Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Seperti yang
tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian
hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah
hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan
mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang
telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan
hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun
demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu
peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Baca juga: Kumpulan Al Mahfudzat, Syair, Kata Mutiara, Peribahasa Berbahasa Arab; dilengkapi penjelasan dan terjemah
Coba renungkan
seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang
sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap
kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan
nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua makhluk
hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati;
Allah menjelaskan dalam Quran tentang perilaku manusia pada umumnya terhadap
kematian dalam ayat berikut ini:
Katakanlah:
“Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian
itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang
mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah
kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Kebanyakan
orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini,
seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak
belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan
kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka
gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini
merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan
diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari.
Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman
mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika
seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian
dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak
ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya.
Baca Juga: Ringkasan Kitab Minhajul Muslim ((Panduan Hidup Seorang Muslim); Karya Syekh Abu Bakar Al Jazairy
Tiap hari,
orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak
memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia
tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Ketika
kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba
lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini.
Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat
mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini
merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk
tubuh anda setelah anda mati nanti.
Dimulai saat
anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya
lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan
dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya.
Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah
peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah
akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda
hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Selama
bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring
dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun
kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.
Sementara itu,
keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh
kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah
pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju,
sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka
yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan.
Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda.
Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat
atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang
anda.
Tak lama lagi,
generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup
di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada
gunanya bagi anda.
Sementara
semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami
proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka
bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal
tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad
renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut,
yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan
hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses
ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring
dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti
paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang
paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi
menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak
tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya.
Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk
dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh
tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada
kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama
keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat;
semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan
daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang
menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan
meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari
anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa
alasan semua hal ini terjadi?
Seandainya
Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas.
Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir
kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan
dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus”
dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki
suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan
kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup
selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting
ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir
menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun
setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung
untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan
ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya.
Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan
kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang
dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu
jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat
sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka
[yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum
saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan mungkin
saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru
untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah
terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian
mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk
tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur
kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya
mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal
ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini
hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Katakanlah:
“Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari
kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak
juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)
Manusia yang
diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri.
Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala
keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya.
Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah
dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah.
Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang
sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya
saja.