Terjemah Kitab Hikam; Jangan Menunda Amal Baik

  

Terjemah Kitab Hikam

 

Judul kitab asal: متن الحكم العطائية

Penulis: Ibnu Athaillah Al Sakandari (ﺍﺑﻦ ﻋﻄﺎﺀ ﺍﷲ ﺍﻟﺴﻜﻨﺪﺭﻱ)

Nama lengkap: تاج الدين أبو الفضل أحمد بن محمد بن عبد الكريم بن عبد الرحمن بن عبد الله بن أحمد بن عيسى بن الحسين بن عطاء الله الجذامي

Lahir: 1260 M / 658 H

Asal: Iskandariyah, Mesir

Wafat di Kairo, Mesir, 1309 M / 709 Hijriah

 

Daftar Isi

  1. Muqaddimah
  2. Jangan Menunda Amal Baik
  3. Menjauhi Maksiat
  4. Cahaya Hati
  5. Tanda Amal yang Diterima
  6. Waktu Terbaik
  7. Manfaat Sholat
  8. Malulah Saat Dipuji
  9. Cara Mengenal Allah
  10. Tutur kata yang Bijak
  11. Tujuan Dzikir
  12. Tujuan Syariat
  13. Ilmu Manfaat

 

Jangan Menunda Amal Baik

 

16. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي أَظْهَرَ كُلَّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu dapat menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang menampakan segala sesuatu?

 

 

.17 كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ بِكُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, apabila Dia-lah yang tampak ada pada segala sesuatu?

 

 

18. كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ في كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi hijab atas-Nya, padahal Dia-lah yang terlihat dalam segala sesuatu

 

 

.كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الَّذِي ظَهَرَ لِكُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, kalau sesuatu mampu menjadi hijab atas-Nya, padahal Doa-lah yang maha tampak atas segala sesuatu?

 

 

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الظّاهِرُ قَبْلَ وُجودِ كُلِّ شَيءٍ!

Lalu Bagaimana mungkin dapat dibayangkan, ada sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sedangkan Dia-lah Yang Mahaada sebelum adanya segala sesuatu?

 

 

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَظْهَرُ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana pula bisa dibayangkan, kalau sesuatu mampu untuk menjadi penghalang atas-Nya, sementara Dia (keberadaannya) lebih jelas (tampak) dari segala sesuatu itu sendiri?

 

 

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ الواحِدُ الَّذِي لَيْسَ مَعَهُ شَيءٌ!

Dan Bagaimana mungkin Dia akan dihijab oleh sesuatu, padahal Dia adalah Yang Mahaesa, yang tidak ada di samping-Nya sesuatu apapun?

 

 

كَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَهُوَ أَقْرَبُ إلَيْكَ مِنْ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin segala sesuatu akan mampu menghalangi-Nya, jika Dia lebih dekat kepadamu dari segala sesuatu itu sendiri?

 

 

Jangan Menunda Amal Baik

 

وكَيْفَ يُتَصَوَّرُ أَنْ يَحْجُبَهُ شَيءٌ وَلولاهُ ما كانَ وُجودُ كُلِّ شَيءٍ!

Bagaimana mungkin Dia bisa dihalangi oleh sesuatu, sementara apabila tidak ada Dia, niscaya tidak akan ada segala sesuatu itu?

 

 

يا عَجَباً كَيْفَ يَظْهَرُ الوُجودُ في العَدَمِ! أَمْ كَيْفَ يَثْبُتُ الحادِثُ مَعَ مَنْ لَهُ وَصْفُ القِدَمِ!

Alangkah mengherankan, bagaimana mungkin keberadaan sesuatu yang ‘pasti ada’ (Allah) bisa terhalang oleh sesuatu yang (sebelumnya) ‘tidak ada’ (yaitu makhluk)? Bagaimana mungkin pula sesuatu yang baru (al-hadits, yaitu makhluk) dapat bersama dengan Zat yang memiliki sifat Qidam (tidak berpermulaan)?

 

 

17. ما تَرَكَ مِنَ الجَهْلِ شَيْئاً مَنْ أَرادَ أَنْ يَحْدُثَ في الوَقْتِ غَيْرُ ما أَظْهَرَهُ اللهُ فيِهِ.

Sangatlah jahil orang yang menginginkan terjadinya suatu di luar waktu yang dikehendaki oleh Allah

 

 

18. إِحالَتُكَ الأَعْمالَ عَلَى وٌجودِ الفَراغِ مِنْ رُعُوناتِ النَفْسِ.

Menunda beramal saleh guna menantikan kesempatan yang lebih luang, termasuk tanda kebodohan jiwa

 

 

19. لا تَطْلُبْ مِنْهُ أَن يُخْرِجَكَ مِنْ حالةٍ لِيَسْتَعْمِلَكَ فيما سِواها. فَلَوْ أَرادَ لاسْتَعْمَلَكَ مِنْ غَيْرِ إِخْراجٍ.

Jangan meminta kepada Allah supaya Dia menguruskanmu dari suatu keadaan ke keadaan yang lain, maka tentulah Dia akan memasukanmu tanpa mengeluarkanmu dari keadaan yang sebelumnya

 

 

20. ما أَرادَتْ هِمَّةُ سالِكٍ أَنْ تَقِفَ عِنْدَ ما كُشِفَ لَها إلا وَنادَتْهُ هَواتِفُ الحَقيقةِ: الَّذي تَطْلُبُ أَمامَكَ. وَلا تَبَرَّجَتْ ظَواهِرُ المُكَوَّناتِ إلا وَنادَتْهُ حَقائِقُها: (إِنَّمَا نَحْنُ فِتْنَةٌ فَلَا تَكْفُرْ(

Himmah (hasrat) seorang salik takkan berhenti ketika tersingkap baginya tirai rohani, melainkan suara-suara hakikat (hawaatif al-haqiiqah) akan berseru padanya ‘apa yang engkau cari masih di depanmu!’ Tidak perlu terlihat keindahan alam, melainkan hakikatnya akan menyeru padamu, Kami hanyalah batu ujian (fitnah), maka janganlah engkau kafir

 

 

21. طَلَبُكَ مِنهُ اتِّهامٌ لَهُ. وَطَلَبُكَ لَهُ غَيْبَةٌ مِنْكَ عَنْهُ. وَطَلَبُكَ لِغَيْرِهِ لِقِلَّةِ حَيائِكَ مِنْهُ. وَطَلَبُكَ مِنْ غَيْرِهِ لِوُجودِ بُعْدِكَ عَنْهُ.

Permintaanmu pada-Nya berarti suatu tuduhan terhadap-Nya. Permintaanmu bagi-Nya (agar Allah mendekatkan dirimu) menunjukan engkau jauh dari-Nya. Engkau meminta kepada selain-Nya, berarti engkau tidak punya rasa malu kepada-Nya. Dan engkau meminta dari selain-Nya, disebabkan karena engkau jauh dari-Nya

 

 

22. ما مِنْ نَفَسٍ تُبْدْيهِ إلّا وَلَهُ قَدَرٌ فيكَ يُمْضيهِ.

Tiada suatu nafas berhembus darimu, kecuali disitu takdir Allah berlaku padamu

 

 

23. لا تَتَرقَّبْ فُروغَ الأَغْيارِ، فإنَّ ذلِكَ يَقْطَعُكَ عَنْ وُجودِ المُراقَبَةِ لَهُ فيما هُوَ مُقيمُكَ فيهِ.

Jangan menunggu hingga selesai semua gangguan makhluk, sebab yang demikian itu akan menghalangimu dari muraqabah (mawas diri) kepada-Nya. Padahal Dia menempatkanmu di sana

 

 

24. لا تَسْتَغْرِبْ وُقوعَ الأَكْدارِ ما دُمْتَ في هذهِ الدّارِ. فإنَّها ما أَبْرَزَتْ إلّا ما هُوَ مُسْتَحِقُّ وَصْفِها وَواجِبُ نَعْتِها.

Jangan engkau merasa heran atas terjadinya kesulitan selama engkau berada di dunia ini, sebab memang begitulah yang patut terjadi dan yang menjadi karakter asli dunia

 

 

25. ما تَوَقَّفَ مَطْلَبٌ أنْتَ طالِبُهُ بِرَبِّكَ. وَلا تَيَسَّرَ مَطْلَبٌ أَنْتَ طالِبُهُ بِنَفْسِكَ.

Permintaan tidak akan tertahan, selama engkau memohon (hanya) kepada Allah. Namun, permintaan tidak akan mudah, apabila engkau bergantung pada dirimu sendiri.

 

 

26. مِنْ عَلاماتِ النُّجْحِ في النِّهاياتِ، الرُّجوعُ إلى اللهِ في البِداياتِ.

Diantara keberhasilan pada akhir perjuangan adalah berserah diri kepada Allah sejak permulaan

 

 

27. مَنْ أَشْرَقَتْ بِدايَتُهُ أَشْرَقَتْ نِهايَتُهُ.

Barangsiapa yang cemerlang pada permulaan, akan cemerlang pula pada kesudahan

 

 

28. ما اسْتُوْدِعَ في غَيْبِ السَّرائِرِ، ظَهَرَ في شَهادةِ الظَّواهِرِ.

Apa yang tersimpan dalam kegaiban hati, akan teraktualisasikan (termanifestasi) di dunia nyata

 

 

29. شَتَّانَ بَينَ مَنْ يَسْتَدِلُّ بِهِ أَوْ يَسْتَدِلُّ عَلَيِهِ. المُسْتَدِلُّ بِهِ عَرَفَ الحَقَّ لأَهْلِهِ، فأَثْبَتَ الأَمْرَ مِنْ وُجودِ أَصْلِهِ. وَالاسْتِدْلالُ عَلَيْهِ مِنْ عَدَمِ الوُصولِ إليَهِ. وَإلّا فَمَتى غابَ حَتّى يُسْتَدَلَّ عَلَيْهِ؟! وَمَتى بَعُدَ حَتّى تَكونَ الآثارُ هِيَ الَّتي تُوْصِلُ إلَيْهِ؟!

Betapa jauh bedanya antara orang yang berdalil bahwa ‘adanya Allah menunjukan adanya alam’, dengan orang yang berdalil bahwa ‘adanya alam menunjukkan adanya Allah’. orang yang berdalil dengan adanya Allah menunjukkan adanya alam’ itu mengerti betul bahwa kebenaran adalah bagi sang pemilik, sehingga ia menetapkan segala perkara dengan merujuk kepada asalnya (Allah). sedangkan orang yang berdalil adanya alam menunjukkan adanya Allah’ adalah karena ia tidak sampai kepada-Nya. Kapan Allah gaib sehingga diperlukan bukti untuk mengetahui keberadaan-Nya.? Dan bilakah Dia itu jauh, sehingga benda-benda alamlah yang mengantar kita kepada-Nya.

 

 

30. لِيُنفِقْ ذُو سَعَةٍ مِّن سَعَتِهِ): الواصِلونَ إلَيْهِ. (مَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ): السّائِرونَ إلَيْهِ.

Orang yang mempunyai keluasaan harta hendaklah berderma menurut kemampuannya. Ini ditunjukan kepada mereka yang telah sampai kepada Allah. dan bagi siapa yang masih sempit rizkinya, maka hendaknya ia mendermakan apa yang diberikan Allah kepadanya. Ini ditujukan kepada mereka yang tengah menuju Allah

 

 

31. اهْتَدى الرّاحِلونَ إلَيْهِ بِأَنْوارِ التَّوَجُّهِ، وَالواصِلونَ لَهُمْ أنْوارُ المُواجَهَةِ. فَالأوَّلونَ لِلأنْوارِ، وَهؤلاءِ الأنْوارُ لَهُمْ، لأنَّهُمْ للهِ لا لِشَيءٍ دونَهُ. (قُلِ اللَّهُ ثُمَّ ذَرْهُمْ فِي خَوْضِهِمْ يَلْعَبُونَ(

Orang-orang yang tengah bejalan menuju Allah mendapat petunjuk dengan cahaya tawajjuh (konsentrasi menghadap Allah). sedangkan orang-orang yang telah sampai kepada Allah mempunyai anwaar al-muwajjahah (cahaya yang didapatkan dari berhadapan dengan-Nya). Kelompok pertama (yang tengah berjalan menuju Allah) adalah milik cahaya (membutuhkan cahaya agar sampai pada tujuan). Sedangkan kelompok kedua (yang telah sampai pada Allah), adalah yang memiliki cahaya, sebab mereka itu milik Allah, bukan milik sesuatu selain-Nya. Katakanlah: Allah-lah (yang menurunkannya), kemudaian sesudah kamu menyampaikan Al-Quran kepada mereka) biarkan mereka bermain-main dalam kesesatan mereka. (al-an’am : 91)

 

 

32. - تَشَوُّفُكَ إلى ما بَطَنَ فيكَ مِنَ العُيوبِ خَيْرٌ مِنْ تَشَوُّفِكَ إلى ما حُجِبَ عَنْكَ مِنَ الغُيوبِ.

Usahamu untuk mengetahui aib-aib yang tersembunyi dalam dirimu adalah lebih baik daripada berusaha menyingkap perkara gaib yang tersembunyi darimu

 

 

33. الحَقُّ لَيْسَ بِمَحْجوبٍ، وإنَّما المَحْجوبُ أَنْتَ عَنِ النَّظَرِ إلَيْهِ. إذْ لَوْ حَجَبَهُ شَيءٌ لَسَتَرَهُ ما حَجَبَهُ، وَلَوْ كانَ لَهُ ساتِرٌ لَكانَ لِوُجودِهِ حاصِراً، وَكُلُّ حاصِرٍ لِشَيءٍ فَهَوَ لَهُ قاهِرٌ، (وَهُوَ الْقَاهِرُ فَوْقَ عِبَادِهِ(

Al-Hak (Allah) tidak terhijab, tapi engkaulah yang terhalang dari melihat-Nya. Sekiranya Allah terhijab oleh sesuatu, maka sesuatu itu berarti telah menutupi-Ny. Dan bila ada tutup bagi-Nya, maka tentu wujud-Nya akan terkurung oleh sesuatu tersebut. Dan sesuatu yang mengurung tentu menguasai yang dikurung, padahal Allah Mahakuasa atas semua hamba-Nya.

 

Komentar atau pertanyaan, silakan tulis di sini

Posting Komentar (0)
Lebih baru Lebih lama