia adalah
ilmu yang paling unggul. Ilmu yang dapat membimbing menuju kebaikan dan taqwa,
ilmu paling lurus untuk di pelajarai. Dialah ilmu yang menunjukkan kepada jalan
yang lurus, yakni jalan petunjuk. Tuhan yang dapat menyelamatkan manusia dari
segala keresahan. Oleh karena itu orang yang ahli ilmu agama dan bersifat wara’
lebih berat bagi setan daripada menggoda seribu ahli ibadah tapi bodoh.
C. Belajar Ilmu Akhlaq
Setiap orang islam juga wajib
mengetahui/mempelajari akhlak yang terpuji dan yang tercela, seperti watak
murah hati, kikir, penakut, pemberani, merendah diri, congkak, menjaga diri
dari keburukan, israf (berlebihan), bakhil terlalu hemat dan sebagainya. Sifat
sombong, kikir, penakut, israf hukumnya haram. Dan tidak mungkin bisa terhindar
dari sifat-sifat itu tanpa mengetahui kriteria sifat-sifat tersebut serta
mengetahui cara menghilangkannya. Oleh karena itu orang islam wajib
mengetahuinya.
Asy-Syahid Nasyiruddin telah menyusun
kitab yang membahas tentang akhlak. Kitab tersebut sangat bermutu, dan perlu
dibaca. Karena setiap orang wajib memelihara akhlaknya.
D. Ilmu Yang Fardu Kifayah dan Yang Haram
dipelajari
Adapun mempelajari amalan agama yang
dikerjakan pada saat tertentu seperti shalat zenajah dan lain-lain, itu
hukumnya fardhu kifayah. Jika di suatu tempat/daerah sudah ada orang yang
mempelajari ilmu tersebut, maka yang lain bebas dari kewajiban. Tapi bila di
suatu daerah tak ada seorangpun yang mempelajarinya maka seluruh daerah itu
berdosa. Oleh karena itu pemerintah wajib memerintahkan kepada rakyatnya supaya
belajar ilmu yang hukumnya fardhu kifayah tersebut. Pemerintah berhak memaksa
mereka untuk mereka untuk melaksanakannya.
Dikatakan bahwa mengetahui/mempelajari
amalan ibadah yang hukumnya fardhu ain itu ibarat makanan yang di butuhkan
setiap orang. Sedangkan mempelajari amalan yang hukumnya fardhu kifayah, itu
ibarat obat, yang mana tidak dibutuhkan oleh setiap orang, dan penggunaannya
pun pada waktu-waktu tertentu.
Sedangkan mempelajari ilmu nujum itu
hukumnya haram, karena ia diibaratkan penyakit yang sangat membahayakan. Dan
mempelajari ilmu nujum itu hanyalah sia-sia belaka, karena ia tidak bisa
menyelamatkan seseorang dari taqdir Tuhan.
Oleh karena itu, setiap orang islam wajib
mengisi seluruh waktunya dengan berzikir kepada Allah, berdo’a, memohon seraya
merendahkan diri kepadaNya, membaca Al-Qur’an,dan bersedekah supaya terhindar
dari mara bahaya.
Boleh mempelajari ilmu nujum (ilmu falaq)
untuk mengetahui arah kiblat, dan waktu-waktu shalat.
Boleh pula mempelajari ilmu kedokteran,
karena ia merupakan usaha penyembuhan yang tidak ada hubungannya dengan sihir,
jimat, tenung dan lain-lainnya.Karena Nabi juga pernah berobat.
Imam Syafi’I rahimahullah berkata, “ilmu
itu ada dua, yaitu ilmu piqih untuk mengetahui hukum agama, dan ilmu kedokteran
untuk memelihara badan.”
E. Definisi Ilmu
Ilmu ditafsiri dengan : Sifat yang
dimiliki seseorang, maka menjadi jelaslah apa yang terlintas di dalam
pengertiannya. Fiqih adalah: Pengetahuan tentang kelembutan-kelebutan ilmu.
Ujar Abu Hanifah : Fiqih adalah pengetahuan tentang hal-hal yang berguna, yang
berbahaya bagi diri seseorang. Ujarnya lagi : Ilmu itu hanya untuk
diamalkannya, sedang mengamalkan di sini berarti meninggalkan orientasi demi
akhirat.
Maka seyogyanya manusia jangan sampai
lengah diri dari hal-hal yang bermanfaat dan berbahaya di dunia dan akhirat.
Dengan demikian dia akan mengambil mana yang bermanfaat dan menjauhi mana yang
berbahaya, agar supaya baik akal dan ilmunya tidak menjadi beban pemberat atas
dirinya dan menambah siksanya. Kita berlindung kepada allah dari murka dan
siksanya.
Dalam masalah kebaikan keistimewaan dan
keutaman ilmu itu, banyak ayat-ayat al-quran dan hadis-hadis shahih dan masyhur
yang mengemukakannya. Namun kali ini tidak kami kedepankan, agarlah uraian
kitab ini tidak terlalu berkepanjangan.