Terjemah Kitab Minhajul Abidin; Meremehkan Khusyu' dan Istiqamah

 

Terjemah Kitab Minhajul Abidin

 

C. Meremehkan Khusyu' dan Istiqamah

Setelah kami menerangkan semua ini, maka bangkitlah dari tidur Anda saat melewati tahapan ini. Bila tidak, maka pasti Anda akan merugi. Sebab tahapan ini amat sulit, berat, pahit dan berbahaya di antara tahapan-tahapan yang menghadang di depan Anda. Buah dari tahapan-tahapan yang Anda lalui akan berakhir di sini. Bila dalam tahapan ini Anda selamat, maka pasti Anda akan beruntung. Dan bila tidak selamat maka sia-sialah usaha yang Anda kerjakan selama ini, sirnalah semua lamunan dan hidup Anda terbuang percuma.

Kemudian yang terpenting adalah bahwa dalam tahapan ini terdapat tiga hal yang harus diketahui:

Pertama, tahapan ini adalah tahapan yang sangat pelik. Kerugian yang ditimbulkan besar sekali dan sangat mengkhawatirkan. Tahapan ini dianggap pelik, karena jalan yang dilalui riya dan ujub amatlah kecil dan bisa terlihat dengan inayah (pertolongan) dari Allah. Hampir tidak nampak kecuali jika dilihat oleh orang yang ilmu agamanya sangat mendalam, mata hatinya terjaga dan juga selalu memelihara diri mereka. Orang-orang yang bodoh suka bermain-main, lalai dan banyak tidur tidak mungkin dapat melihatnya.

Kami pernah mendengar salah seorang guru-guru kami di Naisabur bercerita bahwa ‘Atha’ As-Salami menenun selembar kain yang yang dibuat serapi dan sebagus mungkin. Lalu ia membawa kain tersebut ke pasar dan memperlihatkannya kepada seorang pedagang kain. Seorang pedagang menawarnya dengan harga murah dan berkata: Kain ini memiliki cacat begini dan begini.’Atha’ mengambil kembali kain itu dan duduk sambil menangis sejadi-jadinya. Pedagang tersebut menyesali perkataannya dan mengakui kesalahannya. Kemudian pedagang tersebut memberikan harga berapapun yang beliau minta. ‘ Atha’ pun menjawab: Yang kutangisi bukanlah seperti yang engkau perkirakan. Tapi karena aku telah melakukan pekerjaan ini dengan sungguh-sungguh. Aku berusaha membuat kain ini serapi dan sebagus mungkin sampai aku mengira tidak ada cacatnya. Setelah kain kuperlihatkan pada orang yang ahli (mengetahui cacatnya) tampak masih ada cacat yang terlewatkan karena kelalaianku. Lalu bagaimana jika aku memperlihatkan amal-amalku kelak di hadapan Allah. Berapa banyak cacat dan kekurangan akan terlihat, yang pada hari ini aku melalaikannya?

Diceritakan dari orang saleh. Beliau berkata: Pada suatu malam aku berada di sebuah kamar yang ada di pinggir jalan. Menjelang pagi aku membaca surat Thaha. Setelah selesai aku tertidur sejenak dan bermimpi melihat seseorang turun dari langit membawa sebuah lembaran dan membentangkannya di hadapanku. Di lembaran tersebut terdapat tulisan surat Thaha. Di bawah setiap kalimat terdapat sepuluh kebaikan yang telah ditetapkan kecuali hanya satu kalimat yang terhapus dan di bawahnya tidak terdapat sesuatu. kemudian aku berkata, Demi Allah aku telah membaca kalimat ini dan tidak melihat pahalanya serta pahala tersebut belum ditetapkan. Lalu orang itu berkata, ‘Kamu benar. Kalimat itu telah kamu baca dan kami telah menuliskan pahalanya. Hanya saja terdengar seruan dari balik Arasy Hapuslah tulisan tersebut dan gugurkan pahalanya.Dan kami pun menghapus tulisan itu.

Kemudian aku menangis dalam tidur dan bertanya: Kenapa Anda melakukan semua itu?Orang tersebut menjawab: Ketika Anda sedang membaca ada seseorang yang lewat dan Anda mengeraskan bacaan tersebut karenanya. Maka hilanglah pahala dari bacaan ayat tersebut.

Camkan baik-baik.

Tahapan ini dianggap sangat merugikan, karena riya dan ujub adalah penyakit ganas yang terjadi dalam waktu sekejap dan bisa Merusak ibadah yang Anda kerjakan selama tujuh puluh tahun.

Diceritakan bahwa ada seorang lelaki yang menjamu Sufyan Ats-Tsauri dan para sahabatnya. Lelaki tersebut berkata kepada keluarganya: “Bawa kesini talam itu. Jangan talam yang kubawa dari haji yang pertama, tapi ambillah talam yang kubawa dari haji kedua.” Sufyan Ats-Tsauri menatap orang tersebut dan berkata: “Kasihan. Orang ini telah merusak kedua ibadah hajinya dengan kata-kata seperti ini.”

Sisi lain yang merugikan adalah: Sedikit ketaatan yang bebas dari riya dan ujub akan mendapatkan nilai yang tak terhingga dari Allah. Akan tetapi amal yang banyak jika sampai terkena penyakit riya semacam ini, maka hal itu tidak berharga sama sekali, kecuali jika amal tersebut disusul dengan anugerah dari Allah, sebagaimana diceritakan dari sahabat Ali r.a. Beliau berkata: “Pahala amal yang diterima oleh Allah tentu tidak akan berkurang. Lalu bagaimana mungkin amal yang diterima itu berkurang?
An-Nakha’i pernah ditanya tentang amal ini dan itu serta apa yang menjadi pahalanya. Beliau menjawab: “Pahalanya tidak terhitung apabila amal tersebut diterima (oleh Allah).”

Diceritakan dari Wahb. Beliau berkata: “Pada zaman dahulu kala ada seorang lelaki yang beribadah selama tujuh puluh tahun dengan cara berpuasa. Ia hanya berbuka (tidak berpuasa) setiap hari sabtu. Kemudian ia memohon suatu kepentingan kepada Allah, dan permohonan tersebut tidak dikabulkan. Ia pun memaki dirinya sendiri dengan berkata: ‘ Karena kamu, kepentingan itu akan terpenuhi. Seandainya kamu memiliki kebaikan, tentu kebutuhan akan terpenuhi. Kemudian Allah menurunkan malaikat Jibril. Lalu (kepada orang tersebut) Jibril berkata: “Hai anak Adam. Waktu sebentar yang kau gunakan untuk menghina nafsumu lebih baik dari ibadah yang telah kau kerjakan.”

Menurutku (Al-Ghazali) sebaiknya orang yang memiliki akal merenungkan pembicaraan (kisah) ini. Bukankah termasuk bencana jika ada seseorang yang telah bersungguh-sungguh dan dengan susah payah beribadah selama tujuh puluh tahun kemudian ada orang lain yang hanya berpikir sesaat. Dan pada akhirnya pikiran yang hanya sesaat itu lebih utama di hadapan Allah ketimbang ibadah yang dilakukannya selama tujuh puluh tahun. Bukankah sangat rugi bila Anda memiliki waktu sesaat yang nilainya lebih baik daripada tujuh puluh tahun tapi meninggalkanya begitu saja untuk hal yang tidak Anda perlukan? Tentu. Demi Allah halitu adalah kerugian yang sangat besar. Dan jika hal itu dilupakan tentu amat merugikan, karena nilainya yang sangat berharga dan derajatnya sangat tinggi. Anda harus berhatihati dan menjauhinya.

Karena arti semacam inilah pandangan orang-orang yang waspada tertuju pada urusan yang pelik ini. Dan mementingkan rahasia-rahasia semacam ini agar terlebih dahulu mengetahui dan menjauhkan diri darinya sebagai langkah kedua. Mereka tidak merasa kaya dengan banyaknya amal-amal zhahir. Mereka berkata behwa yang penting adalah kejernihan hati bukan banyaknya amal. Mereka juga berkata bahwa sebutir permata lebih baik dari seribu kalung plastik.

Adapun orang-orang yang pengetahuannya dangkal serta tidak jelas dalam melihat hal seperti ini, maka mereka tidak akan mengerti arti semacam ini, melupakan cacat yang ada di hati mereka dan sibuk memayahkan diri dengan rukuk, sujud, menahan diri dari makanan, minuman dan sebagainya. Mereka terbuai dengan jumlah yang banyak dan tidak berpikir tentang anugerah serta kejernihan hati. Buah pala yang banyak tidak akan berguna jika tak ada isinya. Atap yang tinggi tidak akan berarti jika pondasinya tidak diperkuat.

Tidak ada yang memikirkan kenyataan semacam ini selain orang-orang yang beramal karena Allah dan terbuka mata hatinya (orang-orang yang mukasyafah). Hanya Allah yang menguasai petunjuk dengan anugerah-Nya.

Tahapan sangat mengkhawatirkan karena dilihat dari beberapa sisi:

Pertama: Tuhan yang disembah adalah Maharaja yang kemuliaan dan keagungannya tiada batas. Dia telah memberikan hikmat-nikmat yang jumlahnya tidak terhingga, dan Anda hanya memiliki tubuh yang banyak cacat, masih samar (tidak nampak), penuh penyakit dan hal-hal yang menakutkan. Bila Anda terpeleset, sementara nafsu terus mengejar dan Anda harus membuahkan amal yang bersih dan utuh dari badan yang penuh cacat dan nafsu yang cenderung ingin melakukan hal-hal buruk serta mengajak berbuat jahat, untuk dihadapkan ke hadirat Tuhan semesta alam dengan kemuliaan-Nya yang tinggi dan banyaknya pertolongan serta anugerah (yang diberikan)-Nya serta harus menempati keridaan serta penerimaan-Nya. Danjika tidak, maka Anda akan kehilangan keuntungan yang sangat besar dan kadangkadang nafsu Anda tidak akan memberikan toleransi jika sampai tidak mendapatkannya, atau bahkan Anda mendapatkan musibah yang tidak mampu Anda tanggung. Sungguh demi Allah. Ini adalah hal yang amat penting dan pembakar semangat yang sangat besar.

Kemuliaan dan keagungan sang raja (bisa dibuktikan) dengan adanya para malaikat Mugarrabiin yang baik-baik berdiri tegak mengabdi kepada-Nya sepanjang hari. Sampai-sampai di antara mereka ada yang sejak diciptakan sampai saat ini selalu berdiri. Ada yang selalu rukuk, bersujud, membaca tahlil dan tahajud. Malaikat yang berdiri tidak menyempurnakan berdirinya, yang rukuk tidak menyempurnakan rukuknya, yang sujud tidak menyempurnakan sujudnya, yang membaca tasbih tidak menyempurnakan tasbihnya, dan yang membaca tahlil tidak menyempurnakan tahlinya. Masing-masing memanjangkan suaranya sampai terompet kiamat. Kemudian setelah menyelesaikan pengabdian yang besar ini mereka berseru dengan kompak:

Artinya: Maha Suci Engkau. Ya Allah. Kami tidak beribadah kepadamu sebagaimana mestinya.

Rasulullah Muhammad Saw. seorang pemimpin rasul, orang terbaik di jagad raya, dan yang paling alim serta utama dibanding seluruh makhluk, mengatakan:

Artinya Aku tidak mampu menghitung pujian kepada-Mu sebanyak Engkau memuji Dzat-Mu.”

Beliau mengatakan:

Artinya Aku tidak mampu memuji-Mu dengan pujian yang pantas bagi-Mu, apalagi beribadah dengan sesuatu yang pantas bagi-Mu.

Beliau adalah seseorang yang pernah mengatakan:

Artinya Tidak ada seorangpun yang masuk surga karena amalnya. Para sahabat bertanya, Termasuk Anda ya Rasulullah?”Beliau menjawab, Termasuk aku kecuali jika aku diliputi dengan rahmat Allah.

Kenikmatan dan anugerah Allah adalah sebagaimana firmanya:

Artinya Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu tidak dapat menentukan jumlahnya.(Q.S. An-Nahl: 18)

Juga seperti apa yang telah diceritakan bahwa kelak di hari kiamat manusia akan dikumpulkan sambil membawa tiga catatan: Catatan amal baik, catatan amal buruk dan catatan kenikmatan. Catatan kebaikan diperbandingkan dengan nikmat-nikmat (yang telah diterimanya). Pada setiap satu kebaikan didatangkan satu kenikmatan sampai semua kebaikan menutupi semua kenikmatan. Yang tersisa hanya keburukan serta dosa-dosa dan hal itu terserah pada Allah (diampuni atau tidak).

Mengenai cacat-cacat dan penyakit pada diri seseorang telah kami terangkan di depan di dalam babnya sendiri.

Yang menjadi kekhawatiran adalah: Ada seorang hamba yang telah bersusah payah melakukan ibadah dan mengalami kesulitan selama tujuh puluh tahun dan tidak memperhatikan cacat serta penyakitnya. Bisa jadi tak satupun dari ibadah tersebut yang diterima. Kadang ia bersusah payah selama beberapa tahun dan dirusak oleh (perbuatan yang dikerjakan dalam) waktu sekejap.

Yang lebih mengkhawatirkan dari semua itu adalah jika Allah melihat seorang hamba yang berbuat riya kepada orang lain dengan ibadah dan pengabdian yang dikerjakannya. Yaitu secara lahir dilakukan karena Allah, tapi secara batin dilakukan karena orang lain. Lalu Allah mengusir orang tersebut sampai ia tidak menemukan jalan untuk kembali.

Semoga Allah melindungi kita semua.

Aku pernah mendengar bahwa ada seorang ulama yang bercerita tentang Hasan Al-Bashri setelah beliau wafat. Di dalam mimpi beliau ditanya tentang keadaan yang dialaminya. Beliau menjawab: Allah menempatkan diriku di hadapan-Nya. Lalu Dia berfirman Hai Hasan! Apakah kamu masih ingat? Suatu saat kamu salat di dalam masjid. Tiba-tiba orang-orang melayangkan pandangan mereka kepadanu, lalu kamu menambah kebaikan salatmu. Seandainya tidak karena niatmu yang murni karena Aku pada saat memulainya, tentu sudah kuusir kamu dari sisi-Ku dan kuputuskan hubunganmu denganKu satu kali.

Karena urusan ini secara umum amat rumit dan sukar, maka orang-orang yang waspada merenung dan mengkhawatirkan diri mereka. Sampai-sampai ada di antara mereka yang tidak menoleh pada amal-amal yang terlihat oleh orang lain.

Dikisahkan juga bahwa Rabiah Al-Adawiyah berkata: Amalamal yang tampak pada diriku tidak kuperhitungkan sedikitpun.

Ulama yang lain berkata: Simpanlah (rahasiakan) amal-amal baikmu seperti kamu merahasiakan amal-amal buruk.

Yang lain lagi mengatakan: Jika kamu mampu membuat tempat menyembunyikan amal baik maka lakukanlah.

Diceritakan pula bahwa Rabiah Al-Adawiyah pernah ditanya: Dengan amal apa Anda sering berharap?Beliau menjawab: Dengan keputusasaanku (tidak adanya harapan) pada amal yang paling besar.

Diceritakan juga bahwa Muhammad bin Waasi berkumpul dengan Malik bin Dinar. Malik berkata: Tiada pilihan lain, taat kepada Allah atau neraka.Muhammad bin Wasi’ berkata: Tiada yang lain, rahmat Allah atau neraka.Maka Malik bin Dinar pun berkata: Mengagumkan sekali. Aku amat membutuhkan guru yang seperti Anda.

Diceritakan dari Yazid Al-Bushthami. Beliau berkata: “Aku telah bersusah payah menjalankan ibadah selama tiga puluh tahun. Lalu aku melihat seseorang yang berkata kepadaku: Hai Abu Yazid! Gudang-gudang penyimpanan Allah telah penuh dengan ibadah. Jika kamu ingin wushuul (sampai) kepada-Nya, hendaklah kamu selalu merendahkan diri dan merasa butuh.

Kami juga mendengar Al-Ustadz Abu Al-Hasan menceritakan Al-Ustad Abu Al-Fadhl. Abu Al-Fadhl berkata: Sebenarnya akau tahu kalau ketaatan yang kulakukan tidak diterima di sisi Allah.Lalu beliau ditanya: Kenapa bisa begitu?Beliau menjawab: Karena aku sudah mengetahui apa saja yang diperlukan oleh ketaatan tersebut agar bisa diterima dan aku tahu kalau aku tak dapat melakukannya. Karena itulah aku menjadi tahu kalau ketaatan itu tidak diterima.

Beliau ditanya lagi: Kenapa Anda tetap melakukannya?

Jawab beliau: Siapa tahu pada suatu hari Allah menjadikannya baik untukku dan aku pun telah terbiasa berbuat baik sehingga tidak perlu membiasakan dari awal.

Inilah keadaan mereka, yakni para ulama yang ahli bermujahadah, memiliki kekhawatiran, dan maju dalam bidang agama.

Sebaiknya Anda menjadi orang yang (ciri-cirinya) seperti dikatakan oleh seorang penyair:

Carikan teman untuk dirimu selain mereka yang putus asa dan gagal meraih cita-cita.

Teramat jauh jika dengan kemalasan kamu ingin menyusul para pemimpin
yang telah menyusahkan diri dan beruntung bisa menghadap kepada (Allah).

Aku berpikir untuk meletakkan sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ash-Shaadiq wal mashduuq Muhammad. Semoga rahmat dan salam Allah diberikan kepada beliau dan para keluarganya. Kami menerangkan hadis itu di dalam lebih dari satu kitab.

Diceritakan dari Ibnul Mubarak bahwa ada seorang lelaki bernama Khalid bin Ma dan berkata kepada Mu’adz: Tolong ceritakan sebuah hadis yang Anda dengar dari Rasulullah Saw. yang Anda hapal dan selalu ingat mengenai kelemah lembutan dan kekerasan pemikiran beliau.

Mu’adz menjawab: Baikah.Kemudian lama sekali beliau menangis. Lalu beliau mengucapkan kata rindu kepada Rasulullah dan sangat ingin bertemu dengan beliau, lalu berkata:

Artinya: “Pada suatu hari aku berada di sisi Rasulullah Saw. Tibatiba beliau menaiki seekor onta dan menyuruhku agar duduk di belakang beliau. Kami berjalan. Beberapa waktu kemudian beliau mengangkat pandangan ke arah langit dan bersabda, Segala puji bagi Allah yang menentukan apa saja yang Dia kehendaki untuk para makhluk-Nya, hai Mu’adz!’ Aku menjawab, “Benar sekali. Ya Rasululllah.’ Beliau bersabda, ‘Aku akan menceritakan sebuah kisah.

Jika kamu menghapalnya maka kisah tersebut akan bermanfaat bagimu. Dan jika kamu menyia-nyiakannya maka kamu tak lagi memiliki hujjah di hadapan Allah.

Hai Mu ‘adz. Sesungguhnya Allah telah menciptakan tujuh malaikat sebelum Dia menciptakan beberapa langit dan bumi. Setiap langit memiliki penjaga pintu yang berjaga-jaga. Lalu Dia menciptakan malaikat yang menjaga semua pintu langit sesuai dengan ukuran pintu dan keagungannya.

Suatu saat malaikat hafazhah naik sambil membawa amal seorang hamba. Amal tersebut memiliki cahaya bagai matahari. Mereka membawa amal tersebut ke langit dunia dan menganggap bahwa amal tersebut sudah banyak serta bersih. Setelah sampai di depan pintu, seorang malaikat berkata kepada beliau, Pukulkan amal ini ke muka pemilikinya. Aku adalah malaikat yang menjaga gunjingan. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang yang menggunjing melewatiku.’

Keesokan harinya malaikat hafazhah membawa amal baik yang bercahaya dan mereka anggap telah banyak lagi bersih. Sesampainya di pintu langit kedua, seorang malaikat berkata, Stop! Pukulkan amal ini ke muka pemilikinya. Karena dengan amal ini ia mengharapkan harta dunia. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku.”

Para malaikat mengutuk orang tersebut sampai sore hari.

Kemudian malaikat hafazah membawa amal hamba tersebut dengan girang karena di dalamnya ada sedekah, puasa dan banyak sekali kebaikan. Mereka menganggap amal itu sudah banyak dan bersih. Setelah sampai di pintu langit ketiga, malaikat penjaga pintu berkata, Stop! Pukulkan amal ini ke muka pemilikinya. Aku adalah malaikat yang menjaga kesombongan. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku. Sesungguhnya orang tersebut merasa sombong di hadapan orang banyak pada setiap majlismajlis mereka.”

Kemudian malaikat hafazah membawa amal hamba tersebut yang bercahaya bagaikan bintang bersinar terang. Amal tersebut bergemuruh dan membaca tasbih. Amal itu berisi puasa, salat, haji, dan umrah. Setelah sampai di pintu langit keempat, malaikat penjaga pintu berkata, Stop! Pukulkan amal ini ke muka pemilikinya. Aku adalah malaikat yang menjaga ujub. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku. Karena sesungguhnya jika beramal, ia juga memasukkan perasaan ujub (bangga) ke dalamnya.”

Kemudian malaikat hafazah membawa amal hamba tersebut dengan cepat seperti pengantin perempuan yang dibawa ke rumah suaminya. Sesampainya di pintu langit kelima dengan membawa amal baik berupa jihad, haji dan umrah, yang bersinar seperti matahari, seorang malaikat mengatakan, “Aku penjaga sifat hasud. Sesungguhnya ia selalu iri dengan nikmat yang Allah berikan kepada orang lain karena kemurahan-Nya. Dia juga benar-benar tidak menyukai apa yang diridai oleh Allah. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku.’

Kemudian malaikat hafazah naik membawa amal hamba tersebut berupa wudu yang sempurna, salat yang banyak jumlahnya, puasa, haji dan umrah. Setelah mereka berhasil membawa amal baik tersebut sampai ke pintu keenam, seorang malaikat penjaga pintu mengatakan, “Aku penjaga rahmat. Pukulkan amal ini ke muka pemiliknya, karena ia sama sekali tidak merasa kasihan kepada seorangpun. Jika ada orang terkena musibah dia malah merasa gembira karenanya. Oleh karena itu Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku.’

Kemudian malaikat hafazah membawa amal hamba tersebut berupa nafkah yang berjumlah banyak, puasa, salat, jihad, dan wara’. Amal itu menggelegar bagaikan suara petir dan bersinar seperti kilat. Sesampainya di pintu langit ketujuh, malaikat penjaga pintu berkata, ‘Aku penjaga sifat sum’ah (ingin menonjolkan diri dan terkenal di tengah masyarakat). Orang yang memiliki amal ini ingin terkenal di tempat-tempat pertemuan, berkedudukan tinggi di hadapan para sahabat, dan ingin mulia di hadapan para pembesar. Tuhan memerintahkan aku agar tidak membiarkan amal orang tersebut melewatiku.’

Setiap amal yang tidak tulus karena Allah adalah riya. Sementara itu Dia juga tidak menerima amal orang yang berbuat riya. Kemudian malaikat hafazah naik kembali membawa amal hamba tersebut seperti salat, zakat, puasa, haji, umrah, pekerti yang mulia, diam, dan dzikir (kepada) Allah. Amal tersebut diantarkan oleh malaikat tujuh langit sehingga melintasi semua dinding penutup dan berhenti di hadapan Tuhan yang Maha Agung. Mereka memberikan kesaksian bahwa amal tersebut baik dan diikhlaskan bagi Allah. Lalu Allah berfirman, “Kamu semua adalah para penjaga amal hamba-Ku. Dan Aku adalah Dzat yang selalu mengawasi isi hatinya. Sesungguhnya ia tidak menginginkan Aku dengan amal ini, melainkan menginginkan orang lain. Dia tidak ikhlas karena Aku, sedangkan Aku lebih mengetahui apa yang dia inginkan dengan amalnya. Dia berhak mendapat laknat-Ku. Dia bisa menipu keturunan Adam serta menipu kamu semua, tapi tidak bisa menipuku. Aku Maha tahu dengan hal-hal gaib, melihat segala isi hati. Bagiku tidak ada hal yang samar. Pengetahuan-Ku terhadap hal yang telah terjadi sama dengan pengetahuan-Ku terhadap hal yang akan terjadi. Ilmu-Ku terhadap hal yang sudah berlalu sama dengan ilmu-Ku terhadap hal yang akan datang. Ilmu-Ku tentang orang-orang terdahulu sama dengan ilmu-Ku tentang orang-orang yang hidup di kemudian han. Aku mengetahui segala rahasia dan hal-hal yang tidak terlihat. Bagaimana mungkin seorang hamba bisa menipu-Ku dengan amalnya? Ia hanya bisa menipu para makhluk yang tidak tahu. Sedangkan Aku Maha Mengetahui hal-hal gaib. Dia berhak menerima laknat-Ku.

Kemudian malaikat yang berjumlah 3007, yang mengantarkan amal tersebut berkata, Ya Tuhan kami! Semoga ia mendapatkan laknat Anda dan laknat kami.”

Dan penduduk langit berkata, Semoga ia mendapatkan laknat dari Allah dan laknat dari seluruh makhluk yang bisa melaknati.”Kemudian Mu’adz menangis tersedu-sedu seraya berkata, Ya Rasulullah! Bagaimana caranya agar kami bisa selamat dari apa yang Anda katakan tadi?”

Rasulullah menjawab, Hai Mu’adz! Ikutilah keyakinan nabimu.”

Aku (Mu’adz) berkata, “Anda adalah utusan Allah. Sedangkan aku Mu’adz bin Jabal. Bagaimana aku bisa selamat?

Rasulullah berkata, “Benar kamu Mu’adz!. Jika ada kekurangan pada amalmu, maka jauhkanlah lisanmu dari membicarakan keadaan orang lain, lebih-lebih dari para penghapal Al-Qur’an. Sebaiknya kamu mengembalikan keadaan mereka pada kekurangan yang kau dapati pada dirimu sendiri. Jangan membersihkan diri dengan mencela saudara-saudaramu. Jangan mengangkat derajatmu dengan merendahkan saudara-saudaramu. Jangan memperlihatkan amalmu agar dikenal banyak orang. Jangan tenggelam ke dalam urusan dunia yang bisa membuatmu lupa dari urusan akhirat. Jangan bicara berdua dengan seseorang jika di sampingmu ada orang lain. Jangan merasa besar di hadapan banyak orang sehingga kebaikan dunia dan akhiratmu terputus. Jangan berkata buruk dalam suatu majlis sehingga mereka meninggalkanmu karena pekertimu yang buruk. Jangan mengungkit-ungkit orang lain dan mencabik-cabik hati mereka sehingga kelak kamu akan dicabik-cabik oleh anjing-anjing jahannam. Inilah yang dimaksud dengan firman Allah Swt.: “Demi anjing yang mencabik-cabik dengan cabikan yang sebenarnya.(An-Naazi’aat: 2).

Allah berfirman bahwa anjing-anjing itu mencabik daging dari tulangnya.

Aku (Mu’adz) berkata, ‘Ya Rasulullah! Siapa yang mampu melakukan semua ini?”
Rasulullah menjawab, “Hai Mu’adz! Semua yang kukatakan kepadamu teramat mudah bagi orang yang diberi kemudahan oleh Allah. Sedangkan kamu cukup melakukannya dengan cara mencintai orang lain seperti mencintai dirimu sendiri dan membenci sesuatu yang menimpa mereka seperti halnya jika hal tersebut menimpa dirimu. Dengan demikian kamu akan selamat.

Khalid bin Ma’dan berkata: Dalam setiap majlis (pertemuan)nya Mu’adz bin Jabal lebih banyak membaca dan menerangkan hadis ini ketimbang Al-Qur’an.

Jika Anda mendengar hadis ini atau diberi tahu seseorang tentang hadis yang kisahnya agung, sangat mengkhawatirkan, dan pengaruh yang ditimbulkannya amat pedih ini, cerita yang bisa membuat hati terbang melayang, pikiran bingung dan dada serasa sempit saat menampungnya serta orang-orang mengeluh karena cerita tersebut menakutkan, maka sebaiknya Anda memohon perlindungan kepada Majikan Anda, yakni Penguasa alam semesta. Tetaplah berada di pintu (yang menuju kepada)Nya, dengan kerendahan hati, tangis sepanjang malam dan di ujung hari, bersama dengan orang-orang yang merendahkan diri serta berdoa. Karena tidak mungkin selamat dari urusan ini kecuali dengan rahmat-Nya. Dan tidak mungkin terbebas dari lautan ini kecuali dengan pertolongan dari-Nya. Bangkitlah dari tidur orangorang yang lalai. Lakukan segala sesuatunya dengan benar. Perjuangkan nafsumu demi meniti tahapan yang mengkhawatirkan ini. Siapa tahu Anda tidak binasa bersama orang-orang yang binasa.

Hanya Allah tempat memohon pertolongan dalam segala hal. Dia-lah sebaik-baik penolong. Dia Maha Tinggi. Lebih pengasih di antara para pengasih. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur lagi Maha Agung.

Pendek kata, jika Anda merenung dengan baik dan melihat ketinggian derajat ketaatan kepada Allah serta ketidakmampuan seluruh makhluk, keterbatasan dan kebodohan mereka, maka sebaiknya Anda tidak menggubris mereka. Jangan terpancang dengan sanjungan, pujian, dan pengagungan mereka, karena semua itu tiada artinya. Jangan menginginkan sesuatupun dari mereka dengan menggunakan ketaatanmu. Dan jika kamu melihat betapa kejinya dunia, betapa hina dan cepat-musnah, maka janganlah kamu mengingikannya dengan menggunakan ketaatanmu kepada Allah. Katakan pada nafsumu sendiri: Hai nafsu! Sanjungan dan ungkapan terimakasih dari Allah lebih baik ketimbang sanjungan yang diberikan oleh makhluk-makhluk yang lemah dan bodoh. Mereka tidak mengetahui derajat amalmu serta apa saja yang kau rasakan di dalamnya. Mereka tidak memenuhi hak-hak yang semestinya kau peroleh dengan amalmu. Bahkan kadang-kadang mereka lebih mengutamakan orang-orang yang sebenarnya memiliki derajat di bawahmu dengan memberikan Seribu derajat, menyia-nyiakanmu yang sedang sangat membutuhkan serta melupakanmu. Meskipun mereka tidak melakukan semua itu, apa yang mereka miliki? Mereka juga berada dalam genggaman kekuasaan Allah yang akan memperlakukan mereka menurut kehendak-Nya. Hai nafsu! Jangan sia-siakan kemuliaan taatmu karena mereka. Jangan sampai kehilangan sanjungan-Nya yang penuh kemuliaan. Dan jangan sampai kehilangan anugerah Allah yang akan menjadi simpanan (bagimu).

Benar sekali seorang penyair yang mengatakan:

Mata yang tadak tidur semalaman untuk selain Engkau tiada gunanya.

Dan tangisan selain karena kehilangan selain Engkau akan sia-sia.

 

Katakan pada nafsumu!: Hai nafsu! Mana yang lebih baik, surga yang abadi ataukah berlumur keharaman dunia serta halhal tak berguna yang mudah rusak? Sementara itu ketaatan yang kamu lakukan mampu menghasilkan kenikmatan yang abadi. Jangan menjadi orang yang bercita-cita rendah, berkeinginan tidak baik, dan berbuat hina. Apakah kamu tidak pernah melihat seekor merpati yang bisa terbang tinggi? Bagaimana harganya menjadi mahal dan kedudukannya meningkat?

Angkatlah cita-citamu setinggi langit. Dan murnikan hatimu untuk Allah yang Esa dan menguasai segala urusan. Jangan siasiakan ketaatanmu untuk mendapatkan sesuatu yang tiada berarti.

Begitu pula jika Anda merenung dengan baik dan melihat pertolongan serta anugerah-anugerah Allah yang agung, yang diberikan kepada Anda menjalankan ketaatan.

Mula-mula Dia memberi Anda kesempatan dan sarana untuk mengerjakannya. Kemudian menghilangkan berbagai rintangan sampai Anda selesai mengerjakannya sebagai langkah kedua. Langkah ketiga adalah mengistimewakan Anda dengan taufik dar pertolongan, memberi jalan yang mudah dan menghiaskannya di hati Anda sehingga Anda bisa mengerjakannya.

Kemudian dengan keagungan yang dimiliki-Nya, ketidakbutuhan-Nya pada ketaatan, dan banyaknya kenikmatan yang Dia berikan kepadamu, Dia juga masih menukar amal yang sedikit itu dengan sanjungan yang berlebihan dan pahala besar, yang sebenarnya kamu tidak berhak mendapatkannya sebagai langkah keempat.

Ditambah lagi Allah masih memuji Anda, menyanjung dengan sanjungan yang berlebih serta mencintaimu hanya karena amal yang sekecil itu sebagai langkah kelima.

Semua ini tak lain hanya karena anugerah-Nya yang agung. Jika tidak, apa hak Anda mendapatkan semua ini? Seberapa tinggi derajat amal Anda yang hina dan penuh cacat ini?

Hai nafsu! Ingatlah semua anugerah Tuhanmu yang Maha Mulia, yang membuatmu menjadi baik dengan ketaatan ini. Kamu harus merasa malu jika menengok pada amalmu. Tapi lihatlah karunia dan anugerah Allah yang diberikan kepadamu dalam keadaan apapun.

Setelah berhasil melakukan ketaatan ini, janganlah kamu menyibukkan diri selain merendah dan memohon agar Dia berkenan menerimanya

Apakah kamu tidak mendengar ucapan kekasih-Nya (Nabi) Ibrahim sesudah beliau menyelesaikan pengabdiannya dengan membangun Ka’bah? Bagaimana beliau memohon anugerah Allah agar pengabdiannya diterima? Beliau berdoa begini:

Artinya: Ya Tuhan kami! Terimalah (amal ini) dari kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Setelah selesai berdoa, beliau memohon begini:

Artinya: Ya Tuhan kami! Terimalah permohonan kami.

Bila Allah berkenan memberi anugerah kepadamu dengan menerima dagangan (amal) yang campur aduk ini, berarti Dia menyempurnakan kenikmatan dan membesarkan anugerah-Nya. Alangkah untungnya, alangkah mulianya, alangkah agungnya, alangkah luhurnya, dan betapa terhiasnya dirimu. Karena bagimu semua itu adalah mahkota, kenikmatan, simpanan, dan kemuliaan.

Dan bila yang terjadi adalah sebaliknya, maka betapa ruginya, betapa kamu tertipu dan terhalang. Karena itu bersungguhsungguh dan sibukkanlah dirimu dengan hal seperti ini. Dan jika kamu tekun melakukan semuanya, mengulangnya dalam hati pada saat selesai mengerjakan ketaatan serta memohon pertolongan kepada Allah, niscaya Dia akan memalingkan kamu dari melihat semua makhluk dan diri sendiri, dari kesibukanmu dengan kesombongan dan kebanggaan, membangkitkan dirimu untuk tulus dan ikhlas karena Allah dalam menjalani ketaatan, dan selalu mengingat Allah dalam segala keadaan.

Kamu juga akan berhasil melakukan ketaatan yang lebih bisa diharapkan, lebih bersih, dan tidak memiliki kekurangan. Mendapatkan kebaikan yang murni, tiada campuran di dalamnya, dan ibadah yang diterima tak kurang sedikitpun.

Bahkan ketaatan semacam ini meski hanya dilakukan sekali seumur hidup, maka pada hakekatnya hal itu amatlah banyak.

Sumpah demi hidupku. Sesungguhnya meski amal itu jumlahnya hanya sedikit tapi amat berarti, kedudukannya tinggi, sangat bermanfaat dan pada akhirnya menjadi harum.

Adakah hadiah yang lebih mulia ketimbang yang diberikan oleh Penguasa alam semesta? Adakah usaha yang lebih mulia ketimbang usaha yang dipuji oleh Dzat yang memenuhi segala kebutuhan orang-orang yang sangat memerlukan, dan disanjung oleh Penguasa alam semesta? Adakah harta perniagaan yang lebih tinggi nilainya dari harta perniagaan yang dipilih serta diridai oleh Penguasa alam semesta?

Renungkanlah! Hai orang-orang yang perlu dikasihani! Berhati-hatilah. Jangan sampai kamu termasuk orang-orang yang merugi.

Jika semuanya telah berjalan seperti keterangan yang tersebut di atas berarti Anda termasuk orang-orang yang memurnikan amal karena Allah, merasa takut kepada-Nya, mengingat anugerah-Nya dan lagi diridai oleh-Nya.

Anda telah melewati tahapan yang menakutkan ini dan selamat dari bahayanya. Anda adalah orang yang lebih dulu mendapatkan kebaikan dan buah ketaatan, serta mendapat kebahagiaan untuk selamanya, dengan kemuliaan dan keberuntungannya.
Hanya Allah yang memberikan taufik dan pemeliharaan dengan anugerah dan kemuliaan-Nya.

Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah yang Maha Luhur dan Maha Agung.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama