Terjemah Kitab Al Jawahirul Kalamiyah; IMAN KEPADA ALLAH TA'ALA

 Terjemah Kitab Jawahirul Kalamiyah

Nama kitab asal: Al-Jawahir Al-Kalamiyah fi Idhah Al-Aqidah Al-Islamiyah ( الجواهر الكلامية في إيضاح العقيدة الإسلامية)

Penulis: Tahir bin Saleh Al-Jazairi (wafat. 895 H) (طاهر بن صالح الجزائري)

 


Pengantar Akidah Islamiyyah

Pembahasan Pertama Iman Kepada Allah

Pembahasan Kedua Iman Kepada Malaikat Allah




IMAN KEPADA ALLAH TA’ALA

 

المبحث الأول

Cara beriman pada Allah

4 - س: كيف الإيمان بالله سبحانه وتعالى إجمالاً؟

ج هو أن نعتقد أن الله سبحانة وتعالى متصف بجميع صفات الكمال ومنزه عن جميع صفات النقصان .

4. Tanya: Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata’ala ?

Jawab: Yaitu hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata’ala memiliki segala sifat yg sempurna dan jauh dari sifat kekurangan.

 

 

ه ‏ س: كيف الإيمان بالله سبحانه وتعالی تفصیلا؟
ج هو أن نعتقد أن الله سبحانة وتعالى موصوف بالوجودء والقدم» والبقاء والمخالفةٍ للحوادث, والقيام بنفسهء والوحدانية» والحياةء والعلم والقدرة والإرادة. والسمع . والبَصَّر والكلام» وأنه حي » عليمٌ» قادرٌ مريدٌ سميع بصير متكلم

5. Tanya: Bagaimana cara beriman kepada Allah Subhaanahu Wata’ala secara lebih rinci ?

Jawab: Hendaklah meyakini bahwa Allah Subhaanahu Wata’ala memiliki sifat :

Wujud (Ada), Qidam (dahulu), Baqa (Kekal), Mukhaalafatu Lilhawaadits (Berbeda dengan Makhluk), Qiyaamuhu Binafsih (Mandiri dan tidak membutuhkan yg lain), Wahdaaniyyah (Maha Esa), Hayah (Hidup), ‘Ilm (Mengetahui), Qudrah (Berkuasa), Iraadah (Berkehendak), Sama’ (Mendengar), Bashar (melihat), Kalam (Berbicara). Dan meyakini bahwasanya Allah itu adalah Al Hayyu (Maha Hidup), ‘Aliimun (Maha Mengetahui), Qaadirun (Maha Berkuasa), Muriidun (Maha Berkehendak) Samii’un (Maha Mendengar) Bashiirun (Maha Melihat) dan Mutakallimun (Maha Berbicara).


Cara meyakini Adanya Allah

 

6 - س: كيف الإعتقاد بالوجود لله تعالى؟
ج هوان نعتقد أن الله تعالى موجود وأن وجوده بذاته ليس بواسطة شىء وأن وجوده واجبٌ“ لا يمكنٌ أن يلحقه عدم .

6. Tanya: Bagaimana cara meyakini Wujud (Keberadan) Allah ?

Jawab: Hendaklah meyakini bahwa Allah itu ada, dan keberadaanNya DzatNya itu ada dengan sendirinya tanpa memerlukan wasilah atau perantara. Dan meyakini bahwa keberadaanNya itu wajib adanya, tidak mungkin Dia pernah tiada.

 

۷ - س : كيف الإعتقاد بالقدم لله سبحانه وتعالی؟
‏ هو أن نعتقد أن الله قديم : نعنى أنه موجودٌ قبل كل شيء وأنه لم يكن معدوما فى وقت من الأوقات. وان وجودّهُ ليس لهُ أول .

7. Tanya: Bagaimana cara meyakini Dahulu (Qidam) nya Allah ?


Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Maha Dahulu adaNya, yakni Allah itu ada sebelum adanya sesuatu selainNya, dan bahwasanya Dia tidak terikat waktu dan keberadaanNya tanpa awal.


Cara meyakini Kekekalan (Baqa’) Allah

8- س: كيف الإعتقاد بالبقاء لله سبحانه وتعالى؟
ج: هو أن نعتقدّ أنَّ الله سبحانه وتعالى باق وأن بقاءه ليس له نهايةء وأنهُ لا يرول أصّلاء ولا يلحقه العدم في وقت من الأوقات .

8. Tanya: Bagaimana cara meyakini Kekekalan (Baqa’) Allah ?

Jawab: Hendaklah meyakini bahwasanya Allah itu Dzat yg kekal abadi dan kekekalanNya tersebut tanpa batas akhir. Dan hendaklah meyakini bahwasanya Dia tidak pernah berubah sama sekali serta Dia tidak pernah bersifat tiada pada pada waktu tertentu (kekekalanNya tidak terikat ruang dan waktu).

 

9 - س : : كيف الإعتقاد بمخالفته تعالى للحوادث. أي المخلوقات؟
ج: هو أن نعتقد أن الله لا يشابهُهُ شيء: لا في ذاته ولا فى صفاته ولا فى أفعاله .

9. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Mukholafatu Lil Hawaadits (Berbeda dengan segala hal yg baru / makhluk )?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah tidak menyerupai sesuatupun, baik DzatNya, sifatNya maupun perbuatanNya.



س : : كيف الإعتقاد بمخالفة ذاته سبحانه 10. للحوادث؟
ج هو أن نعتقد أنَّ ذات الله سبحانه وتعالى لا تشابه شيئا من المخلوقات بوجه من الوجوه» كل ما تراه أو يخطر ببالك فالله ليس كذلك ليس كمثله شيء

10. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Dzat Allah itu berbeda dengan segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab: Hendaklah meyakini bahwasanya Dzat Allah itu tidaklah sama dengan makhluk ciptaanNya, berupa wajah misalnya. Segala hal yang kita lihat atau bayangkan dalam hati maka Allah tidaklah seperti bayangan tersebut. Laitsa Kamitslihi Syaiun (Tiada satupun yg serupa denganNya - QS Asy-Syura - 11)

 

- س: كيف الاعتقاد بأن صفاته سبحانه وتعالى 11 مخالفة لصفات الحوادث؟ .
18 : هو أن نعتقد أن علم الله تعالى لا يُشابه علمنا وأنّ قدرته لا تشابه قدرتنا وأن إرادته لا تشابة إرادتنا وأن حياته لا تشابه حياتنا وان سمعه لا يُشابه سمعنا وأنَّ بصره لا يُشابه بصرنا وأن كلامه : لا يُشابه كلامنا

11. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Sifat Allah itu berbeda dengan sifat segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab: Hendaklah meyakini bahwasanya ‘ilmu (pengetahuan) kita tidak sama dengan pengetahuan Allah, Qudrah (Kekuasaan) kita tidak sama dengan kekuasaan Allah, Iradah (kehendak) kita tidak sama dengan kehendak Allah, Hayah (sifat hidup) kita tidak sama dengan sifat hidupnya Allah, sifat mendengar (Sama’) kita tidak sama dengan sifat mendengar Allah, Bashar (sifat melihat) kita tidak sama dengan pendengaran Allah dan Kalam (sifat berbicara) kita tidak sama dengan sifat kalam Allah.

 

12 - س: كيف الإعتقاد بأن أفعاله سبحانه وتعالى مخالفة لأفعال الحوادث؟

ج: هو أن نعتقد أنَّ أفعال المولى سبحانه وتعالى لا تشابه أفعال شيء من الموجودات. لأن المولى سبحانه وتعالى يفعل الأشياءً بلا واسطةٍ ولا آله إإِنّما أمرُه إذا أرادَ شيئاً أن يقولٌ له كنْ فيكون" وأنه لا يفعل شيئاً لاحتياجه إليه وأنه لا يفعل شيئاً عبثاً أي بغير فائدة لأنه سبحانه وتعالى حكيم” .

12. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Perbuatan Allah itu berbeda dengan perbuatan segala hal yg baru / makhluk ?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya perbuatan Allah Subhanahu Wata’ala tidak serupa dengan perbuatan makhluqNya, karena Dia dalam berbuat sesuatu tidak membutuhkan perantara maupun alat.


Firman Allah dalam surat yasin Ayat 82 : Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: “Jadilah!” maka terjadilah ia. Dan hendaklah meyakini, bahwasanya Allah menciptakan sesuatu tidak berarti karena Dia membutuhkannya. Juga kita harus meyakini bahwa Dia tidak menciptakan sesuatu dengan sia-sia atau tanpa guna, karena Dia bersifat Maha Bijaksana.

 

٠13‏ س : كيف الإعتقاد بقيامه تعالى بنفسه
ج. : هو أن نعتقد أن الله سبحانه وتعالى لا يجتاج إلى شيء من الأشياء : فلا يحتاج إلى مكان ولا إلى محل ولا إلى شيء من المخلوقات أصلا. فهو الغنيُ عن كل شيء وکل شىء محتاج إليه سبحانه وتعالى .

13. Tanya: Bagaimana cara meyakini Kemandirian Allah (Qiyamuhu Binafsihi) ?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’ala tidak membutuhkan sesuatu apapun, Dia tidak butuh tempat dan tidak membutuhkan makhluk sama sekali. Dia Maha Kaya dan tidak membutuhkan apapun, bahkan segala sesuatu lah yang membutuhkan Allah Subhaanahu Wata’ala.



Cara meyakini hidupnya Allah

١4‏ - س: كيف الإعتقاد بحياة الله سبحانه وتعالى؟

ج: هو أن نعتقدٌ أن الله تعالى حي وأن حياته سبحانه ليست كحياتنا فإن حياتنا بوساتط کجریان الدم والنفس و حياة الله سبحانه ليست بواسطة شيء وهي قديمة باقية لا يلحقها العدم والتغير أصلا

14. Tanya: Bagaimana cara meyakini Kehidupan Allah (Hayah / hayat) ?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah Subhaanahu Wata’ala Maha Hidup dan bahwa kehihidupan Allah tidak seperti hidup kita. Karena sesungguhnya kehidupan kita membutuhkan perantara seperti mengalirnya darah dan nafas sedangkan kehidupan Allah tanpa memerlukan apapun. Kehidupan Allah itu bersifat dahulu (Qodim), kekal (Baqo’) dan kehidupanNya tiada pernah hilang maupun berubah sama sekali.

 


Cara meyakini Maha Esa-nya Allah

 

15‏ س: كيف الإعتقاد بوحدانية الله تعالى؟
ج: هو أن نعتقد أن الله تعالى واحدٌ ليس له شَرِيكُ ولا نظير ولا مماثل ولا ضد ولا معاند

15. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat Wahdaniyyah (Maha Esa) ?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu Satu dan tidak memiliki teman atau sekutu. Tidak ada yg menyamai maupun menyerupaiNya. Tiada lawan yg sebanding maupun penggantiNya.

 

 

16 - س: كيف الإعتقاد بعلم الله تعالى؟
ج: هو أن نعتقد أن الله تعالى موصوف بالعلم وأنه بكل شيء عليم : يعلم الأشياء كلها ظاهرها وباطنها ويعلم عدد حبّات الرّمل وعدد قطرات المطر وأوراق الشجر. ويعلمُ السرّ وأخفى . لا تخفى عليه خافية وعلمه ليس بمکتسب بل یعلم الأشياء في الأزل قبل وجودها".

 

 

Cara meyakini bahwa Allah Maha Tahu

16. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu bersifat ‘Ilm (Maha Berpengetahuan) ?
Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu memiliki sifat Maha Berpengetahuan dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu. Mengetahui segala hal, baik yang tampak maupun yg tidak. Dia mengetahui jumlah pasir, titik air hujan maupun daun pepohonan. Dia Mengetahui hal yg rahasia maupun yg jelas. Tidak ada yg bisa bersembunyi dari Nya. Dan hendaklah kita meyakini bahwasanya pengetahuan Allah itu tidak membutuhkan usaha meraihnya, namun pengetahuan Allah akan segala sesuatu itu telah ada sejak zaman azali sebelum sesuatu itu ada.

 


Meyakini Ke-Maha Kuasa-an Allah

17 - س: كيف الإعتقاد بقدرة الله تعالى؟
ج : هو أن نعتقدَ أن الله سبحانه وتعالى موصوف بالقدرة وأنه على کل شيء قدير .

17. Tanya: Bagaimana cara meyakini Ke Maha Kuasaan Allah ?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Maha Kuasa dan bahwasanya Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu.

 

 

1۸ - س : كيف الإعتقاد بإرادة الله تعالى؟
ج: هو أن نعتقدَ أن الله تعالى موصوفٌ بالإرادة وأنه مريدٌ لا يقع شىء إلا بإرادته . فأی شىء أراده كان وأي شيء لم يُردْهُ فإنه لا يمكنٌ أن يكون .

18. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berkehendak (Iradah / iradat)?
Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu memiliki sifat Iradah (Maha Berkehendak) dan Dia lah segala tujuan, tidak ada sesuatupun yg dapat terjadi tanpa kehendak Nya. Maka apa saja yang Dia kehendaki maka akan terjadi dan apapun yg tiada dikehendakiNya, maka tidak mungkin akan ada atau terjadi.

 

19‏ - س: كيف الإعتقاد بسمع الله تعالى؟
ج. هو أن نعتقدَ أن الله سبحانه موصوفٌ بالشمع وأنه يسمع كل شيء سِرَا کان أو جهراً. لكنّ سمعه سبحانه وتعالى ليس كسمعنا فإن سَمعنا بواسطة الأذن. وسمعه سبحانه لبس بواسطة شيء

19. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Mendengar (Sama’)?
Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Mendengar dan sesungguhnya Allah mendengar segala sesuatu baik nampak atau pun yg tersembunyi. Namun, pendengaran Allah Subhanaahu Wata’ala tidak seperti pendengaran kita , karena pendengaran kita sebagai makhluk memerlukan alat perantara berupa telinga sedangkan pendengaran Allah tanpa memerlukan perantara apapun.



20- س: كيف الإعتقاد ببصر الله تعالى؟
چ هو أن نعتقدَ أن الله سبحانة موصوفٌ بالبَصّر وأنه بكل شيء بصيرٌ: يبصر حتى النملة السوداءَ في الليلة الظلماء وأصغرٌ من ذلك, لا يخفى على بصره شيء في ظاهر الأرض وباطِنها وفوق السماء وما دُونْها لكنّ بصره سبحانه ليس كبصرنا: فإن بصرنا يكون بواسطة العين. وبصره سبحانه ليس بواسطة شيء‏

20. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Melihat (Bashar)?

Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwasanya Allah itu bersifat Maha Melihat , dan Dia Maha Melihat atas segala sesuatu. Dia Maha Melihat hingga semut hitam kecil berjalan di malam gelap gulita sekalipun, bahkan yg lebih kecil dari itu (atom). Tidak ada yg dapat bersembunyi dari penglihatan Allah, baik yg ada di bumi maupun di luarnya, baik yg ada di langit maupun di luarnya. Namun, penglihatan Allah berbeda dengan kita sebagai makhluk. Sesungguhnya penglihatan kita membutuhkan perantara yakni mata, sedangkan penglihatan Allah tanpa membutuhkan alat perantara.

 

21 - س: كيف الإعتقاد بكلام الله تعالى؟

ج هو أن نعتقدَ أن االله سبحانه موصوف بالكلام وان كلامة لا يشبهُ كلامنا: فإن كلامنا مخلوق فينا وبواسطة آلة من فم ولسانٍ و شفتين وكلامه سبحانه وتعالى ليس كذلك .

21. Tanya: Bagaimana cara meyakini bahwa Allah itu Maha Berbicara (Kalam)?
Jawab: Hendaklah kita meyakini bahwa Allah itu bersifat Maha Berbicara. Akan tetapi kalam Allah tidak sama dengan kita sebagai makhluk Nya. Sesungguhnya pembicaraan kita diciptakan dalam diri kita dan membutuhkan alat perantara berupa mulut, lidah serta kedua bibir. Sedangkan Kalam Allah tidak seperti itu (tidak butuh alat perantara).



Sifat mustahil Allah

 

22‏ - س: من أخبرني عن الصفات المستحيلة التي لا يتصف بها المولى سبحانه وتعالى؟
ج : الصفات المستحيلة في حق الله تعالى ‏ أي التي لا يمكنٌ أن يتصفّ بها هي العدم. والحدوث,. والفناء والممائلةٌ للحوادث, والإحتياجٌ لغيره سبحانه وتعالى ووجودُ الشريك, والعجرٌ والكراهية ‏ أي وقوع شيء بغير إرادته - والجهل وأشباه ذلك :وإنما استحال اتصافه بها لأنها صفات نقصان والمولي سبحانه وتعالى لا يتصف إلا بصفات الكمال.

22. Tanya: Beritahukan kepada kami apa sajakah sifat mustahil yg tidak mungkin dimiliki Alloh ?

Jawab: Yaitu semua sifat yg mustahil bagi Allah. Maksudnya adalah segala sifat yg tidak mungkin dimiliki Oleh Allah. Yaitu diantaranya : ‘Adam (tiada), huduts (baru ada), Fana’ (binasa), mumatsalatu lilhawaadits (serupa dengan makhluqNya), Ihtiyaaju lighairihi (membutuhkan kepada selainNya), Wujuudus Syarki (adanya sekutu), Al ‘ajz (Lemah), Karohiyah (terpaksa, maksudnya terjadinya sesuatu tanpa kehendakNya), Al Jahl (bodoh) dan sifat buruk lainnya. Dan sesungguhnya Allah tidak bersifat hal2 di atas karena itu adalah sifat kekurangan. Dan Allah Subhaanahu Wata’ala tidaklah bersifat kecuali dengan sifat yg sempurna.



Sifat yg boleh (Jaiz) ada pada Allah

 

-23 س. من أخبرني عن الأشياء التي يجوز صدورها من المولي سبحانه وتعالى
ج : هي فعل الممكنات وترکها مثل ان يجعل الإنسان غنياً ا و فقيرا صحيحا أو سقيما وأشتاه ذلك .

23. Tanya: Mohon diterangkan sifat yg boleh (Jaiz) ada pada Allah Subhaanahu Wata’ala !

Jawab: Yaitu sifat melakukan Fi’lu Kulli Mumkinin Aw Tarkuhu (Melakukan sesuatu atau pun meninggalkannya). Seperti menciptakan manusia dalam keadaan kaya atau sebaliknya yakni miskin, memberi kesehatan atau sakit dan lain sebagainya.

 

24 - س: ما المراد بالإستواء في قوله سبحانه : الرحمنُ على العرش استوى؟
ج: المرادُ به استواءٌ يليق بجلال الرحمن جل وعلاء فالإستواءُ معلومٌ والكيف مجهول. واستواؤه على العرش ليسّ كاستواءٍ الإنسانٍ على السفينة أو ظهر الدابة أو السرير مثلا فمن تصوّر مثل ذلك فهو ممن غلب عليه الوهمُ لأنه شبّه الخالق بالمخلوقات مع أنه قد ثبت في العقل والنقلٍ أنه ليس كمثله شىء. فكما أن ذاته لا تشابه ذات شيء من المخلوقات كذلك من ينسب إليه سبحانه لا يشابه شيئا مما ينسب اليها

24. Tanya: Apa maksud lafadz “ Istawa’ ” pada firman Allah : Arrahmaanu ‘Ala Al ‘Arsy Istawaa (Surah Thaha :5)

Jawab: Yg dimaksud dengan kata Istiwa adalah Istiwa yg pantas bagi keagungan Allah Ta’ala yg Maha Pengasih. Makna Istiwa’ sudah diketahui (Ma’lum) tapi bagaimana itu dilakukan Allah, tidak diketahui (Majhul) dan tidak perlu diperTanya:kan. Istiwa’ Allah atas ‘Arsy tidak serupa dengan bersemayamnya manusia diatas perahu, hewan tunggangan ataupun kendaraan. Barangsiapa menggambarkan Allah seperti itu, maka dia telah terkena penyakit wahm (angan2 yg sia2) karena ia telah menyerupakan Pencipta (Allah) dengan CiptaanNya (Makhluk), padahal telah jelas berdasarkan akal dan dalil (Naql) bahwa Allah tidak menyerupai sesuatupun.

Maka sebagaimana dzat Allah tidak menyerupai sesuatupun dari ciptaanNya, maka segala hal yg disandarkan kepada Allah tidak mungkin serupa dengan segala hal yg ada pada makhluk.



25‏ - س: هل يضاف إلى الله سبحانه يدان أو أعين أو نحو ذلك؟
ج: قد وَرَد في الكتاب العزيز إضافة اليد إلى الله سبحانه في قله جل شأنه: يد الله قوق يديهم واليدين في قوله سبحانه: ليا إبْلِيسُ ما مَنَعَكَ أَنْ تَسجدَ لها خلفت بِيَدَيٌ . والأعين في قوله سبحانه وَاصْيرٌ لحكم رَبك فَإِنْكَ بأَغيّسَا إلا أنه لا يجوز أن يضاف إليه إلا ما أضافه إلى نفسِه فى كتابه المنزل أو أضافه إليه نبيه المرسل.

25. Tanya: Apakah mungkin dikatakan bahwa Allah itu memiliki dua tangan, mata dan selainnya ?

Jawab: Telah disebutkan hal tentang penyandaran satu tangan kepada Allah dalam firman Nya “Tangan (kekuasaan) Allah berada di atas tangan orang2 itu” (Surah Al Fath :10) Dan ayat tentang penyandaran dua tangan kepada Allah dalam firman Nya : “Apa yg mencegahmu untuk bersujud kepada Dzat yg telah menciptakanmu dengan kedua tanganNya (KekuasaanNya) ?” (Surah Shad : 75)

Dan ayat tentang penyandaran “mata” kepada Allah dalam firman Nya : “Dan bersabarlah akan hukum tuhanmu dengan kedua mataKu (perlindunganKu)” (Surah At Thuur : 48)

Adalah tidak boleh menyandarkan kepada Allah kecuali apa yg telah ditetapkanNya dalam kitab yg telah diturunkanNya atau yang telah ditetapkan oleh utusanNya

 

26 - س: ما المراد باليد هنا؟
ج: المراد باليد هنا معني يليق بجلاله سبحانه» وكذلك الأعينٌ . فإن كل ما ضاف إليه سبحانه يكونٌ غيرٌ ممائل لما يضاف إلى شيء من المخلوقات . . ومن اعتقد أن له يدا كيد شيء منها أو عيناً كذلك فهو ممن غلب عليه الوهم إذ شبه الله بخلقه وهو ليس كمثله شيء.

26. Tanya: Apakah yg dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat tersebut di atas ?

Jawab: Yg dimaksud dengan lafadz Yad (tangan) pada ayat di atas adalah arti yg pantas bagi Allah Subhaanahu Wata’ala, begitupun dengan lafadz A’yun (mata). Karena segala hal yang disandarkan kepada Allah Subhaanahu Wata’ala maka tidak akan sama dengan sesuatu yg disandarkan pada makhluk. Barangsiapa meyakini bahwa Allah memiliki tangan seperti tangan makhluqNya atau meyakini Allah bermata sebagaimana mata makhluqNya, maka dia telah terkena penyakit wahm (angan sia2) karena telah menyerupakan Allah dengan ciptaanNya, padahal Tiada suatupun yg serupa dengan Allah Subhaanahu Wata’ala.



27 - س: إلى من ينسب ما ذكرته في معنى الإستواء
ج: ينْسَّبٌ ذلك إلى جمهور السّلف. وأما الخَلّفُ فأكثرهُم يفسرون الإستواء باستيلاء واليد بالنعمة أو القدرةٍ. والأعينَ بالحفظ والرعاية"» وذلك لتوهم كثير منهم أنها إن لم تؤول وتضْرفٌ عن ظاهرها أو هَمَتٍ التشبية وقد تق الفريقان على أن المشبّه ضال , وغيرهم يقولون ان وهم التشبية لو لم يَدُلَّ العقل والنقلّ على التنزيه. فمن شبه فمن نفسه آټي .

27. Tanya: Kepada siapa pendapat di atas – yakni tentang makna kata-kata istiwa’, yadain dan A’yun – disandarkan ?

Jawab: Pendapat yg telah diuraikan di atas tersebut adalah pendapat ulama Salaf (terdahulu). Adapun Ulama khalaf (yg datang kemudian) mayoritas menafsirkan lafadz Istiwa’ dengan arti “ Istiila’ ” (menguasai), Menafsirkan kata “Yad” dengan nikmat atau kekuasaan serta lafadz A’yun dengan Penjagaan (Hifdz) dan Pemelihara (Ri’ayah). Hal itu karena kebanyakan ulama khalaf tersebut khawatir jika kata2 tersebut tidak ditakwil atau digeser dari makna dzahirnya maka akan terkena pemahaman “Tasybih” (menyerupakan Allah dengan CiptaanNya). Padahal baik Ulama Salaf maupun Khalaf telah sepakat, siapa saja yg menyerupakan Allah dengan makhluqNya maka dia “Sesat” (Dhallun).

Sebagian dari mereka mengatakan bahwa termasuk ke dalam tasybih (menyerupakan Allah dengan makhluk ) jika tidak ada dalil ‘aqli dan Naqli yg menunjukkan bahwa orang tersebut meyakini tanziih ( kesucian Allah ). Barangsiapa menyerupakan Allah dengan makhlukNya (menganggap Allah itu bertangan, bermata, duduk dan lain sebagainya) maka pendapat itu berasal dari dirinya sendiri (bukan pendapat Ulama Salaf maupun Khalaf).



28 - س: كيف نثبت شيئاً ثم نقول: «الكيف فيه مجهول» .
ج: هذا غيرٌ مُستغرّب فإنا نعلم أن نفوسنا متصفة بصفاتٍ كالعلم والقدرة والإرادة مع أنا لا نعلم كيفية قيام هذه الصفات بها بل إنا نَسْمَعُ ونيْصِرٌ ولا تُعلم كيفية حصول السَّمْعٍ والأبصار بل إننا نتكلمٌ ولا نعلم كيف صدَرٌ منا الكلام . فإن علمنا شيئاً من ذلك فقد غابت عنا أشيَاءُ ومثل هذا لا يحصى . فإذا كان هذا فيما يُضاف إلينا فكيفت الحال فيما يُضافٌ إليه سبحانه.

28. Tanya: Bagaimana mungkin kita menetapkan sesuatu (meyakini makna ayat Mutasyabihat apa adanya), lantas kita mengatakan “Bagaimana Allah melakukannya itu tidak diketahui?

Jawab: Hal itu bukanlah sesatu yg aneh karena sesungguhnya kita mengetahui bahwa diri kita memiliki sifat seperti berilmu, berkemampuan, berkehendak- di sisi lain kita tidak mengetahui cara terjadinya sifat2 tersebut. Sebaliknya, kita mendengar dan melihat tanpa tahu bagaimana bisa pendengaran dan penglihatan itu terjadi. Bahkan sesunguhnya kita berbicara dan tidak tahu bagaimana pembicaraan itu bisa keluar. Jika kita mengetahui bagaimana caranya hal itu terjadi maka hilanglah keraguan kita. Dan banyak lagi hal yg serupa. Jika hal2 tersebut di atas disandarkan pada diri kita (sementara kita tidak dapat memahaminya), maka bagaimana pula halnya jika perkara tersebut disandarkan pada Allah Subhaanahu Wata’ala…..

 

29 س : أي المذهبين أرجح؟
ج مذهبٌ السلف ارجح لأنه أسلم وأحكم وأما مذهبٌ الخلفٍ فإنما يسوغ الأخذ به عند الضرورة وذلك فيما إذا خشي على بعض الناس إن لم تُؤولُ لهم تلك الكلم أن يْقعوا في مهواة التشبيه فيؤرّلٌ لهم ذلك تأويلا سائغاً في اللغة المشهورة.

29. Tanya: Diantara dua pendapat tersebut, manakah yg paling rajih (kuat) ?
Jawab: Pendapat Ulama salaf (terdahulu) lah yg paling kuat karena lebih aman dan kuat. Adapun madzhab khalaf (ulama terkini), maka kita boleh memakainya saat darurat dan hal itu berlaku bagi sebagian manusia yg dikhawatirkan terjatuh pada keyakinan Tasybih (menyerupakan Allah dengan makhlukNya), jika kalimat-kalimat di atas tidak ditakwilkan bagi mereka. Maka menakwilkan hal tersebut di atas dibolehkan menurut pendapat yg masyhur.

 

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama