Terjemah Kitab Minhajul Abidin; Tahapan Kedua: TOBAT

 Terjemah Kitab Minhajul Abidin

Tahapan Kedua

TOBAT


Tobat menjadi suatu keharusan bagi Anda yang hendak beribadah karena dua alasan:

Pertama, mempermudah ketaatan Anda. Sebab perbuatan dosa yang buruk akan menghalangi datangnya perbuatan taat dan selalu diikuti kehinaan (tidak dapat mendekatkan diri kepada Allah). Jerat-jerat dosa akan menghalangi perjalanan ibadah dan bersegera melayani Allah, karena dosa yang berat akan memperberat hati malakukan kebaikan dan menghilangkan gairah untuk berbakti.

Melakukan dosa secara terus menerus membuat hati menjadi kelam. Anda akan menemukannya dalam keadaan gelap dan keras. Tidak ada lagi rasa bersih, bening, lezat, dan manis dalam beribadah. Dan jika Allah tidak melimpahkan karunia-Nuya, niscaya ia akan menyeret pemiliknya ke dalam jurang kekafiran dan kesengsaraan.

Mengherankan sekali. Bagaimana mungkin seseorang yang berhati kotor dan keras akan berbuat taat? Mungkinkah orang yang senantiasa berbuat maksiat dan sombong dapat berkhidmat (melayani) Allah? Adakah orang yang bermulut kotor dan najis dapat mendekat dan bermunajat kepada Allah? Jawabnya tentu saja “tidak”. — Diriwayatkan dari Ash-Shaadiq wal Mashduuq, Rasulullah Saw. beliau bersabda:

Artinya: “Ketika seorang hamba berdusta, maka kedua malaikat pencatat amal akan menjauhinya karena bau bacin yang keluar dari mulutnya.”



Jika demikian halnya, bagaimana mungkin mulut yang berdusta ini berdzikir kepada Allah?

Oleh karena itu, tidak mengherankan bila orang yang senantiasa melakukan maksiat tidak mendapatkan taufik dari Allah dan anggota badannya terasa berat diajak beribadah. Kalupun ia menjalankannya tentu merasa sangat payah, bukan dengan perasaan senang dan tulus. Hal itu terjadi karena imbas dari dosa yang ia lakukan dan tobat yang ditinggalkannya.


Sangat benar jika ada yang mengatakan “Ketika kamu tidak mampu manjalankan salat malam dan puasa sunat di siang hari berarti kamu telah terbelenggu oleh dosamu sendiri.”


Kedua, agar ibadah yang kita kerjakan diterima di sisi Allah.


Seorang rentenir tentu tidak mau menerima bunga jika pokok pinjaman tidak dikembalikan. Begitu juga dengan tobat dan mencari keridaan musuh merupakan suatu kewajiban. Sedangkan ibadah Anda kerjakan kebanyakan berupa ibadah sunat. Bagaimana mungkin hadiahmu akan diterima jika hutangmu yang sudah jatuh tempo belum Anda bayar. Bagaimana bisa meninggalkan halal dan mubah karena Allah, jika Anda selalu menerjang larangan dan berbuat haram? Pantaskan Anda mengadu, memohon dan memuji-Nya, sementara Dia sedang murka kepada Anda? Semoga Allah melindungi kita semua dari kemurkaaan-Nya.

Inilah keadaan lahir orang-orang yang terus menerus melakukan maksiat. Semoga Allah melindungi kita semua.

Makna Taubat Nasuha dan Batasannya

Jika Anda bertanya: “Apa arti tobat ynag murni, sampai di mana batasan-batasannya dan apa yang harus dilakukan seorang hamba hingga ia bisa terbebas dari segala dosa?”

Jawabanku begini: “Tobat adalah salah satu pekerjaan hati. Cara menghasilkannya menurut para ulama adalah membersihkan hati dari dosa.

Guruku syekh Abu Bakr Al-Warraq berbicara tentang batasanbatasan tobat: “Batasan tobat adalah tidak mengulang dosa yang telah lalu dengan tidak melakukan dosa sederajatnya yang pernah dilakukannya karena mengagungkan Allah dan takut dari siksaNya.

 

Untuk memenuhi kriteria ini dibutuhkan empat syarat:

Meninggalkan dosa dengan sepenuh hati dan sama sekali tidak berniat mengulanginya. Jika ia sudah meninggalkan dosa tapi dalam hatinya tidak ada keinginan untuk tidak mengulanginya di lain waktu, atau masih ada kemungkinan mengulanginya, maka yang demikian ini belum dinamakan tobat tapi menahan diri dari dosa.

Meninggalkan dosa yang pernah ia kerjakan. Karena jika belum pernah melakukan dosa seperti itu sebelumnya, maka ia dinamakan orang yang memelihara diri dari dosa.

Karena itu, sangat benar jika ada orang yang mengatakan bahwa Nabi Saw. memelihara diri dari kekufuran. Dan satu kesalahan bila ada yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bertobat dari kekufuran, karena Nabi Saw. belum pernah kufur. Suatu kebenaran jika ada yang mengatakan bahwa sahabat Umar bertobat dari kekufuran karena beliau memang pernah kufur sebelum masuk Islam.

Hendaklah ia tidak memilih mengerjakan dosa yang sederajat dengan dosa yang pernah ia kerjakan. Ia tidak hanya memingpalhkan dosa tersebut tapi juga meninggalkan dosa yang sederajat dengannya

Cobalah Anda renungkan! Orang tua renta dan rapuh yang pernah berzina dan merampok, jika hendak bertobat tentu dia mampu, sebab pintu tohat masih terbuka baginya Dra tidak mampu meninggalkan keinginan berzina dan merampok, padahal saat itu ra sudah tak mampu lagi melakukannya. Orang sepert itu tidak dinamakan sebagai orang yang merunggalkan dosa dan terhindar darinya. Dia tak mampu malakukannya tapi masih mampu malakukan dosa yang sederajat dengan zina dan merampok seperti berbohong, menuduh isterinya berzina, membrcarakan keburukan orang lain dan mengadu domba. Semua yang disebut di atas berbeda satu sama lain sesuai ukurannya. Namun semua maksiat yang bercabang-cabang ini menempati satu kedudukan sedikit di bawah bid ah, sedangkan bid’ah berada sedikit di bawah kufur. Oleh karena itu, orang tua tersebut saat ini masih belum bertobat dari zina, merampok dan dosa lain yang tak mampu lagi dikerjakannya.

Pilihan meninggalkan dosa karena ada motiv mengagungkan Allah, takut dari murka-Nya dan kepedihan siksa-Nya, bukan karena kesenangan duniawi, kebanggan di mata manusia, mengharap pujian agar terkenal, mendapatkan kedudukan karena lemah dan miskin di tengah masyarakat atau harapanharapan lain.

Inilah syarat dan rukun bertobat.

Jika Anda berhasil menyempurnakan syarat rukun tersebut berarti itulah tobat yang sebenarnya. 

 

Tiga Prasyarat Taubat

Adapun hal-hal yang dilakukan sebelum bertobat ada tiga:

Mengingat keburukan dosa.

2 Mengingat sakit dan pedihnya siksa serta kemurkaan Allah yang tidak mampu Anda tanggung.Mengingat kelemahan dan sedikitnya kemampuan pada diri Anda dalam menghadapi siksaan Allah tersebut, karena orang yang tidak mampu menahan panasnya sinar matahari, tamparan polisi dan gigitan semut, bagaimana mungkin bisa menahan panas api neraka jahannam, pukulan palu malaikat Zabaniyah serta patukan ular sebesar leher unta atau sengatan kalajengking sebesar khimar yang diciptakan dari api, berada di dalam tempat penyiksaan dan kerusakan.

Kita memohon perlindungan dari murka dan siksa Allah.

Jika Anda selalu ingat dan membiasakan diri mengingat hal ini siang malam, maka yang demikian ini akan memotivasi Anda untuk benar-benar bertobat dari dosa-dosa. Mudah-mudahan Allah memberikan taufik dengan anugerah-Nya kepada kita.

Jika dikatakan: “Bukankah Nabi Saw. pernah bersabda:

Artinya: “Menyesal dari dosa berarti tobat.”

Beliau sama sekali tidak menyebutkan adanya syarat-syarat dan hal-hal berat seperti yang Anda sebutkan.”

Maka jawabnya adalah: Pertama kali yang harus Anda ketahui adalah penyesalan merupakan hal yang tidak mampu dilakukan seorang hamba dengan sendirinya.

Apakah Anda tidak melihat bahwa terkadang seseorang menyesal dalam hati dari berbagai hal. Akan tetapi ia tidak berkeinginan menyesalinya. Sebaliknya, tobat merupakan hal yang diperintahkan. kemudian kita tentu tahu jika seseorang menyesal dari dosa hanya karena hal itu dapat menghilkangkan kedudukannya di mata masyarakat atau takut kehilangan mata pencahariannya, maka tidak diragukan lagi bahwa penyesalan tersebut bukanlah tobat. Dengan demikian, Anda menjadi tahu bahwa di dalam hadis tersebut ada makna yang tak bisa Anda ketahui dari lahirnya saja, yaitu penyesalkan karena mangagungkan Allah dan takut dari siksa-Nya termasuk hal yang membangkitkan tobat yang sebenarnya, karena hal tersebut merupakan sifat dan keadaan orang-orang yang bertobat. Jika seseorang mengingat tiga hal yang merupakan pendahuluan tersebut maka dia akan menyesal. Penyesalan itu dapat mendorongnya untuk meninggalkan dosa-dosa. Pada akhirnya tinggal penyesalan yang ada dalam hati dan hal itu akan mendorongnya untuk merendahkan diri di hadapan Allah, karena penyesalan termasuk penyebab orang mau bertobat dan sebagai sifat orang yang bertobat. Maka Rasulullah Saw. menamakannya dengan sebutan tobat hingga beliau bersabda: “Penyesalan adalah tobat.”

Dengan memahami semua itu, insya Allah Anda akan mendapat taufik dari Allah Swt.

Jika Anda bertanya: “Bagaimana mungkin seorang manusia sama sekali tidak melakukan dosa baik kecil maupun besar, sedangkan para nabi saja yang merupakan makhluk Allah paling mulia masih diperdebatkan oleh para ulama apakah mereka mencapai kedudukan ini (tidak berdosa sama sekali) ataukah tidak.”

Ketahuilah! Hal seperti ini (tidak melakukan dosa sama sekali) adalah sesuatu yang tidak mustahil. Hal tersebut teramat mudah bagi Allah Swt. Dan Allah menentukan rahmat-Nya bagi orang yang Dia kehendaki.

Tidak sengaja melakukan dosa termasuk di antara syaratsyarat tobat. Kalaupun ia tergelincir ke dalam dosa karena kelalaian atau sebuah kekeliruan, maka ia terampuni dengan anugerah Allah dan hal itu mudah sekali dilakukan orang yang diberi petunjuk oleh Allah.

Jika Anda berkata: “Yang membuatku tidak segera bertobat adalah karena aku tahu bahwa diriku pasti melakukan dosa itu lagi dan tiada gunanya aku bertobat.”

Bila demikian, maka ketahuilah bahwa hal itu adalah tipu daya setan. Dari mana Anda tahu kalau akan melakukan dosa itu lagi. Bisa saja Anda mati setelah bertobat dan belum mengulang kembali dosa tersebut. Adapun kekhawatiran akan mengulangi dosa harus Anda hindari dengan keinginan kuat, dan Allah sendiri yang akan menyempurnakannya.

Jika Allah menyempurnakan keinginan tersebut, itulah yang kita harapkan dari anugerah-Nya. Namun jika Allah tidak menyempurnakanya, maka semua dosa Anda yang lampau telah terampuni. Anda pun terbebas dan bersih dari dosa-dosa tersebut. Anda hanya berdosa karena perbuatan yang Anda lakukan saat ini.

Ini merupakan suatu keuntungan besar dan faedah yang agung. Jangan sampai Anda menunda tobat karena kekhawatiran akan kembali melakukan dosa yang sama. Dengan bertobat Anda berada diantara dua kebaikan.


Semoga Allah memberikan taufik dan hidayah-Nya (kepada kita).

 

 

 

Menjauhkan Diri dari Dosa

Untuk dapat keluar dan terbebas dari dosa, maka Anda harus tahu bahwa pada umumnya dosa tersebut terbagi menjadi tiga:

Meninggalkan hal yang diwajibkan Allah pada kita, seperti salat, puasa, zakat, membeyar kafarat atau kewajiban yang lain.

Jalan keluarnya adalah sedapat mungkin Anda menggadanya.Dosa antara Anda dengan Allah, seperti minum khamer, meniup seruling, makan harta riba dan yang sejenisnya.

Jalan keluarnya adalah penyesalan dan berniat tidak kembali mengulangi untuk selamanya.Dosa antara sesama hamba. Ini adalah dosa yang paling berat dan sulit dihindari. Dosa antara sesama hamba Allah kadang berhubungan dengan harta, jiwa, harga diri, kehormatan dan beragama.

Untuk terbebas dari dosa yang berhubungan dengan harta, cara yang terbaik adalah mengembalikan harta tersebut ke pemiliknya jika mampu. Bila tidak mampu mengembalikan karena harta tersebut sudah hilang atau karena miskin, maka Anda harus meminta kerelaannya. Jika hal itu tidak mungkin dilakukan karena pemiliknya pergi atau sudah mati, dan Anda mampu bersedekah, maka yang terbaik bagi Anda adalah memperbanyak kebaikan dan merendahkan diri di hadapan Allah sambil memohon agar Allah membuatnya rida kepadamu pada hari kiamat.

Untuk terbebas dari dosa yang berhubungan dengan jiwa, Anda harus menyerahkan diri agar dibalas dengan hukuman yang setimpal atau meminta kerelaannya. Jika Anda tidak mampu melakukannya, maka kembalilah kepada Allah serta merendahkan diri di hadapan-Nya. Memohon agar Allah menjadikannya rela kepada Anda pada hari kiamat.

Dosa yang berhubungan dengan harga diri seperti menggunjing, menipu, atau mamaki, hendaknya Anda menghapusnya dengan cara memberi pengertian kepada lawan bicara bahwa Anda sebenarnya berbohong lalu meminta kerelaan kepada orang yang bersangkutan (orang yang digunjing, ditipu atau dimaki) —dengan catatanjika Anda mampu malakukannya dan tidak khawatir menamnbah kemarahannya, menimbulkan masalah baru dengan pernyataan Anda atau bahkan menciptakan kemarahan baru baginya.

Bila demikian yang terjadi dan Anda merasa khawatir, maka yang terbaik adalah kembali memohon kepada Allah agar Dia menjadikannya rida terhadap Anda, memberinya kebaikan yang sebanding dengan perbuatan Anda dan perbanyaklah istighfar untuknya.

Dosa yang menyangkut kehormatan seperti berkhianat kepada seseorang tentang isteri, anak, atau yang sejenisnya tidak bisa ditebus dengan meminta kerelaan orang tersebut, karena hal itu bisa menimbulkan kemarahannya. Dalam hal ini lebih tepat bila Anda merendahkan diri sambil memohon kepada Allah agar Dia menjadikannya rela kepadamu dan memberikan kebaikan yang banyak sebagai imbalannya. Namun jika tidak khawatir timbul fitnah, meski itu jarang terjadi, maka meminta kerelaan (maaf) adalah lebih baik.

Dosa yang berhubungan dengan masalah agama seperti mengkafirkan, menuduh berbuat bid ah dan sesat kepada orang lain adalah hal yang sulit dihapus. Yang Anda butuhkan adalah menyatakan bahwa Anda berbohong dalam pembicaraan Anda di depan lawan bicara, meminta maaf kepada yang bersangkutan (yang dikafirkan, dituduh berbuat bid’ah dan sesat) — dengan catatan jika hal itu memungkinkan untuk Anda lakukan. Jika tidak, maka Anda harus benar benar merendahkan diri kepada Allah serta memohon agar Dia menjadikannya rela kepadamu.

Jadi, secara umum, apa yang mungkin (mampu) Anda lakukan seperti meminta maaf kepada musuh, maka lakukanlah. Jika tidak mungkin, maka kembalikanlah semuanya kepada Allah dengan merendahkan diri serta memohon kepada-Nya dan bersedekah, agar Dia menjadikannya rela kepadamu. Semua terserah kehendak Allah kelak di hari kiamat. Hanya saja kita harus berharap Dia memberikan anugerah dengan karunia-Nya yang agung. Bila Dia mengetahui ketulusan hati seorang hamba, maka Dia-pun akan menjadikan musuhnya rela kepada hamba tersebut dengan limpahan karunia-Nya dan tidak ada lagi hukuman (baginya).

Pelajarilah hal ini dengan seksama.

Bila Anda telah mengetahui apa yang kami sebutkan di atas, kemudian hati Anda telah bersih dari keinginan melakukan dosa yang sejenis di masa mendatang, berarti Anda telah keluar dari lingkaran dosa.

Bila Anda berhasil membersihkan hati tapi belum bisa memenuhi (menggada) fardu yang tertinggal dan meminta maaf kepada musuh, berarti tuntutan hak adami masih melekat pada diri Anda, tapi dosa yang lain sudah terampuni.

Pembicaraan tentang tobat ini terlalu panjang dan tidak mungkin termuat semuanya dalam buku yang ringkas ini. Jika ingin mengetahui lebih dalam tentang tobat ini, bacalah kitab tobat yang terdapat dalam kitab:

Ihya Ulumiddin.

Al-Qurbah ilallah.

Al-Qhaayatul Quswa.


Di dalam kitab-kitab tersebut Anda akan memperoleh banyak faedah dan penjelasan yang lebih luas. Sedang yang kami kemukakan di sini hanya pokok-pokoknya saja yang harus selalu diketahui oleh kaum muslimin.


Yakinlah bahwa tahapan tobat adalah tahapan yuang amat Sulit, permasalahannya sangat penting dan bahayanya pun besar sekali,


Tobat dan Mengulang Dosa

Kami pernah mendengar bahwa Ustadz Abu Ishag AlIsfirayini rahimahullah, yang termasuk orang berilmu tinggi serta beramal dengan ilmunya berkata: “Aku berdoa kepada Allah agar dikaruniai tobat yang murni selama tiga puluh tahun. Aku merasa heran dan berkata pada diri sendiri: “Maha Suci Allah. Kebutuhan yang kupinta selama tiga puluh tahun hingga sekarang belum juga terpenuhi. Kemudian aku bermimpi seolah-olah ada penyeru yang berkata padaku: ‘ Apakah dalam hal ini kamu merasa heran? Apakah yang menjadi permintaanmu itu? Kamu meminta agar Allah mencintaimu. Bukankah Allah telah berfirman:

Artinya: “Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan (berakhlak) bersih.” (Q.S. al-Baqarah: 222)


Apakah kamu mengira bahwa permintaanmu untuk dicintai merupakan hal mudah? Lihatlah para imam yang berusaha dengan sungguh-sungguh agar hatinya bersih serta benar-benar mencari bekal untuk kehidupan akhirat.”

Bahaya yang mengkhawatirkan adalah menunda tobat. karena mula-mula suatu dosa akan membuat hati menjadi keras dan pada akhirnya membuat celaka.

Kita tidak boleh melupakan kisah Iblis dan Bal am bin Ba’ura. Pada mulanya mereka hanya berdosa dan pada akhirnya menjadi kafir. Keduanya binasa berasama orang-orang yang celaka untuk . selama-lamanya.

Kemudian sadar dan bersungguh-sungguhlah. Semoga Anda bisa mencabut akar dosa yang menancap dan tumbuh di hati, serta menyelamatkan diri dari dosa-dosa tersebut. Jangan merasa bebas dari kekerasan hati yang timbul karena dosa.


Lihatlah diri Anda.

Sebagian orang saleh mengatakan bahwa hati menjadi kelam (hitam) karena dosa. Tanda-tanda hati yang kelam adalah tidak merasa takut ataupun terkejut saat melakukan dosa, ketaatan yang ja kerjakan tidak mempengaruhi (pola hidup)nya, dan tidak mau menerima nasehat.

Jangan meremehkan dosa walau sekecil apapun, karena hal itu akan membuat Anda merasa telah bertobat, padahal Anda masih terus menerus melakukan dosa-dosa besar.

Aku pernah mendengar berita bahwa Kahmas bin Al-Hasan berkata: “Aku pernah melakukan suatu dosa. Lalu aku menangisinya selama empat puluh tahun.” Beliau kemudian ditanya: “Dosa apa itu wahai hamba Allah?” Beliau menjawab: “Suatu hari aku dikunjungi seorang teman yang beragama Islam. Lalu aku membeli ikan untuk menjamunya. Kemudian aku beranjak mengambil segumpal tanah di balik pagar tetangga tanpa izin untuk mencuci tangannya.”

Peristiwa yang membuat gundah Kahmas di atas bisa dijadikan renungan bagi Anda untuk mengoreksi diri sendiri dan sesegera mungkin untuk bertobat. Sebab ajal (batas hidup) masih tersimpan rapi dan tidak dapat kita ukur. Dunia ini hanya menipu, sedangkan nafsu dan setan selalu memusuhi. Rendahkanlah diri Anda di hadapan Allah dan memohonlah kepada-Nya.

Cobalah Anda mengingat kisah Nabi Adam a.s. yang diciptakan dengan kekuasaan Allah, ditiupkan ruh padanya dan menempatkannya di surga. Ia tidak berbuat salah kecuali hanya sekali. Lalu turunlah perintah untuk turun dari surga karena satu kesalahan tersebut. Bahkan diceritakan bahwa Allah berfirman kepadanya: “Hai Adam! Kamu memnganggap-Ku sebagai teman yang bagaimana?” Adam menjawab: “Tetangga terbaik wahai Tuhanku.” Allah berfirman: “Enyahlah dari samping-Ku, dan tanggalkan mahkota keagungan-Ku dari kepalamu. Sesungguhnya orang yang durhaka kepada-Ku tidak pantas bertetangga dengan-Ku.” Sehingga diceritakan bahwa Adam menangisi dosa tersebut selama dua ratus tahun sampai kemudian Allah mengampuni dosanya yang hanya dilakukan satu kali.

Beginilah sikap Allah terhadap nabi dan orang pilihan-Nya yang melakukan sekali dosa. Kemudian bagaimana dengan orang lain yang banyak melakukan dosa dan bukan nabi?

Tangis Nabi Adam merupakan perendahan diri dan permohonan orang yang bertobat. Lalu bagaimana sikap Allah terhadap orang yang selalu berbuat dosa tanpa memikirkan akibatnya? Alangkah indah syair seorang pujangga:

Orang yang bertobat merasa khawatir terhadap dirinya sendiri.

Lalu apa pendapatmu tentang orang yang tidak mau bertobat?

Jika Anda bertobat dan malakukan dosa untuk kedua kalinya, maka segeralah bertobat. Katakan pada diri Anda: “Mudahmudahan aku mati sebelum kembali melakukan dosa seperti ini.” Begitu pula jika Anda melakukan dosa untuk ketiga dan keempat kalinya.

Bila Anda melakukan suatu dosa dan mengulanginya sebagai suatu rutinitas, maka Anda pun harus menjadikan tobat sebagai rutinitas. Jangan sampai tobat Anda dikalahkan oleh dosa dan jangan pula berputus asa. Tak perlu menghiraukan godaan setan yang menghalangi tobat Anda, karena bertobat setiap kali melakukan dosa adalah pertanda baik.


Tidakkah Anda pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda:

Artinya: “Yang terbaik di antara kamu adalah orang yang sering tergoda namun selalu bertobat.”

Maksudnya orang tersebut sering tergoda melakukan dosa tapi banyak bertobat dan kembali kepada Allah dengan penuh penyesalan dan permintaan maaf (istighfar).

Ingatlah firman Allah Swt.:

Arinya: “Dan barangsiapa berbuat jahat atau menganiaya dirinya sendiri kemudian memohon ampunan kepada Allah, niscaya 1a akan mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. An-Nisaa: 110)

Kesimpulan dari keterangan di atas adalah jika Anda mulai bertobat maka bersihkanlah hati dari dosa-dosa. Artinya Anda menguatkan niat dalam hati untuk selamanya tidak akan kembali melakukan dosa itu kecuali apa yang telah digariskan oleh Allah dalam ilmu-Nya bahwa Anda akan melakukannya. Allah mengetahui bahwa tekad Anda benar-benar keluar dari hati yang tulus. Kemudian maafkan musuh Anda sesuai kemampuan yang Anda miliki.

Ganti (qadha)lah kewajiban-kewajiban yang telah lalu sekuat tenaga, sesuai kemampuan yang Anda miliki. Dan yang tidak mampu sebaiknya diserahkan kepada Allah dengan penuh harap dan merendahkan diri agar Dia mencukupkannya untuk Anda.

Selanjutnya bersihkanlah badan dan pakaian Anda. Lalu salat empat rakaat sebagaimana mestinya. Letakkan wajah Anda di tanah sepi yang tidak terlihat oleh orang lain kecuali hanya Allah Swt.

Taburkan debu di kepala dan benamkan wajah, anggota tubuh yang paling terhormat, dengan cucuran air mata penuh kesedihan disertai suara yang lantang, sebutkan dosa Anda satu persatu sesuai kemampuan. Makilah diri Anda yang berlumur dosa. Katakan padanya: “Hai diriku! Tidakkah kamu merasa malu? Belum datangkah waktu tobat bagimu? Ataukah kamu punya kekuatan untuk menghadapi siksa Allah?” Lalu ucapkanlah umpatan untuknya sebanyak mungkin sambil menangis. Kemudian tengadahkan dua tangan kepada Tuhan yang Maha Pengasih seraya berdoa:

Artinya: “Wahai Tuhanku! Hamba-Mu yang lama menghilang telah kembali ke pintu (rahmat)-Mu. Hamba-Mu yang berbuat durhaka telah telah kembali menuju kebaikan. Hamba-Mu yang berdosa telah kembali dengan membawa alasan. Ampuni aku dengan kemurahan-Mu. Pandanglah aku dengan kasih-Mu. Ampunilah dosaku yang telah lalu dan lindungilah diriku dari dosa-dosa dalam sisa hidup (ini). Sesungguhnya, segala kebaikan hanya ada padaMu dan Engkau Maha Penyayang dan Pengasih kepada kami..

Lalu berdoa dengan doa penghapus susah sebagai berikut:

Artinya:” Wahai Dzat yang menampakkan berbagai permasalahan besar! Wahai Dzat yang menjadi tujuan akhir orang-orang susah! Wahai Dzat yang jika berkehendak terhadap sesuatu cukup berfirman “jadilah” lalu seketika itu wujudlah ia. Dosa-dosaku membuat aku terkungkung, dan hanya Engkau yang kuharapkan sebagai pembalas. Wahai Dzat yang membebaskan setiap kesulitan. Saat ini hanya Engkaulah andalanku, maka terimalah tobatku. Sesungguhnya Engkau Maha Penerima tobat lagi Maha Pengasih.”

Kemudian perbanyaklah menangis, merasa hina dan merendah seraya berdoa sebagai berikut:

Artinya:” Wahai Dzat yang tidak merasa sibuk menan gani persoalan, dan mendengar pengaduan demi pengaduan. Wahai Dzat yang tidak mungkin keliru dalam memutuskan berbagai persoalan. Wahai Dzat yang tiada bosan memenuhi permintaan yang dilakukan terus menerus! Curahkanlah sejuknya embun maaf dan manisnya ampunan-Mu. Dengan kasih-Mu wahai Dzat yang lebih Pengasih dari para pengasih. Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu..

Lalu bacalah selawat untuk Nabi Saw. dan keluarga beliau. Mohon ampunlah bagi seluruh orang mukmin baik laki-laki maupun perempuan. Dan kembalilah taat kepada Allah. Maka Anda benar-benar telah bertobat dengan baik. Anda juga telah keluar dari lumpur dosa, bersih seperti saat lahir dari rahim ibu Anda, dicintai oleh Allah dan berhak mendapat pahala serta menerima limpahan berkah dan rahmat-Nya yang tak terlukiskan dengan kata-kata.

Kemudian Anda akan memperoleh ketenteraman, keselamatan dan terbebas dari murka Allah, pahitnya maksiat dan bencana di dunia dan ahkirat. Anda pun benar-benar telah melewati tahapan ini dengan izin Allah Swt. Hanya Allah yang menguasai petunjuk dengan anugerah dan karunia-Nya

 

 

 

 

 

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama