Terjemah Kitab Nashaihul Ibad (kumpulan
nasihat pilihan bagi para hamba)
Judul kitab asal: Nashaih Al-Ibad fi Bayani Munabbihat li Yaumil Ma'ad li Ibn Hajar Al-Asqalani ( نصائح العباد في بيان ألفاظ منبهات على الاستعداد ليوم المعاد لابن حجر العسقلاني)
Pengarang: Nawawi bin Umar al-Bantani Al-Jawi Al-Indunisi (محمد نووي بن عمر بن عربي بن علي الجاوي البنتني الإندونيسي)
Nama yang dikenal di Arab: محمد نووي بن عمر الجاوي
Kelahiran: 1813 Masehi; 1230 H, Tanara, Banten, Indonesia
Meninggal: 1897 M; 1316 H, Pemakaman Ma'la Makkah Al-Mukarramah, w. 672 H /22 Februari 1274 M
Guru beliau antara lain: Khatib asy-Syambasi, Abdul Ghani Bima, Ahmad Dimyati, Zaini Dahlan, Muhammad Khatib, KH. Sahal al-Bantani, Sayyid Ahmad Nahrawi, Zainuddin Aceh
Murid beliau antara lain: KH. Hasyim Asyari, KH. Ahmad Dahlan, KH. Khalil Bangkalan, KH. Asnawi Kudus, KH. Mas Abdurrahman, KH. Hasan Genggong, Sayid Ali bin Ali al-Habsy
BAB VI
NASEHAT TENTANG TUJUH PERKARA
1. Tujuh Golongan Mendapat Naungan dari
Allah
Dari Abu Hurairah r.a.: dari Nabi saw.,
beliau bersabda:
“Tujuh golongan, mereka akan dinaungi
oleh Allah di bawah naungan: Arasy kelak di hari tiada naungan melainkan naungan
Allah, yaitu: Imam yang adil, pemuda yang tumbuh beribadah kepada Allah swt., –
orang yang zikir kepada Allah swt. di kesepian sampai bercucuran air matanya
karena takut kepada Allah, orang yang jiwanya tertambat pada mesjid, bila ia
keluar dari mesjid seraya kembali lagi, orang yang. memberikan sedekah secara
diam-diam sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan oleh tangan
kanannya itu, dua orang yang saling menyayangi karena Allah, berkumpul dan
berpisah karena Allah, serta laki-laki yang diajak perempuan cantik (untuk
berbuat mesum dengannya), maka dia a menolaknya dan mengatakan, sungguh aku
takut kepada Allah swt.”
Imam yang adil di sini ialah setiap orang
yang menangani urusan umat Islam, baik para pejabat maupun hakim.
Orang yang beribadah dari usia muda, di
sini dikhususkan kepada Pemuda, karena dia tempat bergejolak syahwat.
Orang yang ingat kepada Allah dengan
lisannya atau dengan har dalam keadaan menyendiri, tidak dilihat selain oleh
Allah. Air matany, Meleleh karena takut kepada Allah.
Orang yang jiwanya tertambat di mesjid,
yakni hatinya sangat menyenangi mesjid, dan selalu berjamaah di mesjid.
Orang yang memberikan sedekah secara
diam-diam, sehingga seolah. olah tangan kirinya tidak tahu apa yang diberikan
oleh tangan kanannya, yakni kalau tangan kiri diumpamakan sebagai orang yang
bangun, maka dia tidak mengetahui sedekah tangan kanan karena tersembunyi. :
Menurut pendapat lain, yang dimaksud adalah manusia.
Dua orang yang saling menyayangi karena
Allah, bukan karena tujuan duniawi. Mereka menjalin kasih sayang sampai
meninggal dunia.
Laki-laki yang menolak ajakan perempuan
cantik untuk berbuat maksiat, karena takut kepada Allah.
Mereka semua itulah yang kelak pada hari
Kiamat akan mendapatkan naungan dari Allah swt.
Abu Syamah menuturkan tujuh golongan
tersebut dalam gubahan nazham pada Bahar Thawil, sebagai berikut:
Bersama Nabi yang mulia
Sungguhnya ada tujuh golongan
Allah meletakkan mereka di bawah
naungan-Nya
Orang yang menyayangi dan orang yang
menjaga diri pemuda (gemar beribadah) dan orang yang suka memberi
orang menangis, dan orang salat (di
mesjid Ilahi)
juga pemimpin yang adil.
2. Orang Bakhil Diancam oleh Tujuh
Perkara
Abu Bakar Ash-Shiddiq r.a. berkata:
“Orang bakhil tidak akan terhindar dari
tujuh hal: Ia mati, kemudian hartanya diwarisi oleh orang yang membelanjakannya
untuk keperluan di luar yang diperintahkan Allah: ia dikuasai oleh penguasa
jahat yang merampas hartanya setelah menyakitinya dulu: Allah membangkitkan
nafsu syahwatnya, sehingga memusnahkan hartanya: ia sendiri mempunyai kemauan
membangun atau memugar bangunan di tempat rawan, yang menyebabkan hartanya
musnah, ia tertimpa musibah duniawi semacam kebanjiran, kebakaran atau kecurian
dan sebagainya, ia terserang penyakit abadi, hingga habis untuk biaya
berobatnya: atau mungkin ia menanam hartanya dalam suatu lokasi, kemudian lupa
letak tempatnya dan tidak dapat menemukannya kembali.”
Atau mungkin ia mati sebelum sempat
memberikan kepada orang lain, di mana letak hartanya itu disimpan, sehingga
harta hilang tanpa bekas, karena tiada ahli waris yang mengetahuinya.
Demikianlah tujuh kemungkinan yang
kenyataannya dapat membuktikan seluruhnya. Semoga Allah melindungi kita dari
sikap bakhil.
3. Tujuh Sebab Akibat Buruk yang Merusak
Hati
Umar r.a. berkata:
“Siapa banyak tertawa, maka sedikit
wibawanya, siapa meremehkan manusia, maka ia diremehkannya: siapa banyak-banyak
melakukan sesuatu, maka ia dikenal oleh ahli sesuatu itu: siapa banyak
bicaranya, maka banyak pula salahnya, siapa banyak salahnya, maka ‘sedikit
perasaan malunya: siapa sedikit perasaan malunya, maka sedikit pula –
wira’inya, dan siapa yang sedikit wira’inya, maka matilah hatinya.”
Tujuh sebab akibat buruk, yaitu:
Pertama, orang yang banyak tertawa, maka
hilang wibawanya dan orang lain tidak menghormatinya. Abu Dzar Al-Ghifari
berkata, bahwa Rasulullah saw. bersabda:
“Janganlah banyak tertawa, karena banyak
tertawa akan mematikan hati dan menghilangkan cahaya muka”
Diriwayatkan dari Nabi saw., bahwa beliau
bersabda:
“Senda gurau adalah tipu daya dari setan dan
tipu muslihat dan hawa nafsu.”
Umar bin Abdul Aziz berkata: “Jauhilah
bersenda gurau, karena senda gurau adalah pekerjaan orang yang dungu, yang
dapat mengakibatkan. iri.
Selain itu, Al-Mawardi berkata dalam bait
syairnya:
Sungguh …..
bergurau itu awal mulanya manis
tetapi pada akhirnya permusuhan
Orang yang mulia akan benci pada senda
gurau
sedang orang yang dungu senang
melakukannya
Kedua, orang yang menyepelekan orang
lain, maka dia disepelekan.
Ketiga, orang yang berbuat sesuatu, maka
akan terkenal, seperti perkataan Sayidina Ali bin Abi Thalib r.a:
“Harga diri seseorang terletak pada
keahliannya.”
Keempat, orang yang banyak bicara, maka
banyak kesalahannya. .Diriwayatkan, bahwa Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya manusia yang paling banyak
dosanya pada hari Kiamat, adalah yang paling banyak membicarakan sesuatu yang
tidak berguna bagi dirinya”
(Ibnu Nashr). Diriwayatkan pula, bahwa
Nabi saw. bersabda:
“Lisan akan disiksa dengan suatu siksaan
yang tubuh pun tidak akan disiksa dengan siksaan itu, lalu lidah berkata:
“Wahai, Tuhanku, mengapa Engkau menyiksaku dengan suatu siksaan yang Engkau
tidak menyiksa pada tubuh?” Maka dijawab: ‘Karena telah keluar perkataan darimu
yang telah sampai ke Timur dan Barat, dengan perkataanmu itu mengalir darah
yang haram. Demi kemuliaan-Ku, Aku akan menyiksamu dengan suatu siksaan yang
Aku tidak menimpakannya pada tubuh sedikit pun’.” (H.R. Abu Nu’aim).
Kelima, orang yang banyak salahnya, maka
sedikit malunya. Sebagian hukama berkata:
“Barangsiapa yang memakai baju malu, maka
orang lain tidak bakal melihat nodanya.”
segolongan pujangga berkata:
“Hidupnya wibawa dengan punya rasa malu,
sebagaimana hidupnya pohon dengan air.”
Saleh bin Abd. Qudus mendendangkan
syairnya dalam Bahar Thawil sebagai berikut:
“Apabila telah sedikit air mukanya
(wibawanya), maka sedikit pula rasa malunya, tidak ada keindahan pada muka jika
sedikit air mukanya, Jagalah rasa malumu sungguh rasa malu menunjukkan
pekerjaan yang mulia.”
Keenam, orang yang sedikit malunya, maka
sedikit wira’inya. Wira’i adalah menjauhi perkara yang subhat karena takut
terjerumus pada yang haram.
Ketujuh, orang yang sedikit wira’inya,
maka mati hatinya, yaitu dia tidak akan menerima peringatan. Orang yang paling
jauh dari Allah, ialah orang yang keras hatinya.
4. Tujuh Kalimat dalam Harta Terpendam
dan Dua Anak Yatim pada Zaman Nabi Musa a.s.
Allah swt. berfirman:
”ternyata di bawahnya terdapat kanzun
(simpanan) untuk mereka (dua anak yatim) dan ternyata ayah mereka adalah orang
saleh.” (Q.S. Al-Kahfi: 82)
Dua anak yatim ini bernama Ashram dan
Sharim, sedang ayah mereka yang dinyatakan sebagai orang saleh tersebut,
bernama: Kaasyih.
Dalam masalah kanzun ini, diriwayatkan
dari Utsman bin Affan r.a., beliau menjelaskan:
“Kanzun adalah lempengan emas yang
tertulis padanya tujuh kalimat:
– Saya heran kepada orang yang tahu akan
mati, namun dia tertawa.
– Saya heran kepada orang yang tahu bahwa
dunia rusak, namun dia menyenanginya.
– Saya heran kepada orang yang tahu bahwa
semua urusan sesuai dengan ketetapan Allah, namun dia masih bingung karena
urusan – Saya heran kepada orang yang telah mengetahui adanya hisab, namun dia
mengumpulkan harta.
– Saya heran kepada orang yang telah
mengetahui adanya neraka, tapi ia malah berbuat dosa.
– Saya heran kepada orang yang telah
mengetahui secara yakin “adanya surga, tetapi ia bersenang-senang dengan dunia.
– Dan saya heran kepada orang yang telah
mengetahui setan sebagai musuh, tetapi ia justru menaati ajakannya.
5. Tujuh Perkara Melebihi Keadaan
Kepada Ali bin Abi Thalib -karramallahu
wajhahuditanyakan hal-hal sebagai berikut:
“Apakah yang lebih berat dibanding
langit? Apa yang lebih luas daripada | bumi? Apa yang lebih kaya dibanding
laut? Apa yang lebih keras daripada batu? Apa yang lebih panas dibanding api?
Apa yang lebih dingin daripada air zamharir? Apa yang lebih pahit dibanding
racun?”
Kemudian beliau menjawab sebagai berikut:
“Berbuat bohong kepada makhluk lebih
berat daripada langit. Yang hak (benar) lebih luas daripada bumi. Hati yang
qanaah lebih kaya daripada laut, hati
orang munafik lebih keras daripada batu, penguasa yang zalim lebih panas
daripada api, hajat (kebutuhan) terhadap orang jahat itu lebih dingin daripada
Zamharir, dan sabar lebih pahit dibanding racun. Pendapat lain menyebutkan: Perbuatan
adu domba lebih pahi daripada racun.”
Hati orang munafik lebih keras daripada
batu, sebab batu dapat pecah ‘ dihantam besi dan dapat mencekung karena tetes
air hujan yang cukup lama, tapi hati orang munafik tidak dapat dipengaruhi oleh
berbagai nasihat.
Mengenai perbuatan adu domba Nabi saw.
bersabda:
“Orang yang gemar berbuat adu domba tidak
dapat masuk surga.” (H.R. Al-Bukhari, Muslim dan Abu Dawud).
Selain itu, diriwayatkan pula, bahwa Nabi
saw. bersabda:
“Bukan dari golonganku orang yang hasud orang
yang mengadu ‘ domba, dan orang yang suka berdukun, dan saya bukan dari
golongan mereka.”
6. Tujuh Pandangan Nabi saw. Tentang
Dunia
Nabi saw. bersabda:
“Dunia adalah tempat orang yang tidak
mempunyai tempat, dan hartanya orang yang tidak mempunyai harta, dunia
dikumpulkan oleh orang yang tidak mempunyai akal dan disibukkan oleh orang yang
tidak memahaminya, orang yang tidak mempunyai pengetahuan akan merasakan sedih
dan orang yang tidak mempunyai akan iri dengan dunia dan orang yang tidak punya
keyakinan akan memperjuangkan atau mencarinya”
Sehubungan dengan ini semua, Nabi saw.
bersabda:
“Jika ia pergi mencari dunia secukup
keperluan anak kecilnya, maka ia berada di jalan Allah, jika ia pergi mencari
dunia secukup keperluan kedua orangtuanya yang sudah renta, maka ia berada di
jalan Allah: jika ia pergi mencari dunia untuk keperluan diri sendiri agar
tidak minta-minta pada orang lain, maka ia berada di jalan Allah, dan jika ia
pergi mencari dunia untuk pamer dan kebanggaan, maka ia berada-di jalan –
setan.”
(H.R. Ath-Thabrani).
7. Tujuh Wasiat Jibril kepada Nabi saw.
Dari Jabir bin Abdullah Al-Anshari r.a.
dari Nabi saw. beliau bersabda:
“Selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku
tentang tetangga, sampai saya kira ia mau menjadikannya ahli waris: selalu saja
Jibril mewasiatkan kepadaku tentang wanita, sampai saya kira ia akan
mengharamkan menalaknya, selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku tentang
budakbudak belian, sampai saya kira ia akan menentukan saat kemerdekaan mereka
dengan sendirinya, selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku tentang bersiwak,
sampai saya kira ia akan menjadi wajib: selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku
tentang salat berjamaah, sampai saya kira bahwa Allah tidak berkenan menerima
salat kecuali dengan berjamaah: selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku agar
salat Qiyamul Lail, sampai saya kira tidak boleh tidur di malam hari, dan
selalu saja Jibril mewasiatkan kepadaku agar zikir (menyebut) Allah, sampai
saya kira suatu ucapan tidak bermanfaat tanpa disertai zikir Allah (menyebut
Asma Allah)”
Mengenai tetangga, hendaknya seseorang
dapat hidup rukun dan membantu mereka, baik berupa nasihat agama maupun
sumbangan harta. Tetangga yang lebih dekat hendaknya lebih memperoleh perhatian
dibanding tetangga yang jauh. Yang dimaksud tetangga di sini, ialah penghuni
rumah-rumah di sekitar rumah kita, tidak termasuk di sini penghuni mesjid,
madrasah atau pondokan.
8. Tujuh Orang yang Dimurkai Allah pada
Hari Kiamat
Nabi saw. bersabda:
“Tujuh orang yang kelak di hari Kiamat,
Allah tidak memandangi mereka dengan pandangan rahmat, tidak pula menyucikan
mereka, bahkan memasukkan mereka ke neraka, yaitu: Orang yang mengerjai dan
dikerjai (bermain seks sesama jenis kelamin), orang yang nikah dengan tangannya
(masturbasi), orang yang menyetubuhi binatang, orang yang menyetubuhi dubur
wanita, orang yang mengawini wanita berikut anaknya, orang yang berzina dengan
istri tetangga dan orang yang menyakiti tetangga sampai tetangga itu
melaknatinya.” Tujuh orang yang dimurkai Allah swt. pada hari Kiamat:
Orang yang bermain seks dengan sesama
jenis (homoseksual), Nabi saw. bersabda:
“Apabila seorang laki-laki melakukan
hubungan dengan laki-laki, maka mereka berdua berbuat zina dan apabila seorang
wanita melakukan hubungan dengan wanita, maka mereka berdua juga dihukumi
berzina.” (H.R. Al-Baihagi).
Orang yang melakukan masturbasi/onani,
yakni orang yang berusaha mengeluarkan mani (ejakulasi) memakai perantaraan
tangan sendiri.
Orang yang menyetubuhi binatang, misalnya
kuda, kambing dan sebagainya. –
Laki-laki yang menyetubuhi istrinya
melalui duburnya.
Laki-laki yang mengawini seorang ibu
sekaligus anaknya.
Orang yang berzina dengan istri
tetangganya.
Orang yang menyakiti tetangganya dengan
ucapan atau perbuatan, sehingga tetangganya itu melaknatinya.
9. Tujuh Orang Termasuk Mati Syahid
Nabi saw. bersabda: :
“Selain orang yang gugur dalam perang di
jalan Allah, masih ada tujuh orang yang mati syahid, yaitu: Orang mati karena
sakit perut, adalah syahid: orang mati tenggelam, adalah syahid: orang mati
sakit pinggang, adalah syahid, orang mati karena penyakit tha’un (penyakit
menular yang telah mewabah), adalah syahid: orang mati tertimpa bangunan roboh,
adalah syahid: dan seorang ibu yang mati karena melahirkan, adalah syahid.”
Orang mati tenggelam atau tertimpa
bangunan roboh, adalah mati syahid, jika ternyata waktu itu tidak dapat
mengelakkan diri dari bencana tersebut. Kalau misalnya mungkin dapat mengelak
tetapi ia diam saja, sehingga benar-benar tertimpa dan mati, maka dihukumi mati
bunuh diri.
Selain itu juga masih ada orang-orang
mati syahid lain, yaitu: Orang mati karena sakit paru-paru, tersesat di
kesepian, sakit panas, terkena bisa, sakit asma, diserang binatang buas,
terjatuh dari tebing, di pembaringan saat berjuang di jalan Allah, membela
harta, agama, jiwa atau keluarganya, dalam penjara jika ia dipenj arakan secara
zalim, sakit rindu, dan di saat menuntut ilmu.
10. Tujuh Hal yang Harus Dipilih oleh
Orang yang Berakal
Dari Ibnu Abbas r.a:
“Orang yang berbekal harus memilih tujuh
(sifat) daripada tujuh (sifat) yang lain, yaitu memilih fakir daripada kaya,
memulih hina daripada mulia, memilih tawaduk daripada sombong, memilih lapar
daripada kenyang, memilih susah daripada senang, memilih kerendahan daripada
ketinggian dan memilih mati daripada hidup.”
Mengenai kemelaratan/kefakiran, Nabi saw.
bersabda:
“Kefakiran itu cela bagi manusia, tapi
perhiasan menurut Allah” (H.R. Ad-Dailami)
Dalam hadits lain Nabi bersabda:
“Wahai, orang-orang fakir, tunjukkanlah
sifat rida dari hatimu kepada Allah, maka engkau berhasil memperoleh pahala
kefakiran, kalau tidak begitu, maka tidak berhasil guna.”
Tentang sikap merendah diri (merasa
dirinya rendah), Nabi saw. bersabda:
“Orang mukmin yang bercampur dengan
manusia dan sabar menerima gangguan mereka, adalah lebih utama dibanding orang
mukmin yang tidak bergaul dengan orang lain dan tidak sabar menerima gangguan
mereka.” (H.R. Al-Bukhari dan Imam Ahmad).
Mengenal sikap sopan atau tawaduk, Nabi
saw. bersabda:
“Barangsiapa tawaduk karena khusyuk
berada Allah, maka Allah mengangkat derajatnya, dan barangsiapa mengunggulkan
diri karena sombong, maka Allah menurunkan derajatnya.”
Dalam hadis lain Nabi saw. bersabda:
“Tiada seseorang yang membusungkan
dadanya dan berjalan berlagak sombong, melainkan ia menemui Allah, sedang Dia
murka kepadanya.” (H.R. Al-Bukhari, Ahmad dan Al-Hakim).
Mengenai lapar, Nabi saw. bersabda
“Apabila seseorang mengurangi laparnya,
maka Allah memenuhi nur dalam perutnya.” (H.R. Ad-Dailami).
Dalam riwayat lain Nabi saw. bersabda:
“Di antara kalian yang paling disenangi
Allah, ialah siapa saja yang : paling sedikit makannya dan paling ringan
badannya.”
Dalam riwayat lain lagi Nabi saw.
bersabda:
“Sesungguhnya adalah termasuk kelewat
batas, jika engkau makan segala yang engkau berselera.” (H.R. Ibnu Majah).
Memilih susah daripada gembira,
diriwayatkan bahwa Nabi saw: bersabda:
“Kamu harus bersedih, karena bersedih
adalah pintu hati.” Mereka bertanya kepada Rasul, “Wahai, Rasulullah, bagaimana
cara bersedihnya?” Rasul menjawab: “Buatlah lapar dan haus pada diri kalian.”
Adapun memilih kerendahan daripada
ketinggian, diriwayatkan bahwa Nabi saw. bersabda:
“Sesungguhnya perbuatan merendahkan diri
termasuk sikap yang mulia dalam.majelis.” (H.R. Ath-Thabrani dan Ibnu Hibban).
Pada hadis lain diriwayatkan, bahwa Nabi
saw. bersabda:
“Barangsiapa meninggikan diri sendiri di
dunia, maka di hari Kiamat Allah akan menjatuhkannya: barangsiapa tawaduk di
dunia karena ‘ Allah, maka di hari Kiamat Allah mengutus malaikat kepadanya
untuk .. kemudian membangkitkan (mengangkat)nya di antara orang-orang yang
berkumpul (di Padang Mahsyar) seraya berkata: “Wahai, hamba. yang saleh, Allah
swt. berfirman: Kemarilah bersama-Ku, kemarilah bersama-Ku! Sesungguhnya kamu
termasuk golongan mereka yang tidak dicekam ketakutan Jagi pula tidak
kesusahan.” (HR, Ibnu Asakir).
Maksudnya memilih mati daripada hidup,
ialah dengan cara membelanjakan harta bendanya dalam rangka menaati Allah. Jika
ia mengutamakan harta sebelum datang-kematian, berarti ia masih suka mendapati
hartanya itu: jika sebaliknya, maka berarti ia telah suka terlewat daripada
harta tersebut. Lebih suka mati.