Terjemah Kitab Minhajul Abidin; Mengobati riya’ dan ujub

 

Terjemah Kitab Minhajul Abidin

 

B. Mengobati riya’ dan ujub

Sebaiknya Anda menyelesaikan tahapan yang sangat mengkhawatirkan, penuh penghalang dan perusak ini dengan menjaga diri secara maksimal. Sebab orang yang memiliki perniagaan ketaatan benar-benar bisa menyelesaikan tahapan ini dan menahan kesukarannya sehingga ia berhasil mendapatkan harta perniagaan dari ibadah yang mulia bernilai tinggi. Ia tidak akan takut kehilangan dagangan selain di jalan (tahapan) yang rumit ini, karena di dalamnya terdapat banyak perampok yang dikhawatirkan akan merampas dagangannya di tengah jalan. Selain itu, juga terdapat banyak tempat yang rusak dan dikhawatirkan bisa menimbulkan bahaya sehingga merusak ketaatannya.

Kemudian kekhawatiran yang paling besar dan sering terjadi adalah adanya dua penghadang atau perampok berupa ujub dan riya. Dan sebaiknya kami menerangkan beberapa pokok, masing-masing diterangkan secara tersendiri agar dapat memuaskan dan Anda merasa cukup hanya dengan mendalaminya.

 

Masalah Riya


Pokok yang pertama, kami akan mengemukakan satu pokok, yakni firman Allah Swt.:
Artinya: “Allah-lah yang telah menciptakan tujuh langit, dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.(Q.S. Ath-Thalaaq: 12)

Dengan ayat ini seolah Allah berfirman: Sesungguhnya Aku telah menciptakan langit, bumi dan segala sesuatu yang ada di antara keduanya dengan segala kebaikan dan keindahannya. Bagiku cukuplah kiranya jika kamu mau melihat semua itu serta kamu mengetahui bahwa Aku Maha Kuasa dan Maha Tahu. Kamu hanya melakukan salat dua rakaat yang memiliki kekurangan dan tanpa berpikir (mengerjakannya dengan lalai) tapi kamu tidak merasa cukup dengan pandangan dan pengetahuan-Ku, pujian dan terimaksih dari-Ku sehingga kamu lebih suka jika salat tersebut diketahui orang lain agar mereka memujimu karenanya. Apakah itu yang namanya menepati janji? Apakah seperti itu pikiran yang diinginkan seseorang bagi dirinya? Celaka. Apakah kamu tidak berpikir?

Pokok yang kedua, seseorang memiliki berlian yang indah dan laku jika dijual dengan harga satu juta dinar dan ia menjualnya seharga satu keping uang tembaga. Bukankah itu suatu kerugian yang besar, tertipu dengan tipuan yang amat buruk, bukti nyata rendahnya cita-cita, keterbatasan ilmu, kelemahannya dalam berpikir dan tipisnya rasa penghambaan.

Sesuatu yang didapatkan seorang hamba dari orang lain berkenaan dengan amalnya seperti pujian dan hal-hal lain yang tidak berguna, jika diukur dengan keridaan, syukur, sanjungan dan pahala dari Allah, maka hal itu nilainya lebih kecil daripada sekeping uang tembaga yang dibandingkan dengan uang satu juta dinar, dua juta, atau berjuta-juta. Bahkan itu tetap lebih kecil meski sekeping tadi dibandingkan dengan dunia seisinya, lebih banyak lagi ataupun lebih besar dari semua itu.

Bukankah sebuah kerugian nyata jika diri Anda kehilangan kemuliaan yang sedemikian itu hanya karena urusan sepele dan rendah?

Selanjutnya. Kalau memang mau tidak mau Anda harus melakukan pikiran keji semacam ini, maka hendaklah yang menjadi tujuan Anda adalah akhirat, niscaya dunia akan mengikuti Anda. Bahkan (kalau bisa) usahakan mencari rida Tuhan yang Maha Esa, pasti Anda akan diberi keuntungan dunia dan akhirat karena Dia-lah yang menguasai keduanya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah:

Artinya: Barangsiapa yang menghendaki keuntungan dunia (maka ia akan merugi) karena di sisi Allah ada pahala dunia dan akhirat.(Q.S. An-Nisaa’: 134)
Nabi Saw. juga bersabda:

Artinya: Sesungguhnya Allah benar-benar akan memberikan dunia karena seseorang melakukan amal akhirat. Akan tetapi Dia tidak akan memberikan (pahala) akhirat karena seseorang melakukan amal dunia.

Jika Anda memurnikan niat dan pikiran untuk akhirat, maka Anda akan memperoleh balasan akhirat dan dunia sekaligus. Jika Anda ingin mendapatkan dunia saja, maka akhirat akan lari dengan seketika dan terkadang Anda tiaak memperoleh dunia eperti yang Anda inginkan. Kalaupun bernasil mendapatkannya maka hal itu tidak akan kekal. Dengan begitu Anda akan rugi dunia akhirat. Camkanlah semua itu.

Pokok ketiga, makhluk yang Anda tuju dengan amal dan selalu diharapkan kerelaannya itu, jika ia mengetahui bahwa Anda beramal karenanya, tentu ia akan merasa marah, tidak suka, menghina dan meremehkan Anda.

Bagaimana mungkin seseorang yang memiliki akal bekerja untuk seseorang yang jika ia tahu bahwa dirinya diharapkan kerelaaannya akan membenci orang tersebut dan menghinanya?

Hai orang yang perlu dikasihani! Bekerjalah untuk Dzat yang jika Anda bekerja untuk-Nya, menginginkan-Nya dengan perbuatan itu seta mengharapkan kerelaan-Nya dengan perbuatan tersebut, niscaya Dia akan mencintai, memberi dan memuliakan Anda sampai-sampai Dia merelakan dan mencukupi Anda dari segala kebutuhan.
Perhatikan keterangan ini dan pikirkanlah jika Anda seorang yang berakal.

Pokok keempat, sesungguhnya orang-orang yang telah berhasil menjalani hal-hal yang bisa digunakan untuk mencari kerelaan raja yang agung di dunia, kemudian dia masih mencari kerelaan tukang sapu yang diremehkan orang banyak, maka hal itu menjadi bukti ketololan dan kerendahan daya pikirnya serta buruknya bagian yang ia dapatkan. Pantas bila ditanyakan apa perlunya mencari kerelaan tukang sapu ini, sementara Anda mampu mendapatkan kerelaan dari sang raja lalu Anda kehilangan semuanya?

Seperti inilah keadaan orang yang berbuat riya. Kemudian apa perlunya Anda mencari kerelaan makhluk yang remeh, lemah dan terhina, sementara Anda mampu mendapatkan kerelaan Allah Tuhan semesta alam yang mencukupi segala kebutuhan? Jika keinginan Anda lemah dan kewaspadaan Anda kurang serta terpaksa mengharapkan kerelaan makhluk, maka jalan yang terbaik adalah memurnikan keinginan dan langkah Anda karena Allah Swt. Sebab hati dan ubun-ubun manusia berada dalam genggaman-Nya. Dia-lah Dzat yang membuat hati manusia cenderung pada Anda serta mengumpulkan diri mereka untuk Anda. Allah juga memenuhi mereka dengan rasa cinta kepada Anda sehingga dari semua itu Anda mendapatkan apa yang tidak bisa diperoleh dengan kesungguhan dan tujuan Anda.


Jika Anda tidak melakukan itu semua dan menginginkan kerelaan para makhluk selain Allah swt. dengan amal Anda, maka Dia akan memalingkan hati mereka dari Anda, membuat diri mereka menjauh dari Anda, dan semua makhluk memarahi Anda. Dengan begitu Anda mendapatkan murka dari Allah dan manusia sekaligus. Ingatlah hai orang-orang yang merugi dan terhalang dari rahmat Allah.

Telah kami ceritakan bahwa Hasan Al-Bashri berkata: Ada seseorang yang mengatakan Demi Allah. Aku akan benar-benar menyembah Allah dengan ibadah yang membuatku selalu diingat.Lalu dia menjadi orang yang pertama kali masuk ke dalam masjid dan terakhir kali orang yang keluar darinya. Tak seorangpun yang melihatnya kecuali ia sedang salat, berpuasa tapi tidak berbuka dan duduk di kalangan orang yang sedang zikir. Dia melakukan semua itu selama tujuh bulan. Lalu setelah itu dia tidak berjalan di muka umum kecuali orang-orang mengatakan Semoga Allah melakukan sesuatu kepada orang yang riya iri.

Kemudian orang itu memaki dirinya sendiri dan berkata kepadanya: Sungguh aku melihat diriku tidak akan mendapat apaapa. Sungguh. Aku akan menjadikan semua amalku karena Allah.Lalu dia tidak menambahkan amal sedikitpun dari apa yang dulu telah dikerjakannya. Hanya saja niatnya telah berubah menjadi baik.

Setelah itu dia berjalan di muka orang banyak dan mereka mengatakan Semoga Allah memberikan rahmat kepada si fulan karena sekarang dia telah berubah menjadi baik.

Lalu Hasan Al-Bashri membaca ayat:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah dan beramal saleh, maka Allah yang Maha Pengasih akan membuatkan rasa cinta untuk mereka.(Q.S. Maryam: 96)


Hasan Al-Bashri berkata: Allah mencintai mereka dan membuat mereka mencintai orang-orang mukmin.


Benar sekali apa yang dikatakan oleh seorang penyair:

Hai orang-orang yang mencari pujian dan pahala
di dalam amal. Kamu mencari sesuatu yang mustahil.
Allah akan menyia-nyiakan orang-orang yang riya
Serta membatalkan langkah dan keletihannya.
Barangsiapa mengharapkan bertemu dengan Tuhan,
tentu ia akan memurnikan pekerjaannya karena merasa takut kepada-nya.
Kekekalan dalam neraka berada dalam genggaman Allah,
karena itu perlihatkanlah amalmu kepada-Nya, niscaya Dia akan memberimu anugerah.
Sedangkan manusia tidak memiliki sesuatu,
lalu untuk apa engkau memperlihatkan amal di hadapan mereka?




Ujub

Tentang ujub ini sebaiknya kami menerangkan beberapa pokok:

Pertama, pekerjaan seorang hamba menjadi berharga karena berada dalam keridaan Allah dan diterima oleh-Nya. Jika tidak, tentunya Anda pernah melihat seorang buruh yang bekerja sepanjang hari hanya mendapatkan upah dua dirham. Sedangkan seorang satpam (penjaga malam) yang tidak tidur semalaman mendapatkan dua keping uang (dinar). Sama halnya dengan orang yang memiliki perusahaan dan pekerjaan. Semuanya bekerja siang malam dan upah yang mereka dapatkan hanya beberapa hutungan dirham.

Jika Anda mengalihkan pekerjaan tersebut untuk mendapatkan kerelaan Allah seperti berpuasa karena Allah selama satu hari, maka puasa tersebut tidak ternilai harganya jika Allah meridai dan menerimanya.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: Sesungguhnya orang-orang yang bersabar dicukupkan pahalanya tanpa batas.(Q.S. Az-Zumar: 10)

Dalam sebuah hadis qudsi diterangkan:

Artinya: Aku (Allah) menyediakan bagi orang-orang yang berpuasa, sesuatu (pahala) yang belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbersit di dalam hati manusia.

Hari ini adalah hari yang cuma seharga dua dirham, sementara Anda harus menanggung kepayahan yang teramat sangat. Semua itu bisa berubah menjadi lebih berharga dengan menunda makan siang sampai sore hari. Jika Anda mau beribadah semalam karena Allah dan memurnikan ibadah tersebut karenanya, maka perbuatan tersebut tidak ternilai kemuliaan dan keindahannya.
Allah berfirman:

Artinya: Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka, yaitu bermacam kenikmatan yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan dari apa yang telah mereka kerjakan.(Q.S. As-Sajdah: 17)

Seperti inilah pekerjaan yang semula berharga dua keping uang atau dua dirham menjadi begitu mahal. Bahkan seandainya Anda mempergunakan waktu sebentar karena Allah dengan melakukan salat dua rakaat yang singkat, atau bahkan satu tarikan nafas yang Anda pergunakan untuk membaca Laa Ilaaha Illallah pasti harganya juga mahal.

Allah berfirman:

Artinya: Dan barangsiapa mengerjakan amal saleh baik laki-laki maupun perempuan sedangkan ia dalam keadaan beriman maka mereka akan masuk surga. Mereka diberi rezeki tanpa hisab di dalamnya.(Q.S. Ghaafir: 40)

Seperti ini hanya satu tarikan nafas di antara nafas-nafas Anda yang tidak berharga sedikitpun menurut ahli dunia dan menurut Anda sendiri. Berapa banyak nafas-nafas seperti itu yang Anda Sia-siakan untuk sesuatu yang tidak berguna. Berapa lama masa yang berlalu dari Anda tanpa guna. Semua ini bisa menjadi mulia karena diridai oleh Allah. Setelah itu kedudukannya menjadi tinggi dan harganya menjadi mahal karena anugerah dari Allah. Dengan begitu orang yang berakal harus melihat keremehan amalnya dan kurangnya kemampuan yang dimilikinya dibanding dengan Allah. Dan hendaklah ia tidak melihat kecuali karunia yang diberikan Allah kepadanya sehubungan dengan kemulyaan yang setara dengan amalnya dan lebih besar dari pahala yang Dia berikan. Dan hendaklah ia memelihara pekerjaannya jangan sampai tergelincir ke tempat yang tidak sepantasnya bagi Allah serta tidak menempati keridaan-Nya yang menyebabkan hilangnya nilai yang Anda dapatkan, lalu kembali kepada asalnya. Yakni nilai paling rendah semisal beberapa dirham atau beberapa keping uang, atau bahkan lebih rendah dari itu semua.

Satu contoh: Setangkai anggur dan sekuntum bunga, di pasaran hanya seharga satu keping uang. Tapi jika oleh seseorang dihadiahkan kepada seorang raja, meskipun harganya murah tapi hati sang raja merasa senang. Boleh jadi raja tersebut akan memberinya seribu dinar, karena hadiah itu menempati keridaan atau kesenangan sang raja. Dengan begitu, satu biji anggur bernilai seribu dinar. Tapi jika raja itu tidak merasa senang dan mengembalikan hadiah tersebut kepadanya, maka barang itu kembali pada nilainya semula yang rendah, yakni sebiji atau sekeping uang.
Begitu juga apa yang sedang kita bicarakan di sini. Karena itu ingatlah, lihatlah anugerah dari Allah dan peliharalah perbuatan Anda dari sesuatu yang mengotorinya di hadapan Allah.

Kedua: Seperti Anda ketahui bahwasanya seorang raja di dunia ini jika memberikan sesuatu baik makanan, minuman, pakaian, uang (dirham) atau dinar yang bisa dihitung dan bisa rusak, tentu dia akan menjadikan orang tersebut sebagai pelayannya sepanjang malam dan siang dalam keadaan hina dan nista. Lalu ia berdiri di atas kepalanya sampai kedua kakinya lelah. Diajuga berjalan kaki di depan sang raja saat raja tersebut naik kendaraan. Kadang ia harus berdiri di depan pintu rumah sang raja sebagai penjaga sepanjang malam. Kadang ia melihat musuh sang raja. Maka ia pun harus melawan musuh tersebut. Dia juga menyerahkan nyawanya yang tidak memiliki ganti kepada raja tersebut. Semua pengabdian, beban berat, kekhawatiran dan bahaya seolah hanya untuk mendapatkan manfaat yang menyusahkan dan sangat remeh. Padahal pada hakekatnya manfaat tersebut berasal dari Allah Swt. Raja tersebut dalam hal ini hanya menjadi penyebab. Jadi, Tuhanlah yang menciptakan Anda yang waktu itu tidak bisa apa-apa, memelihara dan mendidik Anda dengan baik. Setelah itu Allah memberikan kerukmatan kepada Anda baik yang tampak maupun yang tidak nampak seperti dalam urusan agama, diri, dan dunia Anda. Sesuatu yang tdak bisa dicerna oleh akal dan pikiran Anda.

Allah Swt. berfirman:

Artinya: Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.(Q.S. An-Nahl: 18)

Kemudian Anda melaksanakan salat dua rakaat yang memiliki cacat dan kekurangan, sementara Anda tahu apa yang telah dijanjikan Allah untuk keduanya di masa mendatang seperti pahala yang baik dan berbagai macam kemuliaan. Anda menganggap keduanya sebagai suatu keagungan dan Anda juga mengaguminya. Jika Anda mau merenung maka yang demikian itu bukanlah sikap orang yang memiliki akal.

Camkanlah keterangan ini dengan baik.

Ketiga: Seorang raja memiliki kebiasaan dilayani oleh raja-raja lain dan para pembesar. Di hadapannya berdiri para majikan, orang-orang besar dan dilayani oleh para cendekiawan dan ahli hikmah. Orang-orang pandai dan para ulama mengharapkan pujiannya. Para pembesar dan para pemimpin mengawal di depannya.
Seandainya raja semacam ini memberikan izin kepada seorang pedagang pasar atau penduduk desa karena merasa kasihan atau ingin menolongnya, untuk menghadap di hadapannya sehingga mendesak para raja, para majikan, para pembesar dan orang-orang yang mulia, supaya ia bisa melayani dan memujinya. Raja tersebut juga memberikan tempat yang sudah ditentukan di hadapannya serta memandang pelayanannya dengan tatapan senang meskipun pengabdian tersebut masih dirasa kurang. Apakah tidak pantas kalau ada orang yang berkata: Sungguh besar karunia yang diberikan kepada hamba yang rendah ini dari sang raja. Betapa besar pertolongan yang diberikan kepadanya.

Jika hamba yang rendah itu mengungkit-ungkit sang raja atas pengabdian yang masih kurang dan menganggap agung pengabdian tersebut serta merasa kagum dengannya, bukankah orang tersebut teramat bodoh, gila, dan sedikitpun tidak berpikir?
Setelah semua ini dimengerti, maka sesungguhnya Tuhan kita yang Maha Suci adalah Maharaja. Langit, bumi dan seeluruh isinya membaca tasbih untuk-Nya. Tak satupun makhluk yang tiada membaca tasbih dengan memujinya. Dia-lah Dzat yang selalu disembah. Seluruh penghuni langit dan bumi bersujud kepadaNya, baik dengan ketaatan ataupun karena terpaksa.

Pelayan yang berada di sisi-Nya antara lain: Malaikat Jibril Al-Amin, malaikat Mikail, Malaikat Israfil, Malaikat Izrail, para pemikul Aarasy, Malaikat Karubiyyun, Malaikat Ruhaniyyun dan para malaikat lain yang berada tak jauh dari sisi Allah. Dan jumlahnya juga tidak bisa dihitung terkecuali oleh Allah sendiri. Mereka menetap di tempatnya masing-masing yang sangat mulia. Jiwa mereka adalah jiwa yang suci dan ibadah mereka sangat agung.

Makhluk lain yang melayani di sisi-Nya antara lain Nabi . Adam, Nabi Nuh, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi Isa, dan Nabi Muhammad Saw. Seorang pilihan yang terbaik di seluruh alam beserta seluruh nabi dan rasul a.s. Mereka menempati kedudukan yang amat tinggi, memiliki kehormatan yang mulia, berpangkat tinggi dan ibadah mereka juga agung serta amat bernilai.

Setelah itu baru para ulama, para pemimpin yang baik dan orang-orang yang zuhud. Mereka menempati kedudukan yang tinggi dan megah. Tubuh mereka bersih suci dan ibadah mereka pun banyak, murni, dan saling menolong.

Pelayan terrendah yang ada di sisi-Nya antara lain: Raja-raja dunia, dan pemimpin yang semena-mena. Mereka menyungkurkan dagu untuk bersujud dan merasa hina. Mereka melumuri muka dengan debu sambil menunduk, memanjatkan permohonan sambil menangis, meratap dan merendahkan diri. Mereka mengakui kehambaan yang disandangnya hanya untuk Allah, menyadari kekurangan yang ada pada dirinya sambil bersujud dan merendahkan diri sampai suatu saat Allah melihat ke arah mereka, dan dengan anugerahnya Dia memberikan apa yang mereka butuhkan. Atau dengan kemuliaan-Nya Dia memaafkan kesalahan yang mereka perbuat.
Dengan semua keagungan dan kesempurnaan yang dimilikiNya, Dia mau memberikan izin kepada Anda yang hina, penuh cela dan kotor. Padahal seandainya Anda meminta izin kepada seorang kepala desa saja belum tentu ia mengizinkan. Seandainya Anda mengajak bicara kepada seorang bupati, kadang ia tidak mau berbicara dengan Anda. Dan seandainya Anda bersujud di hadapan seorang raja, kadang raja tersebut menolehpun tidak mau.

Sekarang ini, Allah yang Maha Agung memberi izin kepada Anda sehingga Anda boleh menyembah, memuji, dan berbicara dengan-Nya. Kadang Anda mengajukan permohonan. Kadang dengan berbagai alasan Anda berusaha mendapatkan apa yang Anda butuhkan dan bisa menggapai cita-cita.

Kemudian Diajuga rela dengan salat dua rakaat yang masih kurang sempurna dari Anda. Bahkan Dia menyiapkan pahala yang agung bagi keduanya untuk diri Anda. Pahala yang belum pernah terbersit di hati manusia.

Sementara itu Anda masih saja kagum dengan dua rakaat yang belum sempurna tersebut, menganggap bahwa itu suatu amal yang banyak dan agung. Anda tidak melihat bahwa hal itu adalah anugerah dari Allah yang diberikan kepada Anda. Buruk sekali hamba semacam itu. Alangkah bodohnya manusia semacam ini.
Hanya Allah tempat memohon dan mengadu dari kebodohan yang dilakukan oleh nafsu. Dan kepada-Nya aku berserah diri.

Jika dilihat dari segi yang lain, seorang raja yang agung jika memberi izin kepada rakyatnya untuk menyampaikan hadiah, tentu di hadapannya banyak para pemimpin, pembesar, kepala negeri, para bangsawan dan para jutawan yang datang membawa bermacam hadiah berupa permata yang mahal harganya, barangbarang simpanan yang sangat indah serta harta yang banyak jumlahnya. Kemudian jika ada seorang pedagang sayur yang datang membawa seikat sayuran atau seorang penduduk desa yang datang membawa sekeranjang anggur seharga satu keping uang dan masuk ke hadapannya, berdesakan dengan para pembesar dan jutawan yang membawa banyak hadiah serta bagus-bagus. Lalu sang raja mau menerima hadiah dari orang hina tersebut, berkenan melihatnya dengan pandangan menerima dan rela. Kemudian ia memerintahkan bawahannya agar memberikan pakaian yang paling indah kepada orang tersebut serta memberinya kemuliaan. Bukankah hal itu merupakan anugerah dan kemuliaan besar yang diberikan oleh seorang raja?
Kemudian jika orang yang rendah ini mengungkit-ungkit hadiah tersebut kepada sang raja, merasa bangga dengan hadiah itu dan menganggapnya sebagai sesuatu yang berarti serta lupa dengan karunia yang diberikan oleh sang raja, bukankah ia boleh dikatakan sebagai orang yang gila, dungu, tolol, tidak sopan dan teramat bodoh?
Jadi, sekarang jika suatu malam Anda telah selesai mengerjakan salat dua rakaat karena Allah, maka sebaiknya Anda berpikir. Pada malam ini berapa banyak orang yang bangun melakukan salat malam di seluruh pelosok bumi di darat, di laut, di gunung, ataupun di kota-kota. Mereka adalah orang-orang yang istiqamah, jujur, takut kepada Allah, sangat merindukan-Nya, para pejuang (orang yang bersungguh-sungguh) dan juga merendahkan diri. Berapa bnyak amal yang sampai ke hadapanNya pada saat ini berupa amal ibadah yang bersih dan pengabdian yang tulus, yang dihaturkan oleh jiwa-jiwa khusyuk, mulut-mulut yang bersih, mata-mata yang menangis, hati yang penuh takwa, dada yang bersih dan anggota badan yang bertakwa.
Sedangkan salat Anda, meskipun sebenarnya Anda sudah mengerahkan seluruh kekuatan untuk memperbagus, merapikan dan mengikhlaskannya tidak sedikitpun kelihatan bagus di hadapan raja yang Maha Mulia, tidak tampak jelas di tengahtengah ibadah yang dihamparkan di hadapan-Nya. Bagaimana mungkin bisa pantas bila salat tersebut berasal dari hati yang lengah, bercampur aduk dengan berbagai macam cacat, dari badan kotor yang penuh lumpur dosa, berasal dari mulut yang berlepotan maksiat dan hal-hal tak berguna. Pantaskah hal seperti ini dihadapkan pada persembahan yang (agung) semacam ini? Pantaskah hal itu dihadapkan pada penguasa yang Maha Agung?

Guru kami berkata: Wahai orang yang mau berpikir! Renungkanlah. Apakah pantas jika kamu mengirimkan satu di antara salat-salatmu. Sebagaimana kamu mengirim satu macam hidangan ke beberapa rumah orang kaya.

Abu Bakr Al-Warraaq berkata: Setiap kali selesai salat aku merasa sangat malu, lebih malu dari seorang perempuan yang habis melakukan zina.

Kemudian Allah yang Maha Suci dan Mulia, dengan kemurnian, kemuliaan dan anugerah-Nya telah membesarkan derajat salat dua rakaat ini dan menetapkan pahala yang telah Dia janjikan sebagai balasannya. Anda hanyalah seorang hamba Yang berbuat menurut kehendak-Nya, mengerjakan segala sesuatu dengan pertolongan dan kemudahan yang diberikan-Nya. Meski begitu Anda masih saja merasa bangga dan lupa dengan anugerah yang telah diberikan oleh Allah. Sungguh ini adalah sesuatu yang sangat mengherankan. Hal seperti ini tidak dilakukan kecuali oleh orang-orang bodoh yang tidak bisa berpikir, orang lupa yang sama sekali tidak bisa mengingat atau orang yang hatinya telah mati, kosong dan sedikitpun tidak memiliki niat baik.

Camkanlah hal ini. Kami memohon kepada Allah agar diberi kecukupan yang baik dengan anugerah dan karunia-Nya.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama