Terjemah Kitab Irsyadul Ibad (Irsyad al-Ibad ila Sabilir Rasyad); Bab Wudhu

 

 

Terjemah Kitab Irsyadul Ibad (Irsyad al-Ibad ila Sabilir Rasyad)


 Judul kitab asal: Irshad al-Ibad ila Sabil Al-Rashad ( إرشاد العباد إلى سبيل الرشاد)

Pengarang: Zainuddin Al-Malibari ( زين الدين عبد العزيز المليباري الفناني)

 

 

Daftar isi

Pendahuluan

Bab : Iman

Pasal : Murtad

Bab Ilmu

Bab Wudhu

Pasal : Hukum-Hukum Wudhu

Pasal : Sunnah-Sunnah Wudhu

Pasal : Perkara Yang Dimakruhkan Dalam Berwudhu'

Pasal : Perkara Yang Membatalkan Wudhu

Bab : Mandi

Pasal : Yang Mewajibkan Mandi (Pembatal Mandi)

Bab : Fadhilah Shalat Wajib

Pasal : Haram Mengakhirkan Shalat

Pasal : Tentang Hukum-Hukum Shalat

Pasal : Perkara Yang Dimakruhkan Dalam Shalat

Pasal : Perkara Yang Membatalkan Shalat

Pasal: Dzikir Setelah Sholat Wajib

Bab : Shalat Sunnah

 

Bab Wudhu

 

 

Baginda Nabi Muhammad saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَقْبَلُ اللهُ صَلَاةَ اَحَدِكُمْ إِذَا اَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ. رواه البخاري ومسلم

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: Allah tidak akan menerima shalat seseorang diantara kamu apabila hadas sehingga berwudhu’ (terlebih dahulu).” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ اُمِرَ بِعَبْدٍ مِنْ عِبَادِ اللهِ تَعَالَى يُضْرَبُ فِي قَبْرِهِ مِائَةَ جَلْدَةٍ فَلَمْ يَزَلْ يَسْأَلُ وَيَدْعُو حَتَّى صَارَتْ جِلْدَةً وَاحِدَةً فَامْتَلَأَ قَبْرَهَ عَلَيْهِ نَارًا فَلَمَّا ارْتَفَعَ عَنْهُ عَلَامَ جَلَدْتُمُوْنِيْ قَالَ إِنَّكَ صَلَّيْتَ صَلَاةً بِغَيْرِ طَهُوْرٍ وَمَرَرْتَ بِمَظْلُوْمٍ فَلَمْ تَنْصُرْهُ. رواه أبو الشيخ

Artinya: “Ibnu Mas’ud meriwayatkan sebagai berikut: Ada seorang hamba Allah swt yang para malaikat diperintahkan memukulnya seratus dera di dalam kuburannya. Namun dia tak segan minta dan berdo’a pada Allah swt (seratus kali dera itu dikurangi, lalu permintaan itu dikabulkan) hingga hukumannya tinggal satu kali dera.

 

Lalu kuburannya penuh dengan api yang menyala-nyala. Setelah api itu tidak ada, lalu mayat itu bertanya: ‘Atas dasar apa kamu mendera aku?’ Lantas dijawab: “Sesungguhnya engkau pernah melakukan shalat tanpa wudhu’ atau tayammum dan kamu pernah berjalan bertemu dengan orang yang teraniaya tapi kamu tidak mau membelanya”. (HR. Abusy Syekh).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ سَلْمَانَ رَضِیَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَال َالنَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ تَحَاتَّتْ عَنْهُ ذُنُوْبُهُ كَمَا تَحَاتَّ وَرَقُ هَذِهِ الشَّجَرَةِ . رواه البيهقي

Artinya: “Dan Salman ra berkata, Nabi saw bersabda: ‘Apabila seorang hamba berwudu maka dosanya gugur daripadanya sebagaimana rontoknya daun pohon ini.” (HR. Al-Baihaqi).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم قَالَ إِذَا تَوَضَّأَ الْعَبْدُ الْمُسْلِمُ أَوِ الْمُؤْمِنُ فَغَسَلَ وَجْهَهُ خَرَجَ مِنْ وَجْهِهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ نَظَرَ إِلَيْهَا بِعَيْنَيْهِ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ يَدَيْهِ خَرَجَ مِنْ يَدَيْهِ كُلُّ خَطِيئَةٍ كَانَ بَطَشَتْهَا يَدَاهُ مَعَ الْمَاءِ أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ فَإِذَا غَسَلَ رِجْلَيْهِ خَرَجَتْ كُلُّ خَطِيئَةٍ مَشَتْهَا رِجْلاَهُ مَعَ الْمَاءِ  أَوْ مَعَ آخِرِ قَطْرِ الْمَاءِ حَتَّى يَخْرُجَ نَقِيًّا مِنَ الذُّنُوبِ  رواه مسلم

 

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Nabi saw bersabda: “Apabila seorang hamba yang muslim atau yang mukmin berwudu, lantas membasuh mukanya maka keluarlah semua dosa kesalahan yang pernah dilihat dengan matanya bersama dengan air (yang jatuh dari wajahnya) atau bersamaan dengan akhir air (yang jatuh daripadanya).

 

Apabila membasuh kedua tangannya maka akan keluar dari kedua tangannya setiap dosa bersama dengan air, dimana kedua tangannya pernah dibuat menampar (orang yang tidak bersalah), atau bersamaan dengan akhir air yang jatuh daripada keduanya.

 

Apabila membasuh kedua kakinya maka keluar dari keduanya segala dosa kesalahannya bersama dengan air, dimana keduanya pernah berjalan untuk melakukan kesalahan tersebut atau bersamaan dengan akhir tetesan yang jatuh dari keduanya sehingga seorang yang berwudhu’ akan keluar dalam keadaan bersih dari dosa. (HR. Muslim).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِیَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ: مَنْ تَوَضَّأَ عَلَى طُهْرٍ كُتِبَ لَهُ عَشْرُ حَسَنَاتٍ. رواه أبو داود

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra berkata: ‘Barangsiapa yang berwudhu’ padahal dia masih berwudhu,’ maka dicatat untuknya sepuluh pahala kebajikan.” (HR. Abu Dawud).

 

Kisah Pertama:

Imam Ghazali pernah bermimpi bertemu dengan sebagian orang yang sudah meninggal dunia, lantas dikatakan kepadanya: ‘Bagaimana keadaanmu?’ Lalu dia menjawab aku pernah melakukan shalat tanpa berwudhu,’ lalu sekarang aku dihadang oleh serigala yang menakutkan aku di dalam kuburan, jadi keadaanku dengannya semakin jelek.

 

Kisah Kedua:

Pada suatu hari mata Junaid sakit, lalu pergi ke dokter, lalu dibilang: ‘Apabila kamu (Junaid) ingin matamu sembuh, maka janganlah sampai tersentuh dengan air. Namun rupanya Junaid kurang menerima terhadap nasehat dokter itu, setelah pak dokter pergi. Junaid pun segera berwudhu,’lalu shalat dan tidur, ternyata kedua matanya malah sembuh.

 

Lalu terdengarlah suara hati yang berkata: ‘Junaid telah mengorbankan mata untuk memperoleh keridhaan-Ku.’ Seandainya orang-orang yang durhaka minta padaku dengan sungguh-sungguh sebagaimana kesemangatan Junaid, maka Aku akan mengabulkannya. Ketika sang dokter datang, dan melihat kedua mata Junaid dalam keadaan sembuh, lalu bertanya: ‘Apa yang kamu lakukan untuk matamu?’

 

Junaid tak segan-segan menjawab: ‘Aku berwudhu,’ lalu shalat. Ketepatan pada waktu itu, dokternya seorang Nasrani, lalu beriman seketika dan berkata: ‘Ini adalah pengobatan yang langsung dari Allah swt, bukan dengan tata cara medis.’ Lalu Junaid berkata: ‘Aku sedang sakit mata dan Engkaulah sebagai dokternya. (Allah swt).’

 

Kisah Ketiga:

Al-Yafi’i bercerita dari Sahal bin Abdillah berkata: ‘Permulaan keajaiban yang kulihat yaitu sewaktu aku ke tempat yang sunyi senyap, lalu aku pun ingin menetap di situ. Akupun merasa tenang hati dan enak digunakan dzikir kepada Allah swt. Akhirnya tibalah waktu shalat, akupun ingin mengambil air wudhu,’ sekalipun aku sudah berwudhu.’ Sebab aku mempunyai kebiasaan sejak kecil untuk mengambil air wudhu’ apabila menjalankan shalat fardhu.

 

Ternyata di sekelilingku tidak terdapat air, jadi aku bersedih hati, sebab kebiasaan sejak kecil rupanya sulit ditinggalkan dengan begitu saja. Di saat hatiku masih risau, tiba-tiba ada beruang datang, berjalan di atas kedua kakinya, seolah-olah manusia yang membawa tempat air hijau. Ketika aku melihat beruang itu dari kejauhan, aku kira ada manusia yang akan datang.

 

Sehingga dia mendekat padaku dan mengucapkan salam, lalu meletakkan tempat air di hadapanku. Akhirnya terlintaslah dalam pikiranku suatu pertanyaan, dari mana tempat air dan air di dalamnya. Lalu beruang itu menjawab: “Wahai Sahal sesungguhnya kami ini binatang buas, kamu telah menggunakan waktu dan tenaga kamu untuk beribadah pada Allah swt dengan penuh kecintaan, dan kita pun tidak segan-segan bertawakkal.’

 

Ketika kami sedang berbincang-bincang dengan teman kami untuk memecahkan suatu masalah, tahu-tahu ada suara: ‘Ingat sesungguhnya Sahal sedang membutuhkan air untuk memperbarui wudhu,’ lalu aku meletakkan tempat air ini dengan tanganku ke tanah, lalu aku menengok ke samping, tahu-tahu ada dua malaikat yang mengiringiku, lalu aku mendekat pada mereka.

 

Lalu mereka menumpahkan air dari atas, tak pelak bila aku juga mendengarkan suara air yang berjatuhan ke tempat airku ini. Sahal berkata: ‘Akhirnya aku pun tertelungkup tidak sadar, setelah aku sembuh, tahu-tahu tempat air tadi sudah di letakkan di hadapanku. Sungguh aku gelisah, dimana beruang tadi, entah kemana dia pergi. Akupun tidak mengetahuinya.

 

Kini aku sedih sebab aku tadi tidak berbicara padanya sewaktu dia pergi menghilang. Ketika aku selesai berwudhu,’ akupun ingin meminumnya, lalu ada suara dari balik lembah: ‘Wahai Sahal kamu belum diperbolehkan untuk meminum air ini.’ Akhirnya tempat itu berputar-putar dengan sendirinya, aku melihatnya pergi namun aku tidak mengerti sampai dimana dia?

 

Pasal: Hukum-hukum Wudhu

 

Syarat-syarat wudhu;’

Air mutlak atau dikiranya mutlak,

Islam

Tamyiz (bisa membedakan antara yang baik dan buruk).

Mengetahui fardhu-fardhunya wudhu.’

Tidak boleh mengira yang fardhu menjadi sunah.

Antara kulit anggota orang yang berwudu dan sampainya air ke kulit tidak ada yang menghalangi (suatu misal ada cat di kulit dan lain-lain)

Tidak ada sesuatu yang merobah keadaan air seperti kotoran di pinggir kuku atau za’faran atau minyak cendana.

Mengalirkan air ke seluruh anggota wudhu.’

Masuknya waktu shalat fardhu bagi orang yang terus-menerus hadas (suatu misal orang yang terus menerus mengeluarkan air kencing sekalipun sedikit).

 

Fardhunya wudhu

Niat mendatangi fardhu wudhu’ atau bersuci untuk menjalankan shalat pada permulaan membasuh muka

Membasuh muka.

Membasuh kedua tangan sampai pada dua siku-siku.

Mengusap sebagian kepala.

Membasuh dua kaki sampai kedua mata kaki.

 

Catatan Kecil:

Apabila seseorang ragu apakah sudah membasuh salah satu anggota wudhu’ ataukah belum, padahal dia di tengah-tengah berwudhu’ maka anggota tersebut dibasuh lagi, begitu juga anggota sesudahnya. Apabila lupa sesudah wudhu’nya selesai maka tidak usah mengulangi lagi.

 

Sunnahnya Wudhu

 

Sunnah-sunnah wudhu’ adalah:

Membaca bismillah sebelum berwudhu.’ Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda:

لَا صَلَاةَ لِمَنْ لَا وُضُوْءَ لَهُ وَلَا وُضُوْءَ لِمَنْ لَمْ يَذْكُرِ اسْمَ اللهِ . رواه احمد و ابو داود

 

Artinya: “Shalat tidak sah bagi orang yang tidak berwudhu’ dan wudhu’ tidak sempurna bagi orang yang tidak membaca bismillah (tidak menyebut nama Allah swt).” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

 

Membasuh kedua telapak tangan sebelum dimasukkan ke tempat air.

Bersiwak (menggosok gigi) dengan sesuatu yang kasar kecuali bagi seseorang yang berpuasa setelah matahari condong ke barat. Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda:

لَوْلَا أَنْ أَشُقَّ عَلَى أُمَّتِيْ لَاَ مَرْتُهُمْ بِالسِّوَاكِ مَعَ كُلِّ وُضُوْءٍ. رواه مالك والشافعی

 

Artinya: “Seandainya aku tidak membikin berat kepada umatku, niscaya kuperintahkan mereka untuk bersiwak pada tiap-tiap berwudhu.” (HR. Imam Malik dan Syafi’i).

 

Berkumur

Menghirup air dengan hidung, lebih afdhal lagi apabila di masukkan ke hidung hingga bagian dalam bagi orang yang tidak berpuasa. Untuk cara yang terbaik dalam berkumur dan menghirup air dengan hidung hendaklah mengambil air tiga kali dengan telapak tangan, lantas digunakan untuk keduanya dan air itu disemprotkan keluar.

 

Mengusap seluruh kepala.

Mengusap kedua telinga, luar dan dalam.

Membasuh sela sela rambut jenggot dan godek yang tebal begitu juga membasuh sela-sela jari-jari tangan dengan cara menjalin jari-jari yang kiri ke jari-jari yang kanan.

Membasuh sela-sela jari-jari dua kaki dari arah bawah dengan jari kelingking tangan yang kiri. Dalam hal ini, Rasulullah saw bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْلُ فَقَالَ إِذَا تَوَضَّأْتَ فَخَلِّلْ لِحْيَتَكَ. رواه ابن أبي شيبة

 

Artinya: “Malaikat Jibril pernah datang kepadaku, lalu berkata: “Apabila engkau berwudhu,’ maka basuhlah sela-sela jenggotmu.” (HR. Ibnu Abi Syaibah).

 

Rasulullah saw juga bersabda:

 

خَلِّلُوْا بَيْنَ أَصَابِعِكُمْ لاَ يُخَلِّلُ اللهُ بَيْنَهُمَا بِالنَّارِ . ثُمَّ قَالَ وَيْلٌ لِلْاَعْقَابِ مِنَ النَّارِ

Artinya: “Basuhlah sela-sela jarimu, Allah swt tidak akan membakarnya dengan api. Kemudian beliau saw bersabda: “Celaka bagi tumit dari ancaman api neraka.” (HR. Addaraquthni).

 

Menggosok anggota wudhu.’

Hendaklah seorang yang berwudhu’ (setelah selesai) menghadap kiblat, mengangkat kedua tangannya dan mengarahkan pandangannya ke langit, sekali-pun orang buta lalu membaca do’a sebagai berikut:

أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبُدُهُ وَرَسُوْلُهُ اَللَّهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ.  سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ  أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

 

Setelah itu membaca Surat Inna Anzalnahu.

 

Rasulullah saw juga bersabda:

 

مَنْ تَوَضَّأَ فَاَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ رَفَعَ بَصَرَهُ إِلَى السَّمَاءِ ثُمَّ قَالَ أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ الخ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابَ الْجَنَّةَ يَدْخُلُ مِنْ اَيُّهَا شَاءَ. رواه مسلم

 

Artinya: “Barangsiapa berwudhu’ lalu dilakukannya dengan dan (  أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ   ) baik, kemudian melihat ke langit, membaca seterusnya) maka delapan pintu surga dibuka untuknya, dia boleh masuk dari pintu yang mana yang dikehendaki.” (HR. Muslim).

 

Dalam hadis lainnya, Rasulullah saw bersabda:

مَنْ تَوَضَّأَ فَقَالَ بَعْدَ فِرَاغِهِ سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ اِنِّيْ أَتُوْبُ إِلَيْكَ كُتِبَ فُي رِقٍّ ثُمَّ جُعِلَ فِي طَابِعٍ فَلَمْ يُكَسّرْ اِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ. رواه الحاكم

Artinya: “Barangsiapa yang berwudhu,’lalu membaca:

سُبْحَانَكَ وَبِحَمْدِكَ اِنِّيْ أَتُوْبُ إِلَيْكَ

Maka pahalanya ditulis pada kulit, kemudian dicap dan tidak akan robek sampai hari kiamat.” (HR. Al-Hakim).

 

Rasulullah saw bersabda, yang artinya: “Barangsiapa yang membaca Surat Inna anzalnaahu dan seterusnya setelah wudhu’ sekali maka termasuk orang-orang yang siddiq (bersungguh dalam menjalankan agama).

 

Dan barangsiapa yang membacanya dua kali maka ditulis dalam setambuk orang-orang mati syahid. Dan barangsiapa yang membacanya tiga belas kali, maka Allah swt kelak akan menghimpunnya bersama paranabi di padang mahsyar kelak.” (HR. Addailami).

 

Membasuh atau mengusap anggota wudhu’ tiga kali. Dan menghadap kiblat dalam membasuh masing-masing anggota wudhu.

Berniat pada waktu mengerjakan sunah wudhu’ yang pertama kali agar diberi pahala karenanya, begitu juga membacanya dengan pelan-pelan.

Memperhatikan kulit yang mengkerut, saluran air mata dan ekor mata dan menggosoknya dengan air, kalau tidak kotoran mata yang bisa menghalangi sampainya air pada kulit. Kalau memang ada tahi matanya maka menggosoknya dengan telunjuk adalah wajib.

Apabila membasuh wajah, hendaknya mengambil air dengan dua telapak tangan secara bersamaan, tidak usah di tamparkan dan mulai membasuhnya hendaknya dari atas sendiri, jangan dari pertengahan wajah.

Untuk membasuh dua kaki dan kedua tangan disunahkan membasuhnya dari jari-jari, sekalipun ada orang lain yang menuangkan air padanya. Untuk kepala Disunahkan membasuhnya dari arah muka.

 

Memanjangkan basuhan kedua tangan dan kaki. Dalam hal ini, Baginda Rasullah saw bersabda:

إِنَّ أُمَّتِيْ يَدْعُوْنَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ آثَارِ الْوُضُوْءِ مَنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يُطِيْلَ غَرَّتَهُ فَلْيَفْعَلْ. رواه الشيخان

 

Artinya: “Sesungguhnya umatku di datangkan di hari kiamat dalam keadaan bersinar kedua tangan dan kedua kakinya lantaran bekas air wudhu.’ Oleh karena itu barangsiapa yang bisa memperpanjang cahayanya maka kerjakanlah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Mendahulukan yang kanan daripada anggota wudhu.’

Berturut-turut.

Tidak berbicara atau minta tolong di waktu wudhu’ dan setelah wudhu’ juga tidak dihanduki atau dikibas-kibas agar airnya jatuh apabila tidak ada keperluan.

Tidak menggunakan ceret.

Minum air yang tersisa setelah dibuat wudhu.’

Bersungguh-sungguh dalam menyempurnakan wudhu.

Dalam hal ini, Baginda Rasulullah saw bersabda:

تَبْلُغُ الْحِلْيَةُ مِنَ الْمُؤْمِنِيْنَ حَيْثُ تَبْلُغُ الْوُضُوْءُ. رواه مسلم

 

Artinya: “Batas pakaian orang-orang mukmin (pada hari kiamat) adalah sampai dimana batas air wudhu’nya.” (HR. Muslim).

 

Rasulullah saw bersabda:

 

لَا يَسْبِغُ عَبْدٌ الْوُضُوْءَ إِلَّا غُفِرَلَهُ مَاتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ

Artinya: “Seseorang tidak akan berwudhu’ dengan sempurna kecuali dosa yang dahulu dan yang mendatang akan di ampuni.”

 

Memercikkan air ke sarungnya yang berdekatan dengan kemaluan setelah berwudhu,’ seperti orang yang habis istinja lalu berwudhu.’ Dalam hal ini, Baginda Rasulullah saw bersabda:

أَتَانِيْ جِبْرِيْججُ فِيْ أَوَّلِ مَا أَوْحَى إِلَىَّ فَعَلَّمَنِيْ الْوُضُوْءَ فَلَمَّا فَرَغَ الْوُضُوْءَ أَخَذَ غُرْفَةً مِنَ الْمَاءِ فَنَضَحَ بِهَا فَرْجَهُ. رواه احمد والحاكم

 

Artinya: “Malaikat Jibril pernah datang kepadaku, pada masa permulaan aku diberi wahyu, lalu mengajariku tentang tata cara berwudhu, maka ketika selesai wudhu,” lalu mengambil air satu telapak tangan, lalu dipercikkan pada kemaluannya.” (HR. Ahmad dan Al-Hakim).

 

Tidak disunahkan membasuh leher atau membaca do’a di waktu membasuh anggota wudhu.’ Sebab hadisnya sangat lemah, sehingga tidak perlu dijalankan.

 

Catatan Kecil:

Seseorang hendaknya berwudhu’ dan membasuh anggota yang wajib belaka, lantaran waktu shalat hampir berakhir, sehingga tidak bisa melakukan shalat secara keseluruhan pada waktunya. Atau boleh juga dikarenakan ketinggalan jama’ah, sebab shalat berjama’ah jelas lebih afdhal dari menigakalikan basuhan kepada anggota wudhu. Begitu juga daripada menjalankan kesunatan wudhu’ yang lain, kecuali menggosok anggota wudhu’ dengan tangan. Keterangan tersebut diatas berlaku apabila seseorang tidak mengharapkan jama’ah lain.

 

Makruhnya Wudhu

Hal-hal yang dimakruhkan dalam berwudhu:

Berlebihan dalam menggunakan air wudhu.’

Mendahulukan membasuh anggota yang kiri daripada membasuh anggota yang kanan.

Kurang dari tiga kali basuhan atau melebihinya dengan menggunakan air yang bukan diwakafkan. Namun apabila menggunakan air wakafan untuk wudhu’ maka membasuh anggota wudhu’ lebih dari tiga kali diharamkan.

Rasulullah saw bersabda:

 

هَكَذَا الْوُضُوْءُ فَمَنْ زَادَ عَلَى هَذَا وَانْقَصَ فَقَدْ أَسَاءَ اَوْ ظَلَمَ رواه أبو داود

Artinya: “Demikianlah cara berwudhu,’ barangsiapa yang menambah atau mengurangi, maka sungguh berbuat kejelekan dan dzalim.” (HR. Abu Dawud).

 

Kisah Pertama:

Syeikh Hasan Assajazi pernah bersama dengan Syekh Ajal Sirri, lantas waktu salat telah tiba, lalu Syekh Ajal Sirri memperbarui wudu dan mungkin demikianlah kebiasaannya, namun kali ini dia lupa tidak membasuh sela-sela jari. Akhirnya terdengarlah suara, entah siapakah yang berbicara:

 

Wahai Ajal, engkau mengaku termasuk umat Muhammad, engkau mengaku cinta padanya, tapi kamu meninggalkan tindak lakunya.’ Akhirnya Syekh Ajal Sirri bersumpah tidak akan meninggalkan lagi sunah yang pernah dijalankan oleh Rasul mulai sekarang hingga ajal merenggutnya.

 

Syekh Hasan berkata: ‘Aku bisa melihat Syekh Ajal Sirri seolah-olah tertidur.’ Lalu aku bertanya kepadanya, lalu dia menjawab: ‘Aku sejak aku meninggalkan membasuh sela-sela jari dalam keadaan lupa sampai saat ini masih terkenang peristiwa itu, sehingga aku masih bimbang tidak bisa tidur dengan nyenyak. Kupikir bagaimana wajahku apabila bertemu dengan Muhammad saw?’

 

Kisah Kedua:

Ada suatu cerita dari Al-Fudhail bin Iyadh, bahwa beliau pernah lupa tidak membasuh kedua tangannya dua kali, lalu shalat lalu tidur pada malam itu juga. Akhirnya dia bermimpi berjumpa dengan Rasul seraya berkata: ‘Wahai Fudhail aku heran melihatmu mengapa kamu meninggalkan sunahku di dalam berwudhu.’ Lalu Fudhail bangun lantaran terketuk hatinya oleh kharisma Rasul.

 

Dan tanpa menunggu lagi, dia berwudhu’ dan menghukum dirinya menjalankan shalat sunah sebanyak lima ratus rakaat untuk sehari semalam dan dijalankannya selama satu tahun sebagai tebusan perbuatan yang tak layak itu yaitu mengabaikan sunah Rasul dalam berwudhu.

 

Semoga Allah swt memberikan manfaat kepada kita lantaran mendengar kisah itu dan kisah-kisah para auliya’ yang lain begitu juga semoga kita bisa mengikuti jejak mereka.

 

Pembatal Wudhu

Perkara yang membatalkan wudhu:

Yakin keluarnya sesuatu dari jalan muka atau belakang sekalipun hanya kentut (selain air mani)

Tidak sadar, lantaran tidur atau mabuk kecuali tidur yang pantatnya masih melekat ke tanah dan dalam keadaan duduk.

Menyentuh jalan muka atau belakang dengan tapak tangan bagian dalam

Tersentuhnya kulit lelaki dan perempuan yang sudah besar dan bukan mahramnya.

 

Perkara yang diharamkan sebab hadas kecil:

Menjalankan shalat.

Melakukan thawaf.

Menyentuh atau membawa kertas yang di dalamnya ada tulisan Alquran untuk belajar. Berlainan dengan Alquran yang menggunakan terjemahnya atau ada keterangan lain sekiranya banyak keterangan terjemahnya dibanding dengan tulisan ayat-ayat Alquran.

Begitu juga tidak diharamkan membalikkan kertas Alquran dengan kayu petunjuk yang biasanya digunakan para ibu untuk mengaja anak-anaknya. Oleh karena itu, bagi para orang tua hendaknya melarang kepada anak yang belum tamyiz untuk memegang Alquran.

 

Atau papan yang terdapat tulisan Alquran sekalipun tulisan itu merupakan satu ayat yang sempurna. Untuk anak yang sudah tamyiz maka diperbolehkan memegang Alquran lantaran ada keperluan belajar dan lain-lain.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama