Tahapan Pertama
ILMU DAN MAKRIFAT
Tentang tahapan ini kami akan
mengawalinya dengan seruan: Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari bahaya
dan beribadah, semoga Allah memberikan taufik-Nya kepada kamu sekalian, pertama
kali yang harus Anda lakukan adalah menuntut ilmu, karena sesungguhnya ilmu
adalah pangkal dari segala perbuatan.
Anda juga harus tahu bahwa ilmu dan
ibadah merupakan dua mata rantai yang tak bisa terpisahkan. Sebab segala
sesuatu yang kita lihat, kita dengar, dan kita pelajari pada dasarnya
diciptakan untuk kedua hal tersebut. Untuk dua hal itu pula Al-Kitab
diturunkan. Begitu juga dengan para rasul dan nabi. Mereka diturunkan untuk
keduanya. Bahkan Allah menciptakan langit, . bumi dan segala isinya hanya untuk
ilmu dan ibadah.
Renungkanlah dua ayat Al-Qur’an di bawah
ini!
Firman Allah:
Artinya: “Allah-lah yang menciptakan
tujuh langit, dan seperti itu pula bumi. Perintah Allah berlaku padanya agar
kamu mengetahui bahwasanya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Dan
sesungguhnya Allah, Ilmu-Nya benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Q.S.
Ath-Thalaag: 12)
Ayat ini cukup menjadi bukti bahwa ilmu
adalah sesuatu yang teramat mulia, terlebih ilmu tauhid.
Firman Allah:
Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin
dan manusia melainkan agar mereka menyembah-Ku.” (Q.S. Adz-Dzaariyaat: 56)
Ayat ini menunjukkan kemuliaan ibadah
serta kewajiban untuk senantiasa menjalankannya. Betapa besar arti ilmu dan
ibadah yang menjadi tujuan utama penciptaan dunia dan akhirat ini. Maka sudah
sepantasnya bila kita mencurahkan segala yang kita miliki untuk mengejar ilmu
pengetahuan dan menjalankan ibadah. Ketahuilah bahwa selain keduanya sama
sekali tidak memiliki kebaikan dan tidak ada yang dapat diperoleh darinya.
Bila Anda sekalian telah mengetahui bahwa
keduanya bagaikan dua mutiara indah, maka ketahuilah bahwa di antara keduanya
ilmulah yang lebih utama. Itu sebabnya Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Kelebihan orang yang berilmu
atas orang yang beribadah seperti kelebihanku atas orang terendah di antara
umatku.”
Beliau juga bersabda:
Artinya: “Memandang wajah orang alim satu
kali lebih baik daripada beribadah selama satu tahun dengan puasa di siang hari
dan salat di malam harinya.”
Dalam hadis lain diceritakan:
Artinya: “Maukah kutunjukkan siapa orang
yang paling mulia di dalam surga?” Para sahabat menjawab: “Tentu kami ingin
mengetahuinya, ya Rasulullah!” Rasulullah meneruskan: “Mereka adalah para ulama
dari golongan umatku”
Dengan demikian, jelas sudah bahwa ilmu
merupakan permata yang lebih mulia daripada ibadah. Meski begitu, kita tidak
boleh melupakan ibadah, di samping harus memiliki ilmu. Sebab ibarat pohon
ibadah merupakan buah ilmu. Bukankah yang terbaik dari pohon adalah batangnya
dan yang diambil manfaatnya adalah buah?
Jika kita tidak beribadah dengan ilmu
kita, maka ilmu itu pun akan musnah bagai debu yang tertiup angin. Karena
itulah seorang hamba harus memiliki keduanya sesuai dengan porsi masing-masing.
Sehubungan dengan hal itu Hasan Al-Bashri
berkata:
Artinya: “Tuntutlah ilmu dengan tanpa
mengesampingkan ibadah dan beribadahlah dengan tanpa melepaskan Ilmu.”
Jadijelas, bahwa ilmu dan ibadah keduanya
ditekankan harus dimiliki seorang hamba, hanya saja ilmu merupakan yang lebih
utama. Sebab ilmu adalah prinsip dasar dan petunjuk beribadah.
Dalam hal ini Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Ilmu adalah pemimpin amal, dan
amal adalah pengikutnya.” Karena ilmu merupakan pemimpin yang menjadi panutan,
maka ilmu harus didahulukan. Ini harus dilakukan karena adanya dua hal:
Pertama, agar dapat selamat dan berhasil
dalam ibadah, Anda harus mengetahui siapa yang disembah, baru Anda bisa
menyembahnya. Bagaimana mungkin Anda menyembah Dzat yang belum Anda ketahui
asma, sifat-sifat wajib dan sifat mustahilnya? Sebab kadang-kadang seseorang
meyakini sesuatu yang tidak layak bagi-Nya. Dengan begitu ibadah Anda bagaikan
debu yang berhamburan sia-sia.
Kami telah menjelaskan hal penting
tersebut dalam keterangan mengenai suul-khaatimah dalam bab khauf kitab “Ihya
Ulumiddin”.
Selanjutnya Anda harus mengetahui apa
yang seharusnya dikerjakan dan apa yang seharusnya ditinggalkan. Jika tidak,
bagaimana mungkin Anda menjalankan ibadah tanpa mengetahui apa dan bagaimana
ibadah tersebut? Apakah hal itu harus dikerjakan ataukah harus ditinggalkan?
Manakah maksiat yang harus ditinggalkan? Sedangkan kewajiban syariat seperti
bersuci, salat, puasa dan ibadah lain memiliki syarat-syarat tersendiri yang
harus diketahui sehingga ia bisa mengerjakannya dengan baik.
Kadang-kadang Anda menjalankan ibadah
selama bertahuntahun dengan cara bersuci dan salat yang tidak benar, misalnya,
Anda tidak merasa bahwa hal tersebut tidak benar dan melenceng dari sunnah.
Terkadang Anda mendapati suatu
kejanggalan dan tidak menemukan orang yang dapat dimintai pendapatnya.
Harus pula diketahui bahwasanya pokok
(inti) ibadah adalah gerak hati berupa tawakal, berserah diri, rida, sabar,
tobat, ikhlas dan gerak hati lain yang insya Allah akan kami terangkan dalam
keterangan selanjutnya. Juga kebalikan gerak hati tersebut yang harus dijauhi,
seperti benci terhadap takdir Allah, berandai-andai, riya dan sombong. Sebab
gerak hati di atas termasuk perintah dan larangan Allah Swt. dalam kitab-Nya
yang mulia dan apa yang disampaikan oleh rasul-Nya.
Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Dan bertawakallah kalian hanya
kepada Allah, jika kalian benar-benar orang yang beriman.” (Q.S. Al-Maaidah:
23)
Firman Allah:
Artinya: “Bersyukurlah kepada Allah, jika
kalian benar-benar orang yang hanya menyembah kepada-Nya.” (Q.S. al-Baqarah:
172)
Firman Allah:
Artinya: “Bersabarlah. Dan ketahuilah
bahwa kesabaranmu itu karena pertolongan Allah semata.” (Q.S. An-Nahl!: 127)
Firman Allah:
Artinya: “Dan beribadahlah dengan penuh
ketekunan.” (Q.S. AlMuzammil: 8)
Ketekunan dalam ayat itu artinya dengan
betul-betul ikhlas.
Dan ayat-ayat lain yang menerangkan
ibadah seperti halnya salat dan puasa.
Kenapa Anda melakukan salat atau puasa
dan meninggalkan kewajiban tawakal, sabar, dan sebagainya ini? Padahal keduanya
sama-sama perintah dari Tuhan yang satu dan ada dalam satu kitab. bahkan Anda
melupakannya sehingga sama sekali tidak mengetahui gerak hati karena fatwa
ulama yang mencintai dunia. Teramat besar kecintaannya terhadap dunia hingga
perkara jelek dianggap baik dan yang baik dianggap jelek. Juga karena mengikuti
orang yang meninggalkan cahaya, hikmah dan petunjuk Allah dalam kitab-Nya serta
mencari ilmu yang digunakan untuk memperoleh harta haram dan memburu sesuatu
yang tak berguna.
Wahai orang yang mencari petunjuk! Apakah
kamu tidak merasa takut menyia-nyiakan sebagian kewajiban atau bahkan sebagian
besarnya, sibuk melaksanakan salat serta puasa sunat dan akhirnya tidak
mendapatkan sesuatupun?
Boleh jadi Anda terus menerus menjalankan
maksiat yang menjerumuskan Anda ke dalam neraka dan meninggalkan perkara mubah
seperti makan dan minum yang dapat Anda pergunakan untuk mendekatkan diri
kepada Allah Swt. lalu Anda tidak memperoleh apa-apa darinya.
Lebih buruk lagi bila Anda terbuai
angan-angan dan selalu berandai-andai dalam beribadah. Padahal yang semacam itu
termasuk maksiat yang murni. Anda mengira bahwa hal tersebut merupakan niat
baik karena tidak bisa membedakan perbedaan tipis antara keduanya, serta di
lain keadaan dua hal tersebut bisa menyatu.
Begitu pula di saat Anda membenci dan
mengeluhkan ketentuan Allah. Lalu Anda menganggapnya sebagai perendahan diri
kepada-Nya, padahal itulah kesombongan yang sebenarnya. Anda menganggap hal
tersebut sebagai pujian kepada Allah atau ajakan berbuat baik terhadap manusia.
Inilah kemaksiatan yang diangap sebagai ketaatan dan mengharap pahala dari amal
yang mendatangkan siksaan. Anda pun tertipu dan terbuai anganangan buruk.
Sungguh ini adalah musibah yang teramat jelek bagi orang yang beramal tanpa
ilmu.
Di balik itu semua, sesungguhnya ada
hubungan erat antara amal lahir dan batin. Amal batin dapat memperindah dan
merusak amal lahir, di antaranya ikhlas, riya, sombong (bangga dengan dirinya
sendiri), mengingat karunia Allah dan lain sebagainya.
Barangsiapa tidak mengenal amal-amal
batin, pengaruhnya dalam ibadah lahir dan cara mencegah dan menjaga amal lahir
darinya, maka kecil kemungkinan ia dapat menyelamatkan amal lahirnya. Ia
kehilangan amal lahir dan batin. Dan yang diperolehnya hanyalah kepedihan. Ini
merupakan kerugian yang nyata. Karena itu pula Rasulullah Saw. mendefinisikan
ilmu dengan sabdanya berikut ini:
Artinya: “Sesungguhnya tidur dengan dasar
ilmu lebih baik daripada salat yang didasari kebodohan.”
Karena orang yang beramal tanpa ilmu
kebanyakan merusak amal daripada memperbaikinya.
Beliau juga bersabda tentang ilmu:
Artinya: “Sesungguhnya ilmu itu
diilhamkan kepada orang-orang yang beruntung dan dihalangi dari orang-orang
yang celaka.”
Maksudnya, wallahu a’lamu bimuraadih,
adalah: Orang yang tidak mau belajar kemudian celaka, ia besusah payah
melakukan ibadah dengan cara yang salah dan yang diperolehnya tak lain hanya
kesulitan. Semoga Allah menjauhkan kita semua dari ilmu dan amal yang tidak
berguna.
Karena itu, sungguh besar jasa para ulama
yang zuhud dan beramal dengan ilmunya, semoga Allah meridai mereka. Karena inti
penghambaan, ibadah dan pelayanan kepada Penguasa alam semesta adalah ilmu.
Begitulah pandangan orang yang memiliki
pandangan mata hati dan mendapat pertolongan dari Allah.
Dengan demikian, Anda menjadi tahu bahwa
ketaatan seorang hamba tidak akan dihasilkan dengan selamat tanpa adanya ilmu.
Karena itulah ilmu harus didahulukan dari ibadah lain.
Kedua, penyebab yang mengharuskan
pendahuluan ilmu dari ibadah adalah karena ilmu yang bermanfaat akan
menghasilkan buah berupa rasa takut kepada Allah.
Allah Swt. berfirman:
Artinya: “Sesungguhnya yang takut kepada
Allah di antara hambahamba-Nya adalah orang-orang yang berilmu.” (Q.S. Faathir:
28)
Yang dimaksud di sini adalah orang yang
tidak mengenal Allah dengan benar tentu tidak akan benar-benar takut kepadaNya.
Ia tidak dapat mengagungkan Allah sebagaimana mestinya. Dengan ilmu ia dapat
benar-benar mengenal, mengagungkan dan takut kepada-Nya. Maka ilmunya
menghasilkan ketaatan dan menjauhkannya dari perbuatan maksiat dengan
pertolongan Allah.
Selain dua hal tersebut diatas (ketaatan
dan jauh dari maksiat) tidak ada lagi keinginan lain dalam beribadah. Karena
itu, hendaklah kalian senantiasa menuntut ilmu. Semoga Allah memberikan
petunjuk-Nya kepadamu.
Wahai orang-orang yang meniti jalan
menuju akhirat! Saat hendak memulai beribadah, semoga Allah meberikan taufik
dengan karunia dan rahmat-Nya kepada kita semua.
Barangkali Anda akan berkata bahwa
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Menuntut ilmu adalah kewajiban
setiap muslim.”
Lalu ilmu apa yang harus dipelajari dan
sampai di mana batas wajib mempelajari ilmu tentang ibadah?
Ketahuilah bahwasanya ilimu harus
dipelajari secara global ada tiga macam: Ilmu tauhid, ilmu sirri, yaitu ilmu
yang berhubungan dengan gerak hati, dan ilmu syariat. Adapun batas wajib
menuntut masing-masing dari ketiganya adalah sebagai berikut:
Dalam ilmu tauhid: Sekedar mengetahui
pokok-pokok agama bahwa Anda memiliki Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Menghendaki,
Maha Hidup, Berfirman, Mendengar, Melihat, Esa, tidak bersekutu, bersifat
sempurna, bebas dari segala kekurangan, tidak bersifat baru, berdiri sendiri
dengan sifat gidam-Nya, jauh dari yang baru, dan Muhammad Saw. adalah hamba
serta utusan-Nya, yang benar dalam segala perintah dan keterangannya tentang
akhirat. Dan kemudian perbuatanperbuiatan sunnah yang harus Anda ketahui.
Hati-hati! Jangan sampai Anda mengada-ada
(membuat bid ah) dalam agama Allah Swt. dengan sesuatu yang tidak ada nash
(dalil) Al-Qur’an dan hadisnya sehingga Anda berada pada posisi yang
mengkhawatirkan di hadapan Allah.
Semua dalil ilmu tauhid yang inti sudah
disebutkan dalam Al-Qur’an. Kemudian hal itu dijelaskan oleh guru-guru kami,
semoga Allah meridai mereka, di dalam kitab-kitab yang telah mereka buat
tentang pokok-pokok agama.
Secara umum dapat dikatakan bahwa semua
yang menjadikan Anda tidak merasa aman dari kerusakan bila tidak mengetahuinya,
maka mencarinya adalah wajib, dan tidak boleh ditinggalkan.
Inilah keterangan yang sebenarnya. Semoga
Allah melimpahkan taufik-Nya kepada kita semua.
Dalam ilmu sirri: Anda harus mengetahui
apa yang wajib dikerjakan dan ditinggalkan, sehingga Anda bisa benar-benar
mengagungkan Allah, ikhlas dalam beramal, serta niat yang suci. Insya Allah
kesemyanya akan kami terangkan dalam kitab ini.
dalam ilmu syariat: Anda harus mengetahui
semua kewajiban yang harus Anda kerjakan serta syarat-rukunnya seperti salat,
bersuci dan puasa. Sedangkan haji, zakat dan jihad (berjuang) di jalan Allah
menjadi wajib mempelajarinya jika Anda berkewajiban melaksanakannya. Bila
tidak, maka Andapun tidak wjib mempelajarinya.
Inilah batasan ilmu yanmg wajib
dipelajari oleh para hamba dan juga merupakan fardu ‘ain yang mau tidak mau
harus Anda kerjakan.
Jika Anda bertanya: “Apakah aku
berkewajiban mempelajari ilmu tauhid yang dapat kugunakan sebagai sanggahan
terhadap alasan orang-orang kafir serta agar mereka menerima hujjah agama
Islam. Atau kujadikan sebagai penyanggah alasan para pembuat bid ah serta agar
mereka menerima hujjah sunnah?”
Ketahuilah bahwa hal itu adalah fardu
kifayah. Yang fardu ‘ain bagi Anda hanyalah mengetahui ilmu yang menguatkan
keyakinan terhadap pokok-pokok agama, bukan yang lain. Begitu pula terhadap
cabang-cabang ilmu tauhid dengan segala permasalahannya.
Begitulah seharusnya. Tapi jika Anda
tidak merasa yakin terhadap suatu pokok agama yang dikhawatirkan dapat merusak
keyakinan, maka Anda pun berkewajiban mencari pemecahan masalah tersebut dengan
pembicaraan yang memuaskan. Tapi hati-hati! Jangan berdebat dengan cara yang
tidak benar, karena itu adalah penyakit yang tidak ada obatnya. Waspadalah darinya.
Karena orang yang terjangkit penyakit ini tidak akan selamat kecuali mendapat
rahmat dan belas kasih dari Allah Swt.
Ketahuilah! Jika di setiap daerah sudah
ada penyeru dari gorang-orang Ahlissunnah yang menjelaskan masalah keyakinan
yang masih dianggap kabur, menangkal para pembuat bid’ah, dapat mengolah ilmu
kalam dan membersihkan hati para pemilik kebenaran dari gangguan para pembuat
bid ah, maka kewajiban menuntut ilmu itu telah gugur bagi orang lain. Begitu
juga dengan Anda.
Anda tidak wajib menuntut ilmu sirri dan
segala keajaiban hati selain apa yang dapat merusak ibadah sehingga Anda bisa
menghindarinya, dan kewajiban yang harus Anda lakukan seperti ikhlas, memuji,
bersyukur, tawakal, serta kewajiban lain sehingga Anda bisa menjalaninya.
Adapun selain yang disebut di atas Anda
tidak wajib mempelajarinya. Begitu pula dengan ilmu-ilmu fikih seperti
jualbeli, sewa-menyewa, perkawinan, perceraian dan hukum pidana. Kesemuanya
adalah fardu kifayah dan Anda tidak wajib mempelajarinya bila telah ada yang
mempelajari.
Jika Anda bertanya: “Apakah ilmu tauhid
seperti di atas bisa dipelajari sendiri tanpa adanya seorang guru yang
mengajarkannya?”
Ketahuilah! Seorang guru hanya bertugas
membuka dan memudahkan cara memperolehnya. Mencari ilmu dengan perantara
seorang guru akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Lalu Allah, dengan
anugerah-Nya memberi karunia kepada orang yang Dia kehendaki. Maka jadilah
Allah sebagai pembimbing mereka.
Ketahuilah bahwa tahapan ilmu ini adalah
jalan rumit yang sulit ditempuh. Namun dengan melaluinya akan tercapai segala
maksud dan tujuan. Manfaat tahapan ini besar sekali. Untuk bisa melaluinya juga
sangat sulit dan bahayanya juga tidak kecil. Banyak orang yang berpindah dari
jalan ini kemudian tersesat. Tidak sedikit penempuhnya yang tergelincir. Banyak
orang bingung karena tersesat di dalamnya. Tidak sedikit orang melaluinya lalu
berhenti di tengah jalan. Banyak yang melewatinya dalam waktu yang teramat
singkat. Namun tidak sedikit pula yang hanya berputar-putar di dalamnya selama
tujuh puluh tahun. Semua berada di bawah kekuasaan Allah.
Adapun manfaat ilmu, sebagaimana yang
telah kami terangkan adalah bisa memenuhi kebutuhan yang mendesak bagi para
hamba sebagai dasar ibadah, lebih-lebih ilmu tauhid dan ilmu sirri.
Telah diceritakan bahwa Allah Swt.
berfirman kepada Nabi Dawud a.s.: “Hai Dawud! Carilah ilmu yang bermanfaat!”
Nabi dawud menjawab: “Wahai Tuhanku! Apakah ilmu yang bermanfaat itu?” Allah
berfirman: ” Hendaknya kamu mengetahui kemegahan-Ku, keagungan-Ku, kesombongan-Ku
dan kemahakuasaan-Ku yang sempurna atas segala sesuatu. Karena semua itu yang
dapat mendekatkanmu kepada-Ku.
Diceritakan dari sayyidina Ali
karramallahu wajhahu. Beliau berkata: “Aku tidak merasa bahagia seandainya mati
di waktu kecil kemudian dimasukkan ke dalam surga sedangkan aku belum dewasa.
Sebab orang yang paling tahu tentang Allah adalah orang yang paling takut
kepada-Nya, lebih banyak ibadahnya dan lebih banyak menerima nasehat dari-Nya.
Adanya kesulitan mencari ilmu sebaiknya
Anda hadapi dengan penuh keikhlasan. Carilah ilmu untuk menimba pengetahuan dan
tidak sekedar mendengar cerita.
Ketahuilah bahwa bahaya ilmu sangatlah
besar. Karena barangsiapa yang mencari ilmu hanya agar terpandang di mata
manusia, bisa duduk bersama para pejabat, membanggakan diri di hadapan para
pakar dan mengeruk harta, maka perniagaan hidupnya akan bangkrut dan merugi.
Rasulullah Saw. bersabda:
Artinya: “Barangsiapa menuntut ilmu untuk
berbangga di hadapan para ulama, dapat menyangkal pendapat orang bodoh atau untuk
memalingkan pandangan manusia kepadanya, maka Allah akan memasukkannya ke dalam
neraka”
Abu Yazid Al-Busthami berkata: “Aku
bermujahadah selama tiga puluh tahun. Tidak ada yang lebih berat bagiku
daripada ilmu dan bahayanya.”
Waspadalah terhadap rayuan setan. Ia akan
berkata kepadamu: “Jika di dalam hadis telah diterangkan bahaya menuntut ilmu,
maka kamu lebih baik meninggalkannya.”
Jangan Anda perhatikan omongan setan
tersebut. Telah diceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah besabda:
Artinya: “Pada malam mi’raj aku melihat
kebanyakan penghuni neraka adalah orang-orang miskin.” Para sahabat bertanya:
“Ya Rasulullah! Adakah mereka miskin karena kekurangan harta?’ Rasulullah
menjawab: “Tidak. Tapi mereka adalah orang-orang yang miskin dari ilmu.”
Orang yang tidak menuntut ilmu tidak akan
mampu ” memahami hukum-hukum ibadah dan menjalankannya sesuai aturan yang
berlaku dengan semestinya. Bahkan seandainya ada orang yang beribadah kepada
Allah sebagaimana para malaikat langit tapi tidak didasari ilmu, maka ia pun
termasuk orang-orang yang merugi.
Singsingkan lengan bajumu dalam menuntut
ilmu dengan diskusi, mengajar dan mengulangnya. Jangan merasa malas dan bosan.
jika tidak, maka Anda berada di dalam bahaya yang teramat besar.
Semoga Allah Swt, melindungi kita semua.
Secara umum jika Anda melihat tanda-tanda
ciptaan Allah yang Maha Agung dengan sungguh-sungguh, maka Anda akan tahu bahwa
kita memiliki Tuhan yang Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Hidup, Berkehendak,
Mendengar, Melihat, Berfirman, bersih dari kebaruan baik dari pembicaraan, ilmu
dan kemauan, bersih dari segala sifat kekurangan dan berbagai penyakit. Dia
tidak bisa disifati dengan sifat-sifat para makhluk, Tidak menjalankan apa yang
diperbolehkan bagi para makhluk-Nya. Dia sama sekali tidak menyerupai makhluk,
Tidak menetap di suatu tempat maupun arah dan tidak pula bisa ditempati oleh
hal-hal baru serta berbagai macam penyakit.
Jika Anda memperhatikan mukjizat
Rasulullah, ayat-ayat Allah, dan tanda-tanda kenabiannya, tentu kita yakin
bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah dan orang kepercayaan yang menerima
wahyu-Nya. Kita juga mengetahui apa yuang diyakini oleh para ulama salaf
ash-shaalih yaitu bahwa kelak Allah akan terlihat di hari kiamat, bahwa Allah
Dzat yang ada, tidak menetap di suatu tempat ataupun arah dan bahwa Al-Qur an
adalah kalam Allah yang gadim, bukan makhluk, huruf yang terpisah-pisah ataupun
berupa suara. Karena bila demikian adanya maka ia inenjadi sama dengan makhluk.
Kita pun akan tahu bahwa tidak ada gerak
hati dan kejapan mata dari alam nyata (dunia) dan alam gaib (alam malakut)
kecuali dengan ketentuan, kekuasaan, dan kehendak Allah Swt. Dari Allah pula
muncul kebaikan, keburukan, manfaat, bahaya, iman dan kufur. Allah tidak
mempunyai kewajiban apapun kepada makhluk-nya. Orang yang diberi-Nya pahala
hanya karena karunia-Nya semata. Dan orang yang disiksa-Nya merupakan keadilan
dari-Nya.
Ajaran yang dibawa oleh Rasulullah Saw.
tentang akhirat seperti pengumpulan (makhluk), bangkit dari kubur, siksa kubur,
pertanyaan Munkar dan Nakir, neraca (amal) dan lintasan (di atas
nerakajahannam) merupakan pokok-pokok ajaran yang diyakini dan dijalankan oleh
para salaf ash-shaalih sebelum munculnya berbagai bid’ah yang menyesatkan. Hal
itu juga telah menjadi kesepakatan para ulama.
Semoga Allah menjauhkan kita semua dari
perbuatan bid’ah dalam agama dan menuruti keinginan nafsu tanpa berpijak pada
suatu dalil.
Kemudian Anda juga harus merenungkan
tingkah laku hati, kewajiban batin serta larangan-larangannya seperti yang akan
diterangkan di dalam kitab ini agar Anda mengetahuinya. Anda juga akan tahu apa
saja yang harus dikerjakan seperti bersuci, puasa, salat, dan sebagainya.
Dengan demikian, Anda telah memenuhi
kewajiban yang diperintahkan oleh Allah, Dzat yang menjadikan Anda seorang
hamba dalam bidang ilmu. Anda juga telah menjadi golongan ulama pengikut
Muhammad Saw. yang berpengetahuan kuat.
Jika Anda mengamalkannya, niscaya Anda
akan menjadi seorang hamba yang berilmu dan beramal karena Allah dengan dasar
pengetahuan, tidak bodoh, hanya ikut-ikutan ataupun lalai. Anda juga memperoleh
kemuliaan yang agung. Ilmu Anda sangat berharga dan memiliki pahala yang
melimpah. Anda telah berhasil melewati jalan rumit ini, meninggalkannya: di
belakang serta memenuhi haknya dengan izin Allah.
Hanya Allah tempat kita meminta taufik
dan kemudahan. Sesungguhnya Dia Maha Penyayang. Dan Tiada daya serta upaya
melainkan dengan pertolongan Allah Dzat yang Maha Tinggi dan Maha Agung.