Terjemah Kitab Irsyadul Ibad (Irsyad al-Ibad ila Sabilir Rasyad); Bab Mandi

 

 

Terjemah Kitab Irsyadul Ibad (Irsyad al-Ibad ila Sabilir Rasyad)


 Judul kitab asal: Irshad al-Ibad ila Sabil Al-Rashad ( إرشاد العباد إلى سبيل الرشاد)

Pengarang: Zainuddin Al-Malibari ( زين الدين عبد العزيز المليباري الفناني)

 

 

Daftar isi

Pendahuluan

Bab : Iman

Pasal : Murtad

Bab Ilmu

Bab Wudhu

Pasal : Hukum-Hukum Wudhu

Pasal : Sunnah-Sunnah Wudhu

Pasal : Perkara Yang Dimakruhkan Dalam Berwudhu'

Pasal : Perkara Yang Membatalkan Wudhu

Bab : Mandi

Pasal : Yang Mewajibkan Mandi (Pembatal Mandi)

Bab : Fadhilah Shalat Wajib

Pasal : Haram Mengakhirkan Shalat

Pasal : Tentang Hukum-Hukum Shalat

Pasal : Perkara Yang Dimakruhkan Dalam Shalat

Pasal : Perkara Yang Membatalkan Shalat

Pasal: Dzikir Setelah Sholat Wajib

Bab : Shalat Sunnah

 

Bab Mandi

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضْیَ اللهُ عَنْهُمَا قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا الْتَقَى الْخِتَانَانِ وَغَابَتِ الْحَشَفَةُ فَقَدْ وَجَبَ الْغُسْلُ اَنْزَلَ اَوْ لَمْ يَنْزِلْ. رواه الطبراني

Artinya: “Dari Ibnu Umar berkata, Rasullah saw bersabda: “Apabila dua kemaluan (antara lelaki dan perempuan) bertemu dan ujung dzakar (lelaki yang seperti topi baja) itu sudah menyelam (pada kemaluan wanita). Maka sungguh telah diwajibkan mandi (jinabat), sekalipun keluar mani (dari pihak lelaki atau wanita) atau tidak mengeluarkannya.” (HR. Thabrani).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: إِذَا اسْتَيْقَظَ أَحَدُكُمْ مِنْ نَوْمِهِ فَرَاَی بَلَلًا وَلَمْ يَرَاُه احْتَلَمَ اِغْتَسَلَ وَاِذَا رَاَى اَنَّهُ احْتَلَمَ وَلَمْ  يَرَى بَلَلًا فَلَا غُسْلَ عَلَيْهِ. رواه النسائي وابن ماجه

Artinya: “Dari Sayyidah Aisyah berkata: ‘Apabila seseorang bangun dari tidurnya kemudian melihat basah (pada pakaiannya yang ada kemiripan dengan air mani), tapi dia tidak terasa bermimpi maka wajib mandi (jinabat). Apabila dia merasa bermimpi (mengeluarkan air mani) tapi tidak ada bekas basah (pada pakaiannya) maka tidak diwajibkan mandi (jinabat) padanya.” (HR. Nasa’i dan Ibnu Majah)

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ إِذَا وَجَدَتِ الْمَرْأَةُ فِي الْمَنَامِ مَايَجِدُ الرَّجُلُ فَلْتَغْتَسِلْ. رواه سمویه

Artinya: “Dari sahabat Anas ra berkata: ‘Apabila seorang perempuan bermimpi di waktu tidur dan menjumpai sebagaimana yang dijumpai oleh lelaki (keluar air mani) maka wajib mandi (jinabat).” (HR. Samweh).

 

Rasulullah saw bersada:

عَنْ ابْنْ عَبَّاسٍ أَنَّ الْمَلَائِكَةَ لَا تَحْضُرُ الْجُنُبَ وَلَا الْمُتَضَمِّخَ بِالْخُلُوْقَ حَتَّى يَغْتَسِلَا. رواه الطبراني

Artinya: “Dari Ibnu Abbas ra berkata: ‘Sesungguhnya malaikat tidak akan hadir pada orang yang lagi junub atau berlumuran dengan parfum sehingga keduanya mandi.” (HR. Thabrani).

 

Rasulullah saw bersabda:

لَا تَدْخُلُ الْمَلَائِكَةُ بَيْتًا فِيْهِ صُوْرَةٌ وَلَا كَلْبٌ وَلَا جُنُبٌ

Artinya: “Malaikat tidak akan masuk ke rumah yang terdapa tgambar (makhluk bernyawa), anjing dan orang junub.” (HR. Abu Dawud dan Nasa’i).

 

Rasulullah saw bersabda:

 

عَنْ عَلِيٍّ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ مَنْ تَرَكَ مَوْضِعَ شَعْرَةٍ مِنْ كِتَابَةٍ لَمْ يَغْسَلْهَا فُعِلَ بِهِ كَذَا وَكَذَا مِنَ النَّارِ قَالَ عَلْيٌّ فَمِنْ ثَمَّ عَادَتْ شَعْرَ رَأْسِي وَكَانَ يَجُرُّ شَعْرَهُ

 

Artinya: “Dari Ali bin Abi Thalib ra berkata: ‘Barangsiapa yang berjinabat tidak membasuh tempat satu rambut maka dia dibakar api secara demikian secara demikian.’ Sayyidina Ali berkata: ‘Oleh karena itu aku memusuhi rambut kepalaku. Dia memang sering mencukurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud).

 

Rasulullah saw bersabda:

إِنَّ تَحْتَ كُلِّ شَعْرَةٍ جَنَابَةً فَاغْسِلُوْا الشَّعْرَ وانْقُوْا البَشَرَةَ

 

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata: ‘Sesungguhnya di bawah sehelai rambut terdapat jinabat (bagi orang yang junub) oleh karena itu basuhlah rambut dan bersihkan kulit.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِیَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: لَا يَقْرَأُ الْجُنُبُ وَلَا الْحَائِضُ شَيْئًا مِنَ الْقُرآنِ

Artinya: “Dari Ibnu Umar ra berkata: ‘Seorang yang junub dan wanita yang haid tidak diperbolehkan membaca seayat Alquran.” (HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: وَجِّهُوْا هَذِهِ الْبُيُوْتَ عَنِ الْمَسْجِدِ فَاِنِّيْ لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَ لَا جُنُبٌ

Artinya: “Dari Aisyah berkata: ‘Hadapkan rumah-rumah ini ke lain masjid, sebab sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid untuk ditempati orang haid dan junub.” (HR. Annasa’i).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ اَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ مَنْ اَتَى حَائِضًا فِي فَرْجِهَا أَوِ امْرَأَةً فِي دُبُرِهَا أَوْ كَاهِنًا فَقَدْ كَفَرَ بِمَا أُنْزِلَ عَلَى مُحَمَّدٍ صَلَّی اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Artinya: “Dari Abu Hurairah ra berkata, Rasulullah saw bersabda: ‘Barangsiapa bersetubuh melalui farji isteri yang lagi haid atau menggauli isteri melewati jalan belakangnya atau mendatangi tukang tenung (untuk minta ditebak masa depannya lalu percaya) maka sungguh telah mengkufuri ingkar terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا كَانَ جُنُبًا فَاَرَادَ اَنْ يَأْكُلَ أَوْ يَنَامَ تَوَضَّأَ وُضُوْءَهُ لِلصَّلَاةِ. رواه الشيخان

Artinya: “Dari Sayyidah Aisyah berkata: ‘Rasulullah saw apabila dalam keadaan junub, lalu ingin makan, atau tidur maka berwudhu’ sebagaimana wudhu’nya untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الخُدْرِيْ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ إِذَا أَتَى أَحَدُكُمْ اَهْلَهُ ثُمَّ أَرَادَ أَنْ يَعُوْدَ فَلْيَتَوَضَّأْ بَيْنَهُمَا. رواه مسلم

Artinya: “Dari Abu Said Al-Khudry ra berkata: ‘Apabila seseorang diantara kamu mendatangi istrinya (jima’), kemudian ingin mengulangi lagi (bersetubuh lagi) maka hendaklah berwudhu’ antara keduanya (antara jima’ yang pertama dan jima’ yang kedua).” (HR. Muslim).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِیَ اللهُ عَنْهُ قَالَ إْنَّ اللهَ يَنْهَاكُمْ عَنِ التَعَرِّي فَاسْتَحْيُوْا مِنْ مَلَائْكَةِ اللهِ الَّذِيْنَ لَا يُفَارِقُوْنَكُمْ إِلَّا عِنْدَ ثَلَاثَةِ حَالَاتٍ الغَائِطِ وَ الْجَنَابَةِ وَالْغُسْلِ فَإِذَا اغْتَسَلَ اَحَدُكُمْ بِالْعَرَاءِ فَلْيَسْتَتَرْ بَثَوْبِهِ أَوْ بَجَذَمَةَ حَائِطٍ أَوْ بِبَعِيْرِهِ

Artinya: “Dari Ibnu Abbas berkata: ‘Sesungguhnya Allah swt melarangmu melepaskan pakaian sampai telanjang, oleh karena itu, bersikaplah malu kepada para malaikat yang tidak henti mendampingimu kecuali pada tiga keadaan: buang air besar, jinabat dan mandi.

Apabila salah seorang diantaramu mandi di tempat yang lapang maka hendaklah membikin tabir dengan pakaiannya (baik dikenakan agar auratnya tidak tampak atau dijadikan tabir) atau dinding atau dengan untanya.” (HR. Al-Bazzar).

 

Rasulullah saw bersabda:

عَنِ ابْنِ جُرَيْحٍ قَالَ بَلَغَنِيْ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خَرَجَ فَإِذَا هُوَ بِأَجِيْرٍ لَهُ يَغْسِلُ عَارِيًا فَقَالَ لَا أَرَاكَ تَسْتَحْيِ مِنْ رَبِّكَ خُذْ اِجَارَتَكَ لَا حَاجَةَ لَنَا بِكَ

Artinya: “Dari Ibnu Juraih ra berkata: ‘Telah sampai suatu cerita kepadaku bahwa Nabi saw pernah keluar, kemudian menjumpai pembantunya mandi dalam keadaan telanjang, lalu Nabi saw bersabda: Aku melihatmu tidak malu kepada Tuhanmu. Ambillah gajimu dan pergilah, aku tidak membutuhkan tenagamu lagi.” (HR. Abdur Razzaq).

 

Kisah Pertama:

Aban bin Abdillah Al-Bajali bercerita, ada seorang tetangga kita meninggal dunia, lalu kita mengikuti acara pemandian dan mengantarkan jenazahnya sampai pada kuburan, tahu-tahu di kuburan ada binatang yang hampir mirip dengan kucing.

 

Kami singkirkannya dan kami bentak agar berpindah, tapi dia tetap berada di situ tidak menyingkir dan tidak berpindah dari tempatnya. Lalu Penggali kubur tak ambil pusing lagi, akhirnya dipukul dahi binatang tersebut. Sungguhpun demikian tidak mau berpindah dari tempat tersebut.

 

Akhirnya orang-orang kampung mencoba menggali kuburan baru, namun ketika selesai dan membikin liang lahad, tahu-tahu binatang tadi sudah nongol di situ. Akhirnya mereka berupaya untuk menyingkirkannya, tapi usahanya tetap tidak berguna lagi. Akhirnya mereka berkata: ‘Sesungguhnya kejadian seperti itu sama sekali tidak pernah menjumpainya. Oleh karena itu, pendamlah temanmu ini, lalu mereka memakamkan di situ.’

 

Ketika bata merah dipasang dengan baik, tahu-tahu kami terdengar suara tulang yang dimakan binatang. Lalu pamanku dan beberapa orang yang mengikutinya pergi ke rumah istrinya seraya menanyakan: Apakah yang dilakukan oleh suamimu dan mereka juga memberitahukan apa yang terlihat di pemakamannya. Lalu dijawabnya: Bahwa suaminya tidak mandi jinabat.

 

Kisah Kedua

Al-Ghazali pernah bercerita bahwa ada seorang lelaki bermimpi bertemu dengan orang yang sudah meninggal, lalu orang yang meninggal itu ditanya: Apa yang dilakukan oleh Allah swt kepadamu, dia menjawab: “Aku pernah tidak mandi jinabat pada suatu hari, sekarang aku diselimuti dengan api, aku tidak bisa keluar daripadanya.’

 

Kisah Ketiga

 

Syekh Al-Yafi’i pernah bercerita bahwa Syekh Izzuddin bin Abdissalam pernah bermimpi mengeluarkan air mani pada malam amat dingin, lalu pergi ke air, tahu-tahu airnya membeku, lalu dicairkan hingga bisa dibuat mandi jinabat. Dalam keadaan dingin yang sedemikian rupa ini hampir saja tidak panjang umurnya, lantaran udara yang amat dingin mencekik pernafasannya.

 

Setelah itu, bermimpi mengeluarkan air mani lagi, lalu datang ke tempat air, lalu mandi, namun kali ini dia pingsan. Setelah sadar ia mendengar suara yang mengatakan: ‘Sungguh aku akan menggantimu kemuliaan dunia dan akhirat karena usahamu untuk memperoleh ridha-Ku.

 

Semoga kita diberi kemuliaan oleh Allah swt, sehingga kita bisa berkumpul dengan Izzuddin bin Salam di akhirat kelak.

 

Yang Mewajibkan Mandi (Pembatal Mandi)

 

Diantara sebab-sebab yang mewajibkan seseorang untuk mandi adalah:

 

Jinabat, lantaran keluar air mani atau bersetubuh.

Haid

Nifas

Wiladah (melahirkan)

Masuk Islam

Syarat-syarat mandi:

 

Air mutlak.

Tidak ada sesuatu yang menghalangi antara kulit dan air yang sampai padanya.

Tidak ada sesuatu yang merubah keadaan air, seperti kotoran di pinggir kuku, za’faran, minyak cendana atau daun bidara.

Fardhunya mandi:

 

Niat menjalankan kewajiban mandi, atau menghilangkan jinabat (hadas besar)

Meratakan air ke seluruh tubuh, sehingga kulup bagi orang yang belum disunat.

Catatan Kecil

 

Tidak wajib meratakan air ke seluruh tubuh dengan yakin akan tetapi cukup menurut perkiraan sudah rata, dan tidak ada anggota tubuh yang ketinggalan tidak terbasuh.

 

Perkara yang disunahkan dalam mandi:

 

Membaca bismillah.

Menghilangkan kotoran tubuh.

Berwudhu’ sebelum mandi.

Membasuh sela-sela jari kaki atau kedua tangan, begitu juga memperhatikan pada kulit yang mengkerut, saluran air mata dan ekor mata.

Menggosok seluruh tubuh yang bisa dilakukan dengan tangan.

Mendahulukan sisi yang kanan.

Menghadap kiblat.

Tidak minta tolong kepada orang lain dalam menuangkan air

Membaca dua kalimat syahadat sesudahnya.

Menigakalikan basuhan.

Berturut-turut.

Perkara yang dimakruhkan di dalam mandi:

 

Berlebihan dalam menggunakan air.

Tidak berwudhu’ sebelumnya dan tidak berkumur atau menghirup air dengan hidung.

 

 

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama