Terjemah Kitab Bidayatul Hidayah (Bidayah Al-Hidayah) Bab Permulaan Hidayah
Nama kitab: Terjemah kitab Bidayatul Hidayah (Bidayah Al-Hidayah)
Judul kitab asal: بداية الهداية للإمام الغزالي
Penulis: Abu Hamid Muhammad bin Muhammad Al-Ghazali Al-Thusi (أبو حامد محمد بن محمد الغزالي الطوسي)
Lahir: 1058 M / 450 H
Asal: Tous, Iran
Wafat: 19 Desember 1111 Masehi (usia 53) atau tahun 505 Hijriah
DAFTAR ISI
Bagian Pertama: Menasihati Diri
Bagian Kedua: Akidah Seorang Mukmin
Bagian Pertama: Amal-amal Ketaatan (Adab Tidur, Adab Shalat, Adab
Menjadi Imam, Adab Salat Jum’at)
Bagian Kedua: Menghindari Maksiat (Adab Mata, Adab Telinga, Adab Lisan,
Adab Perut, Adab Kemaluan, Adab Tangan, Adab Kaki)
Bagian Ketiga: Maksiat Hati (Dengki, Riya' Ujub, Takabur, Bangga)
Bagian Pertama: Adab (Etika) Seorang Alim (Guru)
Bagian Kedua: Adab (Etika) Seorang Murid
Bagian Ketiga: Adab (Etika) Anak pada Orang Tua
Bagian Keempat: Bergaul Dengan Teman Dekat
Bagian Kelima: Bergaul Dengan Teman Akrab (2)
BAB II
PERMULAAN HIDAYAH
A. Bagian Pertama: Amal-amal Ketaatan
Ketahuilah
bahwa perintah Allah ada yang wajib dan ada yang sunah. Yang wajib merupakan
harta pokok. Dia adalah modal perdagangan yang dengannya kita bisa selamat.
Sementara yang sunah merupakan laba yang dengannya kita bisa meraih derajat
mulia.
Nabi saw.
bersabda, “Allah Swt. berfirman, ‘Tidaklah orang-orang mendekatkan diri pada-Ku
dengan melaksanakan apa yang Kuwajibkan pada mereka, dan tidaklah seorang hamba
mendekatkan diri padaku dengan amal-amal sunah, sehingga Aku mencintainya. Jika
Aku sudah mencintainya, maka Aku menjadi telinganya yang mendengar, matanya
yang melihat, lidahnya yang berbicara, tangannya yang memegang, dan kakinya
yang berjalan.”
Engkau
tidak akan dapat menegakkan perintah Allah, kecuali dengan senantiasa mengawasi
hati dan anggota badanmu pada setiap waktu dan pada setiap tarikan nafasmu,
dari pagi hingga sore. Ketahuilah bahwa Allah Swt. menangkap isi hatimu,
mengawasi lahir dan batinmu, mengetahui semua lintasan pikiranmu,
langkah-langkahmu, serta diam dan gerakmu. Saat bergaul dan menyendiri, engkau
sedang berada di hadapan-Nya. Tidak ada yang diam, dan tak ada yang bergerak,
melainkan semuanya diketahui oleh Penguasa langit, Allah Swt.
“Dia mengetahui khianatnya mata dan apa
yang disembunyikan hati” (Q.S. Ghafir: 19),
“Dia Maha Mengetahui yang rahasia dan
tersembunyi” (Q.S. Thaha: 7).
Oleh
karena itu, hendaklah engkau beradab di hadapan Allah Swt. dengan adab seorang
hamba yang hina dan berdosa di hadapan-Nya. Berusahalah agar Allah tidak
melihatmu sedang melakukan sesuatu yang dilarang dan tidak melaksanakan apa-apa
yang diperintah. Hal itu hanya bisa terwujud jika engkau bisa membagi waktu dan
mengatur wirid-wiridmu dari pagi hingga petang. Jagalah perintah Allah Swt.
yang diwajibkan kepadamu, sejak dari bangun tidur hingga engkau kembali ke
pembaringan.
01. Adab Tidur
Jika
engkau ingin tidur, hamparkan tempat tidurmu dengan menghadap kiblat. Lalu
tidurlah diatas sisi kananmu seperti tidurnya mayit di liang kuburnya.
Ketahuilah bahwa tidur adalah bagaikan kematian dan terjaga adalah bagaikan
bangkit. Bisa jadi, Allah menggenggam rohmu di malam itu. Maka dari itu,
bersiap-siaplah untuk menghadapinya dengan tidur dalam keadaan suci dan
usahakan agar wasiatmu telah tertulis di bawah kepalamu. Engkau tidur seraya
bertobat dan meminta ampunan dari semua dosa dengan tekad tidak akan berbuat
maksiat lagi. Bertekadlah untuk berbuat baik kepada semua muslim jika Allah
membangunkanmu. Ingatlah bahwa engkau akan berbaring di liang kubur seperti itu
seorang diri, hanya ditemani oleh amalmu. Engkau hanya akan dibalas sesuai
dengan amal perbuatanmu itu.
Jangan
sampai engkau menghendaki tidur yang banyak dengan menghampar kasur empuk karena
tidur adalah menghentikan kehidupan. Kecuali, jika bangunmu justru menjadi
bencana bagimu sehingga tidur tersebut lebih membuat agamamu selamat.
Ketahuilah bahwa malam dan siang seluruhnya berjumlah dua puluh empat jam.
Jangan sampai tidurmu sepanjang siang dan malam lebih dari delapan jam. Karena,
jika engkau berumur sekitar enam puluh tahun cukup bagimu membuang dua puluh
tahun darinya, atau sepertiga dari umurmu itu.
Ketika
tidur, kembalilah bersiwak dan bersuci. Bertekadlah untuk bangun malam atau bangun
sebelum subuh. Dua rakaat di tengah malam merupakan salah satu harta kekayaan
yang berharga mulia. Perbanyaklah harta kekayaanmu itu guna menghadapi hari
miskinmu. Sebab, harta kekayaan dunia sama sekali tak akan berguna jika engkau
binasa.
Ketika tidur, ucapkanlah:
(Bismika rabbii wadha’tu janbii wabismika
arofa’uhu faghfirlii dzanbii. Allahumma bismika ahya wa amuut wa a’udzubika
allahumma min-syarri kulli dzii syarri. Wa min syarri kullidabbatin anta
akhidzdzi binashiyatiha, inni rabbi ’alaa shirath mustaqiim. Allahumma antal
wali falaiisa qablaka syai’in, wa antal akhirufalaisa ba’da katsi’in Wa
antazhzhihiru falaisa fauqaka syai’in Wa antal bathinu falaisa duunaka syai’in
Iqdhii ‘anniid dunya wa aghninii minal faqri. Allahumma antalkhalaqta nafsii wa
anta tatawwafaha, laka mamatuha wa mahyaha, in amattaha faghfirlaha wa in
ahyaitaha fahfazhha bimatahfazhu bihi ‘ibadakash shalihiin. Allahumma inni as
‘alukal ‘afwa wal ‘afiyata fiiddiin waddunya wal aakhirati. Allahummaaiqithnii
fii ahabiissa ‘ati ilaika was ta’malnii bi ahabbil ‘amal ilaika hatta
tuqarribanii ilaika zulfa wa tub ‘idanii ‘an sakhathika ba’da an as
alakafatu’thiinii wa astaghfiraka fataghfirulii wa ad’uuka fatastajiibulii).
(“Dengan nama-Mu wahai Tuhanku,
kuletakkan punggungku dan dengan nama-Mu pula kuangkat serta ampunilah
dosa-dosaku. Ya Allah, lindungi aku dari siksaMu pada hari para hamba-Mu
dibangkitkan. Ya Allah, dengan nama-Mu aku hidup dan mati. Aku berlindung
pada-Mu dari keburukan segala sesuatu yang memiliki keburukan serta dari
kejahatan setiap yang melata. Engkaulah yang menggenggam ubun-ubunnya.
Sesungguhnya Tuhanku berada di jalan yang lurus. Ya Allah, Engkaulah Yang Maha
Pertama yang tidak didahului oleh sesuatu dan Engkau pula Yang Maha Terakhir
yang tak ada sesuatu sesudah-Mu. Engkau Mahatampak, tak ada sesuatu di atas-Mu.
Engkau Maha Tersembunyi, tak ada sesuatu di bawah-Mu. Bayarkanlah hutangku dan
angkatlah aku dari kemiskinan. Ya Allah, Engkau yang menciptakan diriku dan
engkau pula yang mewafatkannya. Kematian dan kehidupannya ada pada kekuasaanMu.
Jika engkau matikan diriku ini, maka ampunilah dia, dan jika engkau hidupkan,
maka jagalah dia sebagaimana engkau menjaga para hamba-Mu yang saleh. Ya Allah
aku meminta pada-Mu pengampunan dan keselamatan di dunia dan akhirat. Ya Allah,
bangunkan aku dalam waktu terbaik menurutmu. Buatlah aku melakukan
perbuatan-perbuatan yang paling Kau senangi sehingga hal itu akan mendekatkan
diriku pada-Mu dan menjauhkannya dari murka-Mu setelah aku meminta pada-Mu.
Setelah aku meminta pada-Mu, maka Engkau memberikannya, aku meminta ampunan
pada-Mu maka Kau terima, dan aku berdoa pada-Mu maka Kau kabulkan untukku.”)
Kemudian
bacalah ayat al-Kursi dan amana ar-rasalu (surat al-Baqarah: 285) sampai akhir
surat. Lalu surat al-Ikhlas, al-Falaq, dan an-Nas, serta al-Mulk. Usahakan
engkau tidur dalam keadaan berzikir pada Allah SWT. dan dalam keadaan suci
karena siapa yang melakukan itu, ia akan naik berserta rohnya ke arasy, dan
dicatat sebagai orang yang sedang salat sampai bangun kernbali. Apabila engkau
sudah bangun, lakukanlah apa yang telah kujelaskan sebelumnya padamu. Hendaklah
engkau hidup teratur seperti itu dalam sisa umurmu. Apabila engkau tak bisa
melakukannya secara konsisten, sabarlah sebagaimana sabarnya orang sakit ketika
menahan pahitnya obat dan ketika menunggu saat kesem-buhan. Renungkanlah umurmu
yang berusia pendek. Jika engkau hidup seratus tahun misalnya, maka usia
tersebut sangat pendek jika dibandingkan dengan lama-mu tinggal di negeri
akhirat karena ia merupakan negeri keabadian. Perhatikan bahwa jika engkau bisa
bersabar menghadapi beban penderitaan dan kehinaan dalam mencari kehidupan
dunia selama sebulan atau setahun karena berharap bisa beristirahat sesudahnya
selama dua puluh tahun misalnya, lalu bagaimana engkau tak mau bersabar selama
beberapa hari untuk ibadah guna mengharap kehidupan abadi? Jangan perpanjang
angan-anganmu, karena hal itu akan memberatkanmu dalam beramal. Perhitungkanlah
dekatnya kematianmu lalu katakan pada dirimu: Jika aku bisa bersabar menghadapi
penderitaan hari ini barangkali aku mati malam nanti, dan aku akan bersabar
pada malamnya karena barangkali aku mati esok hari. Sesungguhnya kematian tidak
hanya datang pada saat tertentu, kondisi tertentu, atau pada usia tertentu.
Yang jelas, ia pasti datang dan harus siap dihadapi. Bersiap-siap menghadapi
kematian lebih utama ketimbang bersiap-siap menghadapi dunia. Engkau tahu bahwa
dirimu tidak akan lama tinggal di dalam dunia. Oleh karena itu, yang tersisa
dari hidupmu barangkali hanya tinggal satu hari atau satu tarikan nafas.
Tanamkan hal ini dalam hatimu setiap hari. Paksakan dirimu untuk bersabar dalam
taat kepada Allah SWT. hari demi hari. Jika engkau memperhitungkan akan hidup
selama lima puluh tahun, maka engkau akan sulit untuk bisa bersabar dalam
menaati Allah SWT.
Manakala
engkau bisa bersabar selalu setiap hari, ketika meninggal engkau akan mendapati
kebahagiaan yang tak ada habis-habisnya. Sementara jika engkau menunda-nunda
dan meremehkan, kematian itu akan mendatangimu pada waktu yang tak kau duga
sehingga engkau akan menyesal dengan penyesalan yang tak berujung. Ketika pagi,
sekelompok makhluk mulia bertahmid dan ketika mati, datang berita yang benar
itu kepadamu, “Setelah beberapa waktu, engkau akan mengetahui kebenaran berita
Alquran tersebut” (Q.S. Shaad: 88).
Jika
sebelumnya kami sudah menunjukkan urutan wirid padamu, kami akan sebutkan di
sini bagaimana cara dan adab-adab melaksanakan salat dan puasa serta bagaimana
adab menjadi imam dan panutan, juga bagaimana melaksanakan salat jumat.
02. Adab Shalat
Apabila
engkau telah selesai membersihkan kotoran dan najis yang terdapat di badan,
pakaian, dan tempat salat, juga engkau telah menutup aurat dari pusar sampai
dengkul, maka berdirilah menghadap ke arah kiblat dengan kaki yang lurus tapi
tidak dirapatkan sedangkan engkau berada dalam posisi tegak. Lalu bacalah
surat an-Naas guna berlindung dari setan yang terkutuk. Hadirkan hatimu ketika
itu. Buanglah segala bisikan dan rasa was-was. Perhatikan kepada siapa engkau
sedang menghadap dan bermunajat sekarang. Hendaknya engkau malu untuk
bermunajat kepada Tuhan dengan hati yang lalai dan dada yang penuh dengan
bisikan dunia beserta kebejatan syahwat. Sadarlah bahwa Allah Swt. mengetahui
semua yang tersembunyi di dalam dirimu dan melihat hatimu. Allah hanya
menerima salatmu sesuai dengan kadar kekhusyukan, ketundukan, dan ketawaduanmu.
Sembahlah
Allah dalam salatmu seakan-akan engkau melihat-Nya. Apabila engkau tak
melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. Jika hatimu tidak hadir dan anggota
badanmu tidak bisa tenang maka hal itu disebabkan engkau tidak betul-betul
mengenal keagungan-Nya. Bayangkan jika ada seorang saleh di antara keluargamu
yang melihatmu ketika engkau salat. Pada saat itu, pasti hatimu akan khusyuk
dan anggota badanmu akan tenang. Lalu, tanyakan pada dirimu, “Wahai jiwa yang
buruk, tidakkah engkau malu kepada Pencipta dan Tuanmu?” Apabila engkau mampu
salat secara khusyuk dan tenang karena dilihat seorang hamba yang hina, yang
tak bisa memberikan manfaat atau bahaya padamu, sedang engkau mengetahui bahwa
Dia melihatmu tapi engkau tak takut pada keagungan-Nya, apakah Allah SWT. lebih
rendah dibandingkan hamba-Nya itu? Betapa durhaka dan bodohnya engkau! Betapa
engkau memusuhi dirimu itu!
Obatilah
hatimu dengan cara itu, barangkali ia akan menjadi hadir dalam salatmu. Salatmu
hanyalah saat engkau sadar kepadanya. Adapun salat yang engkau kerjakan dengan
hati yang lalai dan lupa, maka ia butuh pada istigfar dan perenungan.
Manakala
hatimu sudah hadir, jangan lupa mengucapkan ikamah kalau engkau salat
sendirian. Tapi, jika engkau menunggu datangnya jamaah yang lain hendaknya
engkau melakukan azan lalu ikamah. Apabila engkau sudah mengucapkan ikamah,
berniatlah dan bacalah dalam hatimu, “Aku laksanakan salat lohor karena Allah
Swt.” Usahakan niat tersebut hadir dalam hatimu ketika engkau bertakbir. Jangan
sampai niatmu tak kau sadari sebelum takbir selesai. Angkatlah tanganmu saat
bertakbir ke arah pipi dan pundakmu dengan jari-jari yang tidak dihimpitkan.
Jangan terlalu menempel ataupun menjauh. Yang penting ibu jarimu berada di
hadapan kedua cuping telingamu, ujung-ujung jarimu berada di atas kuping, serta
telapak tangan di atas pundak. Jika kedua telapak tanganmu sudah berada pada
posisi terwbut bertakbirlah lalu turunkan kembali dengan perlahan. Saat
diangkat atau diturunkan, jangan kau hentakkan tanganmu ke depart secara keras
dan jangan pula diangkat sampai ke belakang. Selain itu, jangan kau gerakkan ia
ke kanan atau ke kiri. Ketika diturunkan, mulailah engkau meletakkan tanganmu
di atas dada. Iangan kanan berada di atas yang kiri. Renggangkan lari-jari
kananmu di lengan tangan yang kiri. Genggam di atas siku. Setelah bertakbir
bacalah:
(Allahu akbar kabiiran walhamduilllah
katsiiran wa subhanalla bukrattan wa ashiilla, inni wajjahtu wajhiya lilladzii
fatharas samawati wal ardha haniifan musliman wa ma ana minal musyrikin. Inni
shalatii wa nusukii wa mahyaya wamamatii lillahi rabbil ‘alamiin laa
syarikallahuwa bi dzalika umirtu wa ana minal muslimiin).
(“Allah Mahabesar dengan segala sifat
kebesaran-Nya. Pujian bagi Allah sebanyak-banyaknya dan Mahasuci Allah pada
tiap pagi dan sore. Aku hadapkan wajahku pada Tuhan yang mencipta langit dan
bumi dengan lurus dan aku bukan dari golongan yang musyrik. Sesungguhnya
salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku semata-mata karena Tuhan seru sekalian
alam. Tiada sekutu bagi-Nya. Begitulah aku diperintah dan aku termasuk dari
golongan Islam (menyerah dan patuh).”)
Setelah
itu, bacalah al-Fatihah dengan tekanan yang kuat. Usahakan untuk membedakan
antara huruf dhad dan zha’ dalam bacaan salatmu. Lalu ucapkan amin secara
terpisah dengan kata walaad-dhaliin.
Nyaringkan
bacaanmu pada salat subuh, magrib, dan isya. Maksudnya, pada dua rakaat yang
pertama, kecuali jika engkau menjadi makmum. Jika menjadi makmum, nyaringkan
bacaanamin. Lantas, dalam salat subuh, bacalah salah satu surat yang panjang
setelah bacaan surat al-Fatihah. Sementara pada waktu magrib, cukup surat yang
pendek. Adapun pada salat lohor, asar, dan isya, bacalah surat yang
pertengahan. Misalnya surat al-Buruj dan yang semisalnya. Ketika salat subuh
yang dilaksanakan dalam perjalanan, bacalah surat al-Kafirun dan surat
al-Ikhlas. Jangan engkau sambungkan akhir bacaan surat dengan takbir untuk
rukuk, tapi pisahkan antara keduanya dengan seukuran bacaan subhanallah.
Ketika
berdiri, usahakan untuk senantiasa menunduk dengan hanya memandang tempat
salatmu. Hal itu, akan membuatmu lebih berkonsentrasi dan membuat hatimu lebih
khusyuk. Jangan engkau menoleh ke kiri atau ke kanan pada saat sedang salat.
Lalu
bertakbirlah untuk rukuk. Angkat tanganmu dengan cara yang sudah dijelaskan
sebelumnya. Panjangkan bacaan takbir sampai engkau berada pada posisi rukuk.
Lalu, letakkan telapak tanganmu di atas lutut sementara jari-jemarimu berada
pada posisi yang renggang. Tegakkan lututmu serta bentangkan punggung, leher,
dan kepalamu secara lurus. Lantas, jauhkan sikumu dari pinggang. Sementara
untuk wanita tidak demikian karena mereka hendaknya menempelkan yang satu dengan
yang lain. Lalu ucapkan:
Subhana rabbiyal ‘azhiim
“Mahasuci Tuhanku Yang Mahaagung.”
Bacaan
tersebut diucapkan sebanyak tiga kali. Jika engkau salat sendirian, bagus pula
kalau ditambah sampai menjadi tujuh atau sepuluh kali. Kemudian angkat
kepalamu sampai berdiri tegak seraya mengangkat tangan dan membaca:
Sami ‘allahu liman hamidah
“Allah mendengar siapa yang memuji-Nya.”
Apabila
engkau telah berdiri tegak lurus, ucapkan:
Rabbana lakal hamdu mil’as samawati wa
mil ardhi wa mil ama syi’ta min syai’in ba’du
“Wahai Tuhan kami, segala puji bagi-Mu
sepenul langit dan bumi dan sepenuh apa yang Kau kehendak sesudah itu.”
Apabila
engkau sedang dalam melakukan salat subuh, bacalah doa qunut pada rakaat kedua
ketika dalan posisi iktidal. Lalu, sujudlah dengan bertakbir tanpa mengangkat
kedua tangan. Pertama-tama, letakkanlal kedua lututmu diikuti kemudian oleh
kedua tanganmi lalu dahimu yang berada dalam keadaan terbuka. Letakkan hidung
beserta dahimu. jauhkan sikumu dari pinggang dan angkat perutmu dari paha (Hal
ini tidak berlaku bagi wanita). Letakkan kedua tanganmu di atas tanah sejajar
dengan pundakmu. Jangan kau bentangkan lenganmu di atas tanah. Dan ucapkan:
Subhana rabbiyal ‘alaa
“Mahasuci Tuhanku Yang Mahatinggi”
Doa di
atas dibaca sebanyak tiga kali, tujuh kali, atau sepuluh kali jika engkau salat
sendirian.
Lalu,
angkat kepalamu dari sujud seraya bertakbir sampai engkau duduk dengan tegak.
Duduklah di atas kaki kiri. Tegakkan kaki kananmu. Letakkan kedua tanganmu di
atas paha dengan jari-jemari yang renggang. Lantas ucapkan (minimal):
‘rabbighfirlii warhamnii warzuqni
wajburnii wa ‘afinii wa ‘afuanii
“Ya Tuhan, ampunilah aku, sayangilah aku,
berikar rezeki padaku, pimpinlah aku, tambahkan kekuranganku, dan maafkanlah
daku.”
Kemudian
lakukan sujud yang kedua sama seperti sebelumnya. Lalu duduk tegak sebentar
untuk istirahat pada setiap rakaat yang tak disertai tasyahud.
Setelah
itu, engkau berdiri dan meletakkan kedua tangan di atas tanah. Jangan engkau
mendahulukan salah satu kakimu ketika berdiri. Mulailah dengan takbir untuk
berdiri saat hampir selesai dari duduk istirahat. Panjangkan bacaan takbir
tersebut sampai pada posisi setengah berdiri. Usahakan agar duduk istirahat
tersebut berlangsung sebentar. Lalu, laksanakan rakaat kedua seperti rakaat
pertama. Ulangi membaca taawud ketika memulai. Lalu duduklah pada rakaat kedua
untuk membaca tasyahud pertama. Saat duduk tasyahud, letakkan tangan kananmu
di atas paha kanan dengan jari yang tergenggam kecuali jari telunjuk dan ibu
jari. Berilah isyarat dengan jari telunjukmu yang kanan saat membaca
illallah(kecuali Allah), bukan pada kata-kata Iaa ilaha (tiada Tuhan).
Sementara itu, engkau letakkan tangan kirimu dengan jari jari terbuka di atas
paha kiri. Duduklah di atas kaki kiri dalam tasyahud pertama ini seperti ketika
duduk antara dua sujud. Adapun pada tasyahud akhir, duduklah secara tawaruk (di
atas pangkal paha). Setelah mengucapkan salawat atas Nabi Saw., bacalah doa
yang sudah dikenal. Duduklah di atas pangkal paha yang kiri sementara kaki
kirimu keluar dari sisi bawah. Tegakkan posisi kaki kananmu lalu ucapkan salam
dua kali dari ke kanan dan kiri. Menolehlah hingga tampak putihnya kedua
pipimu dari kedua sisi. Berniatlah untuk menyudahi salat dan arahkan salammu
pada para malaikat dan kaum muslim yang berada di sampingmu. Begitulah gerakan
salat sendirian.
Tiang
penopang salat adalah kekhusyukan dan kehadiran hati disertai bacaan, dan
pemahaman. Hasan al-Basri rahimahullah berkata, “Setiap salat yang tidak
disertai oleh kehadiran hati akan cepat terkena hukuman.” Rasul Saw. bersabda,
“Seorang hamba adakalanya melakukan salat tapi ia tidak mendapat seperenam atau
sepersepuluh dari salatnya. Karena, ganjaran salat bagi seorang hamba sesuai
dengan kadar kekhusyu’kannya.
03. Adab Menjadi Imam
Seorang
imam hendaknya meringankan salat. Anas bin Malik r.a. berkata, “Aku tidak
melakukan salat di belakang seorang pun yang lebih ringan dan lebih sempurna
salatnya dari pada salat Rasulullah Saw.”
Seorang
imam hendaknya tidak bertakbir sebelum muazin membacakan iqamah dan sebelum
shaf salat lurus sempurna. Ia harus meninggikan suara ketika bertakbir,
sementara makmum tidak meninggikan suara kecuali sebatas yang bisa ia dengar
sendiri. Imam harus berniat menjadi imam guna memperoleh keutamaan. Jika sang
imam tak berniat, salat para jamaah tetap sah apabila mereka telah berniat
mengikutinya. Mereka juga memperoleh pahala bermakmum. Imam tidak boleh
menyaringkan bacaan iftitah dan ta’awudz sebagaimana dalam salat sendirian.
Tapi ia menyaringkan bacaan al-Fatihah dan surat sesudahnya dalam salat-salat
subuh, serta dalam dua rakaat pertama magrib dan isya. Dalam salat jahar (yang
dibaca secara keras), makmum menyaringkan ucapan amin dengan bersama-sama
imam, bukan sesudah imam. Lalu, imam diam sejenak setelah membaca surat
al-Fatihah. Di saat itulah makmum membaca surat al-Fatihah agar sesudahnya ia
bisa mendengarkan bacaan imam. Pada salat jahar, makmum tidak membaca surat
kecuali jika ia tidak mendengar suara imam. Hendaknya seorang imam tidak
membaca tasbih dalam rukuk dan sujud lebih dari tiga kali dan juga tidak
memberikan tambahan dalam tasyahud awal setelah membaca salawat kepada Nabi.
Pada dua rakaat terakhir, imam cukup membaca surat al-Fatihah, tidak usah
menambah-nambahnya lagi. Juga ketika tasyahud akhir imam cukup membaca tasyahud
dan salawat kepada Rasulullah Saw. Ketika bersalam, imam hendaknya berniat
memberikan salam kepada semua jamaah sedangkan jamaah atau makmum dengan
salamnya berniat menjawab salam imam. Setelah itu imam berdiam sebentar dan
menghadap kepada para jamaah. Jika yang ada di belakangnya adalah para wanita,
maka ia tidak usah menoleh sampai mereka bubar. Hendaknya makmum tidak berdiri
sampai imam berdiri, lalu imam pergi entah ke arah kanan atau tapi lebih baik
ke arah kanan.
Imam
tidak boleh berdoa untuk dirinya sendiri dalam membaca qunut subuh tapi
hendaknya ia mengucapkan Allahumma ihdina (Ya Allah, tunjukkan kami) dengan
suara nyaring, sedangkan para makmum mengamininya tanpa mengangkat tangan
mereka karena hal itu tak terdapat dalam riwayat. Selebihnya makmum membaca
sendiri sisa dari doa qunut tersebut, yakni dimulai dari Innaka la yaqdhi wa la
yuqdha ‘alaika. Makmum tidak boleh berdiri sendirian secara terpisah, Ia harus
masuk ke dalam barisan atau menarik orang lain untuk membuat barisan dengannya.
Makmum tak boleh berdiri di depan iman, mendahului, atau bergerak secara
bersamaan dengan gerakan imam. Tapi, Ia harus melakukannya sesudah imam. Ia tak
boleh rukuk kecuali setelah imam sempurna dalam posisi rukuk. Begitu pun, ia
tak boleh sujud selama dahi imam belum sampai di tanah.
04. Adab Salat Jum’at
Ketahuilah
bahwa Jum’at merupakan hari raya bagi orang-orang yang beriman. Ia merupakan
hari mulia yang khusus diperuntukkan Allah bagi umat ini. Di dalamnya ada
saat-saat penting yang apabila seorang mukmin meminta kebutuhannya kepada
Allah SWT, pasti Allah akan mengabulkan. Oleh karena itu, persiapkanlah dirimu
untuk menghadapi hari raya tersebut semenjak hari Kamis dengan cara
membersihkan pakaian dan banyak bertasbih dan istigfar pada Kamis petang
(sore)-nya, karena keutamaan saat itu sama dengan keutamaan hari Jumat.
Berniatlah untuk berpuasa untuk hari Jumat. Tetapi harus dengan hari Kamis
atau hari Sabtu, tidak boleh dikerjakan pada hari Jumat saja.
Jika
subuh telah tiba, mandilah dengan niat mandi Jumat karena mandi pada hari Jumat
hukumnya sunah muakkad. Kemudian berhiaslah dengan memakai pakaian putih
karena itulah pakaian yang paling dicintai Allah Swt, lalu pakailah parfum yang
paling wangi yang kamu miliki, dan bersihkan badanmu dengan bercukur rambut,
menggunting kuku, bersiwak, dan yang lainnya, kemudian segeralah bergegas
menuju mesjid dan berjalanlah dengan perlahan dan tenang. Nabi Saw. bersabda,
“Siapa yang pergi untuk salat Jumat di waktu yang pertama seakan-akan ia telah
berkurban unta, siapa yang pergi pada waktu kedua seakan-akan ia berkurban
sapi betina, siapa yang pergi di waktu ketiga, seakan-akan ia berkurban kambing
kibas, siapa yang pergi di waktu ke empat seakan-akan ia berkurban ayam, siapa
yang pergi di waktu kelima seakan-akan ia berkurban telur. Jika imam sudah
keluar atau naik mimbar, maka lembaran-lembaran itu pun dilipat dan pena-pena
diangkat, sementara para malaikat berkumpul di mimbar untuk mendengarkan zikir
/ peringatan.”
Disebutkan
bahwa kedekatan manusia dalam pandangan Allah SWT, bergantung pada cepatnya
mereka menuju salat Jumat. Kemudian, apabila engkau berada di mesjid, usahakan
untuk berada di shaf yang pertama. Jika manusia sudah banyak berkerumun, jangan
melewati pundak mereka dan jangan pula lewat di hadapan mereka yang sedang
salat. Duduklah dekat tembok agar mereka tidak lewat di depanmu. Sebelum itu
lakukanlah salat tahiyyatul masjid. Lebih baik lagi, kalau engkau salat
sebanyak empat rakaat. Dalam setiap rakaat, setelah membaca surat al-Fatihah,
engkau membaca surat al-Ikhlas sebanyak lima puluh kali.
Disebutkan
dalam satu riwayat bahwa siapa yang melakukan amalan tersebut, ia tidak akan
meninggal dunia sampai melihat tempat duduknya di surga atau hal itu
diperlihatkan padanya. Jangan sampai engkau meninggalkan salat tahiyyatul
masjid walaupun imam sedang berkhotbah. Disunahkan agar dalam empat rakaat itu
engkau membaca surat al-An’am, surat al-Kahfi, surat Thaha, dan surat Yasin. Jika
tidak mampu, engkau bisa membaca surat Yásin, surat ad-Dukhan’ , surat Alif Lam
Mim, as-Sajadah, dan surat al-Mulk. Sebaiknya engkau membaca surat tersebut
pada malam Jumat karena di dalamnya banyak sekali keutamaan. Siapa yang tak
bisa, perbanyaklah membaca surat al-Ikhlas.
Perbanyaklah
membaca salawat atas Rasulullah SAW. khususnya pada hari tersebut. Manakala
imam atau khatib sudah naik mimbar, berhentilah dari salat dan berbicara.
Sibukkan dirimu dengan menjawab panggilan azan serta dengan mendengarkan
khotbah dan ceramah. Sama sekali tak boleh berbicara ketika khatib sedang
berkhotbah. Dalam riwayat disebutkan, “Siapa yang berkata kepada temannya,
`Diamlah” saat imam berkhotbah maka ia telah berbuat sia-sia. Dan siapa yang
berbuat sia-sia, maka ia tak mendapat keutamaan Jumat.” itu karena perintah
diam itu sendiri berbentuk ucapan. Sebaiknya larangan diberikan dalam bentuk
isyarat, bukan dengan kata-kata.
Lalu
ikutilah perbuatan imam seperti telah disebutkan sebelumnya. Apabila telah
selesai, sebelum berbicara bacalah surat al-Fatihah, surat al-Ikhlas, surat al‑Falaq dan surat an-Naas, masing-masing tujuh kali. Itu akan
melindungimu dari Jumat ke Jumat, juga akan menjagamu dari setan. Setelah itu,
bacalah:
“Allahumma yaa ghaniyy yaa hamiid yaa Mubdii
yaa mu’iid yaa rahiimi yaa waduud aghninii bihalalika ‘an haramika bi fadhlika
‘an ma’shiyatika wabifadhlika ‘amman siwaak.”
“Ya Allah wahai Zat Yang Mahakaya, Maha
Terpuji, Maha Memulai, Maha Mengembalikan, Maha Penyayang, dan Maha Pemberi.
Berilah kecukupan padaku dengan yang halal bukan yang haram; dengan taat,
bukan maksiat; dan dengan karunia-Mu, bukan selain-Mu.”
Setelah
itu, lakukanlah salat dua rakaat atau enam rakaat yang dilakukan dengan
dua-dua. Semua itu terdapat dalam riwayat yang berasal dari Rasulullah Saw.
dalam kondisi yang berbeda-beda.
Kemudian
menetaplah di mesjid sampai waktu maghrib atau asar. Hendaknya engkau selalu
memperhatikan waktu yang mulia. Sebab, waktu mulia tersebut terdapat sepanjang
hari itu, tapi tidak ditentukan secara pasti. Mudah-mudahan engkau
memperolehnya ketika sedang berada dalam kondisi yang khusyuk dan tunduk
kepada Allah SWT. Selama di mesjid, jangan engkau mendekati majelis cerita
dan kisah. Tapi, hendaknya engkau menghampiri majelis yang berisi ilmu yang
bermanfaat. Majelis itulah yang bisa membuatmu lebih takut kepada Allah dan
membuatmu kurang cinta pada dunia. Jika suatu ilmu tak mampu mengajakmu untuk
meninggalkan dunia menuju akhirat, maka lebih baik tak usah mengetahui ilmu
tersebut. Berlindunglah kepada Allah dari ilmu yang tak bermanfaat.
Perbanyaklah
berdoa ketika matahari terbit, tergelincir, dan terbenam, ketika khatib naik
mimbar, dan ketika orang-orang berdiri untuk menunaikan salat, karena
kemungkinan besar itulah waktu-waktu yang mulia.
Berusahalah
untuk bersedekah semampumu pada hari tersebut walaupun sedikit. Dengan
demikian, engkau telah mengumpulkan antara salat, puasa, sedekah, membaca
Alquran, zikir, dan iktikaf. Jadikan hari tersebut sebagai waktu yang khusus
kau peruntukkan bagi akhiratmu ; barangkali is menjadi penebus dosa bagi
hari-hari lainnya dalam seminggu.
B. Bagian Kedua: Menghindari Maksiat
القسم الثاني القول في اجتناب المعاصى
توطئة
اعلم ان للدين شطرين، أحدهما: ترك المناهي،
والآخر: فعل الطاعات.. وترك المناهي هو الأشد؛ فإن الطاعات يقدر عليها كل واحد،
وترك الشهوات لا يقدر عليه إلا الصديقون،
فلذلك قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:
(المهاجر من هجر السوء، والمجاهد من جاهد هواه).
واعلم أنك إنما تعصي الله بجوارحك، وهي
نعمة من الله عليك وأمانة لديك، فاستعانتك بنعمة الله على معصيته غاية الكفران،
وخيانتك في أمانة استودعها الله غاية الطغيان؛ فأعضاؤك رعاياك، فانظر كيف ترعاها؛
فكلكم راع، وكلكم مسؤول عن رعيته.
واعلم أن جميع أعضائك ستشهد عليك في عرصات
القيامة بلسان طلق ذلق، تفضحك به على رؤوس الخلائق، قال الله تعالى: (يوم تشهد
عليهم ألسنتهم وأيديهم وأرجلهم بما كانوا يعملون) ، وقال الله تعالى: (اليوم نختم
على افواههم وتكلمنا أيديهم وتشهد أرجلهم بما كانوا يكسبون) . فاحفظ يا مسكين جميع
بدنك من المعاصى، وخصوصا أعضاءك السبعة؛ فإن جهنم لها سبعة أبواب لكل باب منهم جزء
مقسوم، ولا يتعين لتلك الابواب إلا من عصا الله تعالى بهذه الاعضاء السبعة، وهي:
العين، والأذن، واللسان، والبطن، والفرج، واليد، والرجل.
آداب العين
أما العين: فإنما خلقت لك لتهتدي بها في
الظلمات، وتستعين بها في الحاجات، وتنظر بها إلى عجائب ملكوت الأرض والسموات،
وتعتبر بما فيها من الآيات؛ ن فاحفظها عن أربع: أن تنظر بها إلى غير محرم، أو إلى
صورة مليحة ولا بشهوة نفس، أو تنظر بها إلى مسلم بعين الاحتقار، أو تطلع بها على
عيب مسلم.
آداب الأذن
وأما الأذن: فاحفظها عن أن تصغي بها إلى
البدعة، أو الغيبة، أو الفحش، أالخوض في الباطل، أو ذكر مساوىء الناس؛ فإنما خلقت
لك لتسمع بها كلام الله تعالى، وسنة رسول الله صلى الله عليه وسلم، وحكمة أوليائه،
وتتوصل باستفادة العلم بها إلى الملك المقيم والنعيم الدائم في جوار رب العالمين.
فإذا أصغيت بها إلى شيء من المكاره صار ما كان لك عليك، وانقلب ما كان سبب فوزك
سبب هلاكك، وهذا غية الخسران. ولا تظن أن الإصم يختص به القائل دون المستمع؛ ففي
الخبر: (أن المستمع شريك القائل وهو أحد المغتابين)
آداب اللسان وأما اللسان: فإنما خلق لتكثر
به ذكر الله تعالى وتلاوة كتابه، وترشدن به خلق الله تعالى إلى طريقه، وتظهر به ما
في ضميرك من حاجات دينك ودنياك. فإذا استعملته في غير ما خلق له، فقد كفرت نعمة
الله تعالى فيه، وهو أغلب أعضائك عليك وعلى سائر الخلق، ولا يكب الناس في النار
على مناخرهم إلا حصائد ألسنتهم.
فاستظهر عليه بغاية قوتك حتى لا يكبك في
قعر جهنم، ففي الخبر: (إن الرجل ليتكلم بالكلمة ليضحك بها أصحابه فيهوي بها في قعر
جهنم سبعين خريفا) ، وروى أنه قتل شهيد في المعركة على عهد رسول الله صلى الله
عليه وسلم فقال قائل: ن هنيئا له الجنة، فقال: صلى الله عليه وسلم: (وما يدريك
لعله كان يتكلم فيما لا يعنيه، ويبخل بما لا يغنيه)
Ketahuilah,
bahwa agama Islam terdiri atas dua bagian: meninggalkan apa yang dilarang dan
melakukan amal ketaatan. Meninggalkan apa yang dilarang jauh lebih sulit karena
melakukan amal ketaatan dapat dilakukan setiap orang, sedangkan meninggalkan
syahwat hanya bisa diwujudkan oleh mereka yang tergolong shiddiqun. Oleh
karena itu, Rasulullah SAW. bersabda, “Orang yang berhijrah adalah yang
meninggalkan keburukan, sedangkan orang yang berjihad adalah yang berjuang
melawan hawa nafsunya.” Ketahuilah bahwa ketika engkau bermaksiat sesungguhnya
engkau melakukan maksiat tersebut dengan anggota badanmu padahal ia merupakan
nikmat dan amanat Allah yang diberikan kepadamu. Mempergunakan nikmat Allah
dalam rangkat bermaksiat kepada-Nya adalah puncak kekufuran. Dan berkhianat
terhadap amanat yang dititipkan Allah kepadamu betul-betul merupakan perbuatan
yang melampaui batas. Anggota badanmu adalah rakyat atau gembalaanmu, maka
perhatikan dengan baik bagaimana kamu menggembalakan mereka. Masing-masing
kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas yang
dipimpinnya. Sadarlah bahwa semua anggota badanmu akan menjadi saksi atasmu pada
hari kiamat dengan lidah yang fasih. Ia akan menyingkap rahasiamu di hadapan
semua makhluk. Allah Swt. berfirman, “Pada hari dimana lidah, tangan, dan kaki
mereka menjadi saksi atas perbuatan yang kalian lakukan” (Q.S. an-Nur: 24)
Allah Swt berfirman, “Pada hari ini, Kami tutup mulut mereka sedangkan tangan
mereka berbicara pada Kami dan kaki mereka menjadi saksi atas apa yang mereka
kerjakan” (Q.S. Yasin: 65).
Oleh
karena itu, peliharalah semua anggota badanmu dari maksiat, khususnya tujuh
anggota badanmu karena neraka Jahannam memiliki tujuh pintu. Masing-masing
mereka mempunyai bagian tersendiri. Yang masuk ke dalam pintu-pintu neraka
Jahannam itu adalah mereka yang bermaksiat kepada Allah Swt. dengan tujuh
anggota badan tersebut, yaitu mata, telinga, lidah, perut, kemaluan, tangan,
dan kaki.
Adab Mata
Mata
diciptakan agar bisa memberi petunjuk padamu di waktu gelap, agar bisa kau
pergunakan pada saat diperlukan, agar dengannya engkau melihat semua keajaiban
langit dan bumi, dan agar engkau bisa mengambil pelajaran dari tanda-tanda
kekuasaan-Nya. Maka dari itu, peliharalah matamu itu dari empat hal: melihat
yang bukan mahram-nya, melihat gambar bagus dengar syahwat, melihat seorang
muslim dengan pandangan meremehkan, serta melihat aib seorang muslim.
Adab Telinga
Adapun
telinga, maka peliharalah ia agar tidak mendengar bidah, gibah, perkataan keji,
takut pada kebatilan, atau kejelekan orang. Telinga tersebut diciptakan untukmu
agar engkau bisa mendengar kalam Allah Swt, sunah Rasulullah Saw, dan kata
hikmah para wali serta agar engkau bisa mempergunakannya untuk bisa menggapai
surga yang penuh kenikmatan, kekal abadi di sisi Tuhan Penguasa alam semesta.
Jika engkau mempergunakan telinga tersebut pada sesuatu yang dibenci ia akan
menjadi beban atau musuh bagimu. Begitu pula ia akan berbalik arah dari yang
seharusnya bisa mengantarkanmu menuju kesuksesan, menjadi mengantarkanmu menuju
kehancuran. Ini benar-benar merupakan kerugian. Jangan engkau mengira bahwa
dosanya hanya dibebankan kepada si pembicara, sedangkan si pendengar terbebas
dari dosa. Karena, dalam riwayat disebutkan, pendengar adalah sekutu bagi yang
berbicara. Ia adalah salah satu pihak dari dua orang yang sedang bergibah
(bergunjing).
Adab Lisan
Adapun
lisan (mulut), maka ia diciptakan agar dengannya engkau bisa banyak berzikir
kepada Allah Swt, membaca Kitab Suci-Nya, memberi petunjuk kepada makhluk
Allah lainnya, serta mengungkapkan kebutuhan agama dan duniamu yang tersimpan
dalam hati. Apabila engkau mempergunakannya bukan pada tujuan yang telah
digariskan berarti engkau telah kufur terhadap nikmat Allah Swt. Lidah
merupakan anggota badanmu yang paling dominan. Tidaklah manusia diceburkan ke
dalam api neraka melainkan sebagai akibat dari apa yang dilakukan oleh lidah.
Maka peliharalah ia dengan semua kekuatan yang kau miliki agar ia tidak
menjerumuskanmu ke dalam dasar neraka. Sebuah riwayat menyebutkan,
“Sesungguhnya seseorang berbicara dengan satu kata yang dengannya ia ingin
membuat teman-temanuya tertawa, namun karena itu ia jatuh ke dasar neraka
selama tujuh puluh musim.” Dalam riwayat lain disebutkan bahwa ada seorang
syahid yang terbunuh di dalam peperangan pada masa Rasulullah Saw. Lalu
seseorang berkata, “Selamat baginya yang telah memperoleh surga!” Tapi Rasul
Saw. kemudian bersabda, “Dari mana engkau tahu? Barangkali ia pernah mengatakan
sesuatu yang tak berguna dan bakhil terhadap sesuatu yang takkan pernah
mencukupinya.”
Jaga Lisan dari Delapan Perkara
Maka, peliharalah lidahmu dari delapan
perkara:
Bohong
Pertama: berdusta. Jagalah lidahmu agar
jangan sampai berdusta baik dalam keadaan yang serius maupun bercanda. Jangan
kau biasakan dirimu berdusta dalam canda karena hal itu akan mendorongmu untuk
berdusta dalam hal yang bersifat serius. Berdusta termasuk induk dosa-dosa
besar. Kemudian, jika engkau dikenal mempunyai sifat seperti itu (pendusta)
maka orang tak akan percaya pada perkataanmu dan untuk selanjutnya engkau akan
hina dan dipandang sebelah mata. Apabila engkau ingin mengetahui busuknya
perkataan dusta yang ada pada dirimu, maka lihatlah perkataan dusta yang
dilakukan orang lain serta bagaimana engkau membenci, meremehkan, dan tidak
menyukainya. Lakukanlah hal semacam itu pada semua aib dirimu. Sesungguhnya
engkau tidak mengetahui aibmu lewat dirimu sendiri tapi lewat orang lain. Apa
yang kau benci dari orang lain, pasti juga orang lain membencinya darimu. Oleh
karenanya, jangan kau biarkan hal itu ada pada dirimu.
Ingkar Janji
Kedua: menyalahi janji. Engkau tak boleh
menjanjikan sesuatu tapi kemudian tidak menepatinya. Hendaknya engkau berbuat
baik kepada manusia dalam bentuk tingkah laku, bukan dalam bentuk perkataan.
Jika engkau terpaksa harus berjanji, jangan sampai kau ingkari janji tersebut,
kecuali jika engkau betul-betul tak berdaya atau ada halangan darurat. Sebab,
menyalahi janji merupakan salah satu dari tanda-tanda nifak dan buruknya
akhlak. Nabi Saw. bersabda, “Ada tiga hal, yang jika ada di antara kalian yang
jatuh ke dalamnya maka ia termasuk munafik, walaupun ia puasa dan salat.
Yaitu, jika berbicara ia berdusta, jika berjanji ia mengingkari, dan jika
diberi amanat ia berkhianat.”
Ghibah (Gosip)
Ketiga: gibah (menggunjing). Peliharalah
lidahmu dari menggunjing orang. Dalam Islam, orang yang melakukan perbuatan
tersebut lebih hebat daripada tiga puluh orang pezina. Begitulah yang terdapat
dalam riwayat. Makna gibah adalah membicarakan seseorang dengan sesuatu yang ia
benci jika ia mendengarnya. Jika hal itu engkau lakukan, maka engkau adalah
orang yang telah melakukan gibah dan aniaya, walaupun engkau berkata benar.
Hindarilah untuk menggunjing secara halus. Yaitu, misalnya engkau nyatakan
maksudmu secara tidak Iangsung dengan berkata, “Semoga Allah memperbaiki orang
itu. Sungguh tindakannya sangat buruk padaku. Kita meminta kepada Allah agar
Dia memperbaiki kita dan dia.” Di sini terkumpul dua hal yang buruk, yaitu
gibah (karena dari pernyataanya kita bisa memahami hal itu) dan merasa bahwa
diri sendiri bersih tidak bersalah. Tapi, jika engkau benar-benar bermaksud
mendoakannya, maka berdoalah secara rahasia jika engkau merasa berduka dengan
perbuatannya. Dengan demikian, jelaslah bahwa engkau tak ingin membuka rahasia
dan aibnya. Kalau engkau menampakkan dukamu karena aibnya, berarti engkau
sedang membuka aibnya. Cukuplah firman Allah Swt. ini menghalangimu dari gibah,
“Jangan sebagian kalian menggunjing sebagian yang lain. Apakah salah seorang di
antara kalian senang memakan daging saudaranya yang sudah mati. Pasti kalian
tidak menyukainya” (Q.S. al-Hujurat: 12).
Allah mengibaratkanmu dengan pemakan
bangkai manusia. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika engkau menghindari
perbuatan tersebut. Jika engkau mau merenung, engkau tak akan menggunjing
sesama muslim. Lihatlah pada dirimu, apakah dirimu itu mempunyai aib, baik yang
tampak secara lahiriah maupun yang tersembunyi? Apakah engkau sudah
meninggalkan maksiat, baik secara rahasia maupun terang-terangan? Jika engkau
menyadari hal itu, ketahuilah bahwa ketidakberdayaan seseorang untuk
menghindari apa yang kau nisbatkan padanya sama seperti ketidakberdayaanmu.
Sebagaimana engkau tidak suka jika kejelekanmu disebutkan, ia juga demikian.
Apabila engkau mau menutupi aibnya, niscaya Allah akan menutupi aibmu. Tapi
apabila engkau membuka aibnya, Allah akan jadikan lidah-lidah yang tajam
mencabik-cabik kehormatanmu di dunia, lalu Allah akan membuka aibmu di akhirat
di hadapan para makhluk-Nya pada hari kiamat. Apabila engkau melihat lahir dan
batinmu lalu engkau tidak menemukan aib dan kekurangan, baik dari aspek agama
maupun dunia, maka ketahuilah bahwa ketidaktahuanmu terhadap aibmu itu
merupakan kedunguan yang sangat buruk. Tak ada aib yang lebih hebat daripada
kedunguan tersebut. Sebab, jika Allah menginginkan kebaikan bagimu, niscaya
Dia akan memperlihatkan aib-aibmu. Tapi, apabila engkau melihat dirimu dengan
pandangan rida, hal itu merupakan puncak kebodohan. Selanjutnya, jika
sangkaanmu memang benar, bersyukurlah pada Allah Swt. Jangan malah engkau
rusak dengan mencela dan menghancurkan kehormatan mereka. Sebab, hal itu
merupakan aib yang paling besar.
Debat (Jidal wal Munaqasyah)
Keempat: mendebat orang. Karena, dengan
mendebat, kita telah menyakiti, menganggap bodoh, dan mencela orang yang kita
debat. Selain itu, kita menjadi berbangga diri serta merasa lebih pandai dan
berilmu. Ia juga menghancurkan kehidupan. Manakala engkau mendebat orang bodoh,
ia akan menyakitimu. Sedangkan manakala engkau mendebat orang pandai, ia akan
membenci dan dengki padamu. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang meninggalkan
perdebatan sedang ia dalam keadaan salah, maka Allah akan membangun untuknya
sebuah rumah di tepi surga. Dan siapa yang meninggalkan perdebatan padahal dia
dalam posisi yang benar Allah akan membangun untuknya sebuah rumah di surga
yang paling tinggi.”
Jangan sampai engkau tertipu oleh setan
yang berkata padamu, “Tampakkan yang benar, jangan bersikap lemah!” Sebab,
setan selalu akan menjerumuskan orang dungu kepada keburukan dalam bentuk
kebaikan. Jangan sampai engkau menjadi bahan tertawaan setan sehingga dia
mengejekmu. Menampakkan kebenaran kepada mereka yang mau menerimanya adalah
suatu kebaikan. Tetapi hal itu harus dilakukan dengan cara memberikan nasihat
secara rahasia bukan dengan cara mendebat. Sebuah nasihat memiliki karakter
dan bentuk tersendiri. Harus dilakukan dengan cara yang baik. Jika tidak, ia
hanya akan mencemarkan aib orang. Sehingga kebukannya lebih banyak daripada
kebaikan yang ditimhulkannya. Orang yang sering bergaul dengan para fakih
zaman ini memiliki karakter suka berdebat sehingga ia sulit diam. Sebab, para
ulama su’ tersebut mengatakan padanya bahwa berdebat merupakan sesuatu yang
mulia dan mampu berdiskusi merupakan satu kebanggaan. Oleh karena itu,
hindarilah mereka sebagaimana engkau menghindar dari singa. Ketahuilah,
perdebatan merupakan sebab datangnya murka Allah dan murka makhluk-Nya.
Menganggap Suci Diri Sendiri
Kelima: mengklaim diri bersih dari dosa.
Allah Swt. berfirman, “Jangan kalian merasa suci. Dia yang lebih mengetahui
siapa yang bertakwa” (Q.S. an-Najm: 32). Sebagian ahli hikmat ditanya, “Apa
itu jujur yang buruk?” Mereka menjawab, “Seseorang yang memuji dirinya
sendiri.” Janganlah engkau terbiasa demikian. Ketahuilah bahwa hal itu akan
mengurangi kehormatanmu di mata manusia dan mengakibatkan datangnya murka Allah
Swt. Jika engkau ingin membuktikan bahwa membanggakan diri tak membuat manusia
bertambah hormat padamu, lihatlah pada para kerabatmu manakala mereka
membanggakan kemuliaan, kedudukan, dan harta mereka sendiri, bagaimana hatimu
membenci mereka dan muak atas tabiat mereka. Lalu engkau mencela mereka di
belakang mereka. Jadi sadarlah bahwa mereka juga bersikap demikian ketika
engkau mulai membanggakan diri. Di dalam hatinya, mereka mencelamu dan hal itu
akan mereka ungkapkan ketika mereka tidak berada di hadapanmu.
Mencela Ciptaan Allah
Keenam: mencela. Jangan sampai engkau
mencela ciptaan Allah Swt, baik itu hewan, makanan, ataupun manusia. Janganlah
engkau dengan mudah memastikan seseorang yang menghadap kiblat sebagai kafir,
atau munafik. Karena, yang mengetahui semua rahasia hanyalah Allah Swt. Oleh
karena itu, jangan mencampuri urusan antara hamba dan Allah Swt. Ketahuilah
bahwa pada hari kiamat engkau tak akan ditanya, “Mengapa engkau tidak mencela
si fulan? Mengapa engkau mendiamkannya?” Bahkan, walaupun engkau tidak mencela
iblis sepanjang hidupmu dan engkau melupakannya, engkau tetap tak akan ditanya
tentang hal itu serta tak akan dituntut karenanya pada hari kiamat. Tapi, jika
engkau mencela salah satu makhluk Allah Swt. baru engkau akan dituntut. Jangan
engkau mencerca sesuatu pun dari makhluk Allah Swt. Nabi Saw. sendiri sama
sekali tidak pernah mencela makanan yang tidak enak. Jika beliau berselera
dengan sesuatu, beliau memakannya. Jika tidak, beliau tinggalkan.
Mendoakan Buruk Orang Lain (Menyumpah)
Ketujuh: mendoakan keburukan bagi orang
lain. Peliharalah lidahmu untuk tidak mendoakan keburukan bagi suatu makhluk
Allah Swt. Jika ia telah berbuat aniaya padamu, maka serahkan urusannya pada
Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan, “Seorang yang dianiaya mendoakan
keburukan bagi yang menganiaya dirinya sehingga menjadi imbang, kemudian yang
menganiaya masih memiliki satu kelebihan yang bisa ia tuntut kepadanya pada
hari kiamat.” Sebagian orang terus mendoakan keburukan bagi Hajjaj sehingga
sebagian salaf berkata, “Allah menghukum orang-orang yang telah mencela Hajjaj
untuknya, sebagaimana Allah menghukum Hajjaj untuk orang yang telah ia
aniaya.”
Menghina Orang
Kedelapan: bercanda, mengejek, dan
menghina orang. Peliharalah lidahmu baik dalam kondisi serius maupun canda
karena ia bisa menjatuhkan kehormatan, menurunkan wibawa, membuat risau, dan
menyakiti hati. Ia juga merupakan pangkal timbulnya murka dan marah serta dapat
menanamkan benih-benih kedengkian di dalam hati. Oleh karena itu, jangan engkau
bercanda dengan seseorang dan jika ada yang bercanda denganmu,jangan kau
balas. Berpalinglah sampai mereka membicarakan hal lain.
Semua itu merupakan cacat yang terdapat
pada lidah. Yang perlu kau lakukan adalah mengasingkan diri atau senantiasa diam
kecuali dalam keadaan darurat. diceritakan bahwa Abu Bakar ash-Shiddiq r.a.
meletakan sebuah batu di mulutnya agar tidak berbicara keuali saat perlu
saja. Beliau menunjuk lidahnya lalu berkata, “Inilah yang menjadi segala sumber
bagiku. kekanglah ia sekuat tenagamu, karena ia merupakan faktor utama yang
membuatmu celaka di dunia dan akhirat.”
Adab Perut
Adapun perut, maka jangan kau isi ia
dengan barang haram atau syubhat. Berusahalah untuk mencari yang halal. Jika
engkau telah mendapatkan yang halal, berusahalah mengkonsumsinya tidak sampai
kenyang. Sebab, perut yang kenyang bisa membekukan hati, merusak akal,
menghilangkan hafalan, memberatkan anggota badan untuk beribadah dan menuntut
ilmu, memperkuat syahwat, serta membantu tentara setan. Jika kenyang dari
makanan halal merupakan awal segala keburukan, bagaimana jika dari yang haram?
Mencari sesuatu yang halal merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Beribadah
dan menuntut ilmu yang disertai mengkonsumsi makanan haram seperti membangun di
atas kotoran hewan. Apabila engkau merasa cukup selama setahun memakai baju
yang kasar, lalu selama sehari semalam memakan dua potong roti garing, lalu
engkau tidak menikmati apa yang lezat bagi manusia, maka engkau tak butuh pada
yang lain. Barang yang halal sangat banyak.
Engkau tidak perlu meyakinkan dirimu
dengan menyelidiki hal-hal yang tersembunyi. Tapi engkau harus menjaga diri
dari yang sudah jelas kau ketahui bahwa itu adalah haram. Atau setelah dilihat
dari ciri-ciri yang terkait dengan harta tersebut, engkau bisa menduga bahwa
itu adalah haram. Apayang sudah diketahui tampak jelas secara lahir, sementara
yang bersifat dugaan tampak dengan adanya ciriciri. Misalnya harta penguasa
dan para pekerjanya, harta orang yang tak bekerja kecuali dengan cara menjual
khamar, riba, judi, dan sebagainya. Jika engkau tahu bahwa sebagian besar
hartanya adalah haram, maka apa yang kau terima darinya, walaupun mungkin
halal, ia termasuk haram karena adanya dugaan yang kuat tadi. Yang jelas-jelas
haram adalah memakan harta wakaf tanpa izin atau syarat dari si pemberi wakaf.
Siapa yang melakukan maksiat, kesaksiannya tertolak, dan wakaf atau apa pun
yang ia terima atas nama kesufian adalah haram.
Kami telah menyebutkan hal-hal yang
terkait dengan masalah syubhat, halal, dan haram dalam satu kajian tersendiri
pada kitab Ihya Ulumiddin. Pelajarilah kitab tersebut karena mengetahui yang
halal dan haram wajib hukumnya bagi setiap muslim sebagaimana salat lima waktu.
Adab Kemaluan
Adapun
kemaluan, peliharalah ia dari semua yang diharamkan Allah. Jadilah sebagaimana
yang disebutkan Allah Swt, “Mereka yang menjaga kemaluan mereka, kecuali
terhadap isteri-isteri mereka atau sahaya yang mereka miliki, maka mereka tak
dapat dicela” (Q.S. al-Mukminun: 5-6). Engkau baru bisa menjaga kemaluan dengan
menjaga pandangan mata, menjaga hati untuk tidak merenungkannya, serta
menjaga perut dari yang syubhat dan dari rasa kenyang. Karena, semua itu
merupakan penggerak dan tempat tumbuhnya syahwat.
Adab Tangan
Kedua
tangan, harus engkau pelihara agar ia tidak kau jadikan alat untuk memukul
seorang rnuslim, untuk mendapat harta haram, untuk menyakiti sesama makhluk,
untuk berkhianat terhadap amanat dan titipan, serta untuk menuliskan sesuatu
yang tak boleh diucapkan karena pena merupakan lidah pula. Oleh karena
itu,peliharalah pena tersebut sebagaimana engkau menjaga lidah.
Adab Kaki
Janganlah
engkau pergunakan kedua kaki untuk menuju pintu seorang penguasa lalim. Sebab,
berjalan menuju para penguasa lalim tanpa ada keperluan merupakan maksiat yang
besar karena berarti ia bersikap tawadu dan memuliakan mereka yang telah
berbuat lalirn. Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk berpaling dari
mereka dalam firman-Nya yang berbunyi, “Janganlah kalian condong kepada mereka
yang telah berbuat lalim, niscaya kalian tersentuh api neraka dan kalian tidak
mempunyai penolong selain Allah. Lalu kalian tidak ditolong” (QS. Hud: 113).
Jika engkau pergi menemui mereka untuk mendapat harta, berarti engkau berusaha
meraih sesuatu yang haram. Nabi Saw. bersabda, “Siapa yang bersikap merendah
kepada orang kaya, sepertiga agamanya telah hilang.” ini terhadap orang kaya
yang saleh, lalu bagaimana merendah terhadap orang kaya yang lalim?
Ringkasnya,
ketika engkau bergerak dan diam dengan anggota badanmu, itu semua merupakan
nikmat Allah Swt. Maka dari itu, janganlah engkau menggerakkan anggota badanmu
dalam rangka maksiat kepada Allah. Tetapi pergunakanlah untuk taat kepada-Nya.
Ketahuilah, jika engkau tak patuh maka bencananya akan kembali padamu,
sementara jika kamu mau menanam, maka buahnya akan menjadi milikmu. Adapun
Allah, Dia tak butuh padamu dan tak butuh pada amal perbuatanmu. Setiap jiwa
tergantung pada amal perbuatannya.
Jangan
sampai engkau berkata, “Allah Maha Pemurah Dan Maha Penyayang. Dia Maha
Mengampuni dosa mereka yang bermaksiat.” Ini merupakan ungkapan yang benar tapi
ditujukan pada sesuatu yang batil. Orang yang mengucapkannya termasuk dungu
seperti kata Rasul Saw., “Orang yang cerdik adalah yang bisa menundukkan hawa
nafsunya dan beramal untuk hari sesudah mati. Sedangkan orang yang dungu adalah
yang mengikuti hawa nafsunya dan berangan-angan kepada Allah”.
Ketahuilah
bahwa ucapanmu itu seperti ucapan seseorang yang ingin menjadi fakih dalam
ilmu agama tanpa mau belajar, tapi justru sibuk dengan sesuatu yang batil lalu
berkata, “Allah Maha Pemurah dan Maha Penyayang. Dia Maha berkuasa untuk
mencurahkan ke dalam hatiku berbagai ilmu yang Dia tanamkan di hati para nabi
dan wali-Nya tanpa usaha dan belajar.” Itu seperti ucapan orang yang
menginginkan harta, tapi tak mau menanam, berdagang, atau berusaha kemudian
berujar, “ Allah Maha Pemurah. Dia memiliki kekayaan langit dan bumi. Dia Maha
Berkuasa untuk memberikan kepadaku sebagian dari khazanah kekayaan-Nya sehingga
aku tak perlu bekerja. Hal itu telah Dia lakukan kepada para hamba-Nya.” Jika
engkau mendengar ucapan kedua orang di atas, engkau pasti menganggap kedua
orang itu bodoh dan engkau pasti mengejeknya walaupun sifat pemurah dan kuasa
Allah yang ia sebutkan benar.
Demikian
pula, Orang-orang yang alim dalam bidang-bidang agama akan menertawakanmu jika
engkau menuntut ampunan tanpa ada usaha. Allah Swt. berfirman, “Bagi manusia
apa yang ia usahakan” (Q.S. an-Najm: 39), “Kaliaan dibalas sesuai dengan amal
perbuatan kalian” (Q.S. ath-Thar: 16), “Orang-orang abrar (berbuat baik) berada
dalam kenikmatan sedangkan mereka yang selalu berbuat dosa berada di neraka
Jahim” (Q.S. al-Infithar: 13-14).
Apabila
engkau tetap menuntut ilmu dan mencari harta dengan bersandar pada kemurahan-Nya
serta terus membekali diri untuk akhirat, maka Tuhan Pemelihara dunia dan
akhirat adalah satu. Dia Maha Pemurah dan Penyayang baik di dunia maupun di
akhirat. Ketaatanmu tidak membuat-Nya bertambah pemurah.
Hanya
saja, kemurahan-Nya adalah Dia memudahkan jalan menuju negeri kenikmatan yang
abadi dan kekal dengan senantisa sabar dalam meninggalkan syahwat selama
beberapa saat. Ini merupakan puncak kemurahan. Jangan engkau rusak dirimu
dengan ajaran jahat para pengangguran. Ikutilah para nabi dan orang-orang
saleh. Jangan engkau terlalu berharap bisa memanen sesuatu yang tak kau tanam.
Sedangkan orang yang berpuasa, salat, berjihad, serta bertakwa, semoga ia
diampuni.
Ini
adalah beberapa hal yang patut dipelihara oleh anggota badanmu. Engkau juga
harus membersihkan hatimu karena ia merupakan bentuk ketakwaan secara batin.
Hati adalah segumpal daging yang jika baik maka seluruh badan menjadi baik.
Tapi jika segumpal daging itu rusak, maka seluruh badan menjadi rusak.
Berusahalah untuk memperbaiki hatimu itu agar seluruh anggota badanmu juga
baik. Hati menjadi baik dengan selalu merasakan kehadiran Allah
Maksiat Hati
القول في معاصى القلب
اعلم أن الصفات المذمومة في القلب كثيرة،
وطريق تطهير القلب من رذائلها طويلة، وسبيل العلاج فيها غامض، وقد اندرس بالكلية علمه
وعمله؛ لغفلة الخلق عن أنفسهم واشتغالهم بزخارف الدنيا.
وقد استقصينا ذلك كله في كتاب (إحياء علوم
الدين) في ربع المهلكات وربع المنجيات، ولكنا نحذرك؛ فإنها مهلكات في أنفسها، وهي
أمهات لجملة من الخبائب سواها: وهي الحسد، والرياء، والعجب؛ فاجتهد في تطهير قلبك
منها؛ فإن قدرت عليها فتعلم كيفية الحذر من بقيتها من ربع المهلكات. فإن عجزت عن
هذا، فأنت عن غيره أعجز.
ولا تظن أنك تسلم بنية صالحة في تعلم العلم، وفي قلبك شيء من الجسد والرياء
والعجب، وقد قال صلى الله عليه وسلم: (ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء
بنفسه) .
الحسد
أما الحسد: فهو متشعب من الشح، فإن البخيل هو الذي يبخل بما في يده على غيره،
والشحيح هوالذي يبخل بنعمة الله تعالى وهي في خزائن قدرته تعالى، لا في خزائنه،
على عباد الله فشحه أعظم، والمحسود هو الذي يشق عليه إنعام الله تعالى من خزائن
قدرته، على عبد من عباده بعلم أو مال أو محبة في قلوب الناس، أو حظ من الحظوظ، حتى
أنه ليحب زوالها عنه، وإن لم يحصل له بذلك شيء من تلك النعمة؛ فهذا منتهى الخبث؛
فلذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: (الحسد يأكل الحسنات كما تأكل النارالحطب) .
والحسود هو المعذب الذي لا يرحم، ولا يزال في عذاب دائم في الدنيا إلى موته،
ولعذاب الآخرة أشد وأكبر.
بل لا يصل العبد إلى حقيقة الإيمان ما لم
يحب لسائر الناس ما يحب لنفسه، بل ينبغي ان يساهم المسلمين في السراء والضراء؛
فالمسلمون كالبنيان الواحد يشد بعضه بعضا، وكالجسد الواحد إذا اشتكى منه عضو اشتكى
سائر الجسد. فإن كنت لا تصادف هذا من قلبك، فاشتغالك بطلب التخلص من الهلاك أهم من
اشتغالك بنوادر الفروع وعلم الخصومات.
الرياء
وأما الرياء: فهو الشرك الخفي، وهو أحد الشركين، وذلك طلب المنزلة في قلوب الخلق،
لتنال بها الجاه والحشمة، وحب الجاه من الهوى المتبع، وفيه هلك أكثر الناس، فما
أهلك الناس إلا الناس، ولو أنصف الناس حقيقة لعلموا أن أكثر ما هم فيه من العلوم
والعبادات فضلا عن أعمال العادات، ليس يحملهم يحملهم عليه إلا مراءاة الناس، وهي
محبطة للأعمال، كما ورد الخبر: (أن الشهيد يؤمر به يوم القيامة إلى النار، فيقول:
يا رب استشهدت في سبيلك، فيقول الله تعالى: بل أردت أن يقال إنك شجاع، وقد قيل
ذلك،
وذلك أجرك - وكذلك يقال للعالم والحاج والقارىء.
وأما العجب والكبر والفخر: فهو الداء
العضال، وهو نظر العبد إلى نفسه بعين العز والاستظام، وإلى غيره بعين الاحتقار
والذل، ونتيجته على اللسان أن يقول: أنا وأنا كما قال إبليس اللعين: (أنا خير منه،
خلقتني من نار، وخلقته من طين) وثمرته في المجالس الترفع والتقدم وطلب التصدر
فيها، وفي المحاورة الاستنكاف من أن يرد كلامه عليه.
والمتكبرهو الذي إن وعظ أنف، أو وعظ عنف،
فكل من رأى نفسه خيرا من أحد من خلق الله تعالى فهو متكبر.
بل ينبغي لك أن تعلم أن الخير من هو خير
عند الله في دار الآخرة، وذلك غيب، وهو موقوف على الخاتمة؛ فاعتقادك في نفسك أنك
خير من غيرك جهل محض، بل ينبغي ألا تنظر إلى أحد إلا وترى أنه خير منك، وأن الفضل
له على نفسك، فإن رأيت صغيرا قلت: هذا لم يعص الله وأنا عصيته، فلا شك أنه خير مني
وإن رأيت كبيرا قلت هذا قد عبد الله قبلى، فلا شك أنه خير مني وإن رأيت كبيرا قلت
هذا قد عبد الله قبلي، فلا شك أنه خير مني وإن رأيت كبيرا قلت هذا قد عبد الله
قبلي، فلا شك أنه خير مني. وإن كان عالما قلت: هذا قد أعطى ما لم أعط، وبلغ ما لم
أبلغ، وعلم ما جهلت؛ فكيف أكون مثله وإن كان جاهلا قلت: هذا قد عصى الله بجهل،
وأنا عصيته بعلم؛ فحجة الله على آكد، وما أدري بم يختم لي وبم يختم له؟ وإن كان
كافرا قلت: لا أدري، عسى أن يسلم ويختم له بخير العمل، وينسل بإسلامه من الذنوب
كما تنسل الشعرة من العجين، وأما أنا - والعياذ بالله - فعسى أن يضلني الله فأكفر
فيختم لي بشر العمل؛ فيكون غدا هو من المقربين، وأنا أكون من المبعدين.
فلا يخرج الكبر من قلبك إلا بأن تعرف أن الكبير من هو كبير عند الله تعالى، وذلك
موقوف على الخاتمة، وهي مشكوك فيه؛ فيشغلك خوف الخاتمة عن أن تتكبر مع الشك فيها
على عباد الله تعالى، فيقينك وإيمانك في الحال لا يناقض تجويزك في الاستقبال؛ فإن
الله مقلب القلوب يهدي من يشاء، ويضل من يشاء.
والأخبار في الحسد والكبر والرياء والعجب
كثيرة، ويكفيك فيها حديث واحد جامع؛ فقد روى ابن المبارك بإسناده عن رجل أنه قال
لمعاذ: يا معاذ حدثني حديثا سمعنه من رسول الله صلى الله عليه وسلم، قال: (فبكى
معاذ حتى ظننت أنه لا يسكت، ثم سكت، ثم قال: واشوقاه إلى رسول الله صلى الله عليه
وسلم وإلى لقائه، ثم قال: سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول لي: (يا معاذ،
إني محدثك بحديث إن أنت حظفته نفعك عندالله، وإن ضيعته ولم تحفظه انقطعت حجتك عند
الله تعالى يوم القيامة يا معاذ إن الله تبارك وتعالى خلق سبعة أملاك قبل أن يخلق السموات
والأرض، فجعل لكل سماء من السبع ملكا بوابا عليها، فتصعد الحفظة بعمل العبد من حين
يصبح إلى حين يمسي، له نور كنور الشمس، حتى إذا صعدت به إلى السماء الدنيا زكته
وكثرته، فيقول الملك الموكل بها للحفظة: اضربوا بهذا العمل وجه صاحبه، أنا صاحب
الغيبة، أمرني ربي ألا أدع عمل من اغتاب الناس يجاوزني إلى غيري، قال: ثم تأتي
الحفظة بعمل صالح من أعمال العبد له نور فتزكيه وتكثره حتى تبلغ به إلى السماء
الثانية، فيقول لهم الملك الموكل بها: قفوا، واضربوا بهذا العمل وجه صاحبه، إنه
أرا بعمله عرض الدنيا، أنا ملك الفخر، أمرني ربي ألا أدع عمله يجاوزني إلى غيري،
إنه كان يفتخر على الناس في مجالسهم، قال: وتصعد الحفظة بعمل العبد يبتهج نورا، من
صدقة وصلا وصيام، قد أعجب الحفظة، فيجاوزون به إلى السماء الثالثة، فيقول لهم
الملك الموكل بها: قفوا، واضربوا بهذا العمل وجه صاحبه، أنا ملك الكبر، أمرني ربي
ألا أدع عمله يجاوزني إلى غيري؛ إنه كان يتكبرى على الناس في مجالسهم، قال: وتصعد
الحفظة بعمل العبد يزهو كما يزهو الكوكب الدري وله دوي من تسبيح وصلاة وصيام وحج
وعمرة، حتى يجاوزا به إلى السماء الرابعة، فيقول لهم الملك الموكل بها: قفوا،
واضربوا بهذا العمل وجه صاحبه وظهره وبطنه، أنا صاحب العجب، أمرني ربي ألا أدع
عمله يجاوزني إلى غيري؛ إنه كان إذا عمل عملا أدخل العجب فيه، قال: وتصعد الحفظة
بعمل العب حتى يجاوزا به إلى السماء الخامسة كأنه العروس المزفوفة إلى بعلها،
فيقول الملك الموكل بها: قفوا واضربوا بهذا العمل وجه صاحبه، ن واحملوه على عاتقه،
أنا ملك الحسد، إنه كان يحسد من يتعلم ويعمل بمثل عمله، وكل من كان يأخذ فضلا من
العبادة كان يحسدهم، ويقع فيهم، أمرني ربي ألا أدع عمله يجاوزني إلى غيري.
قال: وتصعد الحفظة بعمل العبد له ضوء كضوء
الشمس، من صلاة وزكاة وحج وعمرة وجهاد وصيام، فيجاوزون به إلى السماء السادسة،
فيقول لهم الملك الموكل بها: قفوا واضربوا بهذا العمل وجه صاحبه؛ إنه كان لا يرحم
إنسانا قد من عباد الله أصابه بلاء أو مرض، بل كان يشمت به، أنا ملك الرحمة، أمرني
ربي ألا أدع عمله يجاوزني إلى غيري، قال: وتصعد الحفظة بعمل العبد من صوم وصلاة
ونفقة وجهاد وورع، له دوي كدوى النحل، وضوء كضوء الشمس، ومعه ثلاثة آلاف ملك،
فيجاوزون به إلى السماء السابعة، فيقول لهم الملك الموكل بها: قفوا، واضربوا بهذا
العمل وجه صاحبه، واضربوا جوارحه واقفلوا به على قلبه، أنا صاحب الذكر، فإني أحجب
عن ربي كل عمل لم يرد به وجه ربي؛ إنه إنما أراد بعمله غير الله تعالى، إنه أراد
به رفعة عند الفقهاء، وذكرا عند العلماء، وصيتا في المدائن، أمرني ربي ألا أدع
عمله يجاوزني إلى غيري وكل عمل لم يكن لله تعالى خالصا فهو رياء، ولا يقبل الله
عمل المرائي.. قال: وتصعد الحفظة بعمل العبد من صلاة وزكاة وصيام وحج وعمرة وخلق
حسن وصمت وذكر الله تعالى، فتشيعه ملائكة السموات السبع حتى يقطعوا به الحجب كلها
إلى الله تعالى، فتشيعه ملائكة السموات السبع حتى يقطعوا به الحجب كلها إلى الله
تعالى، فيقفون بين يديه، ويشهدون له بالعمل الصالح المخلص لله تعالى، فيقول الله
تعالى: أنتم الحفظة على عمل عبدي، وأنا الرقيب على ما في قلبه؛ إنه لم يردني بهذا
العمل، وإنما أراد به غيري، فعليه لعنتي، فتقول الملائكة كلها: عليه لعنتك
ولعنتنا، فتلعنه السموات السبع ومن فيهن) ثم بكى معاذ، وانتحب انتحابا شديدا، وقال
معاذ: قلت يا رسول الله أنت رسول الله وأنا معا، فكيف لي بالنجاة والخلاص من ذلك؟
قال: (اقتد بي وإن كان في عملك نقص، يا معاذ حافظ على لسانك من الوقيعة في إخوانك
من حملة القرآن خاصة، واحمل ذنوبك عليك، ولا تحملها عليهم، ولا تزل نفسك بذمهم، ولا
ترفع نفسك عليهم، ولا تدخل عمل الدنيا في عمل الآخرة، ولا تراء بعملك، ولا تتكبر
في مجلسك، لكي يحذر الناس من سوء خلقك، ولا تناج رجلا وعندك آخر، ولا تتعظم على
الناس فتنقطع عنك خيرات الدنيا والآخرة، ولا تمزق الناس بلسانك فتمزقك كلاب النار
يوم القيامة في النار، قال الله تعالى: (وَالناشِطاتِ نَشطا) ، هل تدري من هن يا
معاذ؟، قلت: ما هن - بأبي أنت وأمي - يا رسول الله؟ قال: (كلاب في النار تنشط
اللحم من العظم) ، قلت: بأبي أنت وأمي يا رسول الله، من يطيق هذه الخصال ونمن ينجو
منها؟ قال: (يا معاذ إنه ليسير على من يسره الله تعالى عليه، إنما يكفيك من ذلك أن
تحب للناس ما تحب لنفسك، وتكره لهم ما تكره لنفسك، فإذن أنت يا معاذ قد سلمت) .
قال خالد بن معدان: فما رأيت أحدا أكثر تلاوة للقرآن العظيم من معاذ لهذا الحديث
العظيم.
فتأمل أيها الراغب في العلم هذه الخصال،
واعلم أن أعظم الاسباب في رسوخ هذه الخبائث في القلب: طلب العلم لأجل المباهاة
والمنافسة، فالعامي بمعزل عن اكثر هذه الخصال، والمتفقه مستهدف لها، وهو متعرض
للهلاك بسببها؛ فانظر آي أمورك أهم، أتتعلم كيفية الحذر من هذه المهلكات، وتشتغل
بإصلاح قلبك وعمارة آخرتك؟ أم الأهم أن تخوض مع الخائضين، فتطلب من العلم ما هو
سبب زيارة الكبر والرياء والحسد والعجب، حتى تهلك مع الهالكين.
واعلم أن هذه الخصال الثلاث من أمهات خبائث
القلب، ولها مغرس واحد، وهو حب الدنياي ولذلك قال النبي صلى الله عليه وسلم: (حب
الدنيا رأس كل خطيئة) ، ومع هذا فالدنيا مزرعة للآخرة فمن أخذ من الدنيا بقدر
الضرورة، ليستعين بها على الآخرة، فالدنيا مزرعته؛ ومن أراد الدنيا ليتنعم بها،
فالدنيا مهلكته.
فهذه نبذة يسيرة من ظاهر علم التقوى، وهي
بداية الهداية، فإن جربت بها نفسك وطاوعتك عليها، فعليك بكتاب (إحياء علوم الدين)
لتعرف كيفية الوصول إلى باطن التقوى.
وإن كنت تطلب العلم
من القيل والقال، والمراء والجدال، فما أعظم مصيبتك وما أطول تعبك وما أعظم حرمانك
وخسرانك! فاعمل ما شئت؛ فإن الدينا التي تطلبها بالدين لا تسلم لك، والآخرة تسلب
منك؛ ن فمن طلب الدنيا بالدين خسرهما جميعا، ومن ترك الدنيا للدين ربحهما جميعا.
فإذا عمرت بالتقوى باطن قلبك، فعند ذلك
ترتفع الحجب بينك وبين ربك، وتنكشف لك أنوار المعارف، وتنفجر من قلبك ينابيع
الحكم، وتتضح لك أسرار الملك والملكة، ويتسير لك من العلوم ما تستحقر به هذه
العلوم المحدثة التي لم يكن لها ذكر في زمن الصحابة رضي الله عنهم والتابعين.
فهذه جمل الهداية إلى بداية الطريق في
معاملتك مع الله تعالى بأداء أوامره واجتناب نواهيه، وأشير عليك الآن بجمل من
الآداب لتؤاخذ نفسك بها في مخالطتك مع عباد الله تعالى وصحبتك معهم في الدنيا.