Ambil Yang Baiknya Dan Buang Yang Buruknya! Dan Jika Bisa Perbaiki Pula Yang Buruknya
Seorang
bapak tua yang usianya berkisar 70 tahun berasal dari provinsi Dimyath, menemui
Syaikh Muhammad Hasan, saat itu beliau tengah memberikan ceramah di sebuah
mesjid di kota Makkah Bapak tua tersebut memberi isyarat agar Syaikh Muhammad
Hasan berhenti sesaat dan memintanya untuk mendengarkan cerita tentangnya.
Bapak
tua berkata, “Wahai Syaikh Muhammad, berkenankah engkau mendengarkan kisahku
sebelum melanjutkan pembicaraanmu?”
“Silahkan,
majulah ke depan, agar semua orang yang hadir juga ikut mendengarkan kisah yang
ingin Anda ceritakan. Duduklah disampingku, agar semua orang bisa melihat dan
mendengarkan kisah Anda.” Jawab Syaikh Muhammad.
Lalu,
mulailah sang Bapak bercerita, “Wahai Syaikh, dulu saya adalah seorang
laki-laki yang terkena sakit lumpuh sebelah. Saya mendoakan semoga Allah
memberikan kesembuhan untuk semua mereka yang tengah sakit saat ini, aamiin.”
“Untuk
mengobati sakit lumpuh itu saya pergi berobat ke London dan Amerika, tapi Allah
belum menentukan adanya kesembuhan untuk sakit yang saya derita. Sehingga
ketika tidak ada harapan untuk sembuh setelah berobat ke semua tempat, pada
akhirnya saya duduk di kursi roda selama bertahun-tahun mengharap datangnya
mukijat untuk sembuh.
Pada
suatu hari anak saya membuka televisi, saya menyaksikan orang-orang bertakbir
dan bertasbih di Masjid Haram, saya melihat orang-orang tengah bertawaf
mengelilingi Ka’bah, lalu saya menangis, saya berkata pada anak saya,
“Wahai
Anakku, bapak ingin mengunjungi Sang Raja ke istananya, bapak ingin meminta
disana semua yang bapak inginkan, bapak sangat yakin, jika bapak datang ke
rumah Raja itu, semua permintaan bapak tidak akan ia abaikan dan pasti akan Ia
penuhi.”
“Siapakah
Raja yang bapak Maksud?” Tanya anak saya.
“Bapak
ingin melaksanakan Haji atau Umrah, bapak ingin menuju Ka’bah dan bermunajat
pada Raja di rumah-Nya, hati bapak dipenuhi yakin bahwa jika bapak pergi ke
rumah-Nya dan menyampaikan keinginan bapak disana, bapak tidak akan di
abaikan.”
“Bagaimana
bapak bisa melakukan umrah atau haji dengan kondisi sakit seperti ini”, Tanya
anak saya kembali.
“Sewakan
untuk Bapak pesawat agar berangkat ke sana, bapak punya banyak uang, carikan
untuk bapak pesawat. Bawa bapak kesana.” Jawab saya penuh yakin pada anak saya.
Dan
akhirnya saya melakukan perjalanan ke rumah Allah.
Lalu
si Bapak Tua berhenti sejenak dan menoleh pada Syaikh Muhammad seraya berkata,
“Demi Allah wahai Syaikh, saya menuju Masjidil Haram dengan kursi roda. Lalu
meminta pada anak saya untuk menurunkan saya di sisi Ka’bah. Saya duduk dekat
Ka’bah. Demi Allah wahai Syaikh Muhammad, saya berdoa pada Allah berjam-jam,
saya memohon, mengiba, menangis dengan terus mengulang-ulang dua kalimat.”
“Ya
Allah, hamba tidak akan pulang, hamba tidak akan meninggalkan tempat ini
kecuali setelah berjalan dengan dua kaki hamba, atau biarlah hamba meninggal di
tempat ini.” Saya terus berdoa, memohon, meminta pada Allah, menangis dan terus
berdoa dengan keyakin yang sudah memenuhi hati saya, selama berjam-jam tidak
ada yang saya katakan selain dua kalimat di atas.”
Akhirnya
saya pingsan karena letih setelah sekian lama menangis, saya tersandar di
samping kursi roda, lalu saya tertidur sesaat. Saat tidur saya melihat dalam
mimpi, bahwa seseorang datang dan berkata pada saya dengan suara yang lantang,
“Berdiri,
dan berjalanlah. Seruan itu diulang, “berdiri dan berjalanlah engkau..” seruan
itu terus di ulang-ulang.” Tiba-tiba saya terbangun, saya masih merasakan
seruan itu.
“Berdirilah..”
Lalu saya berdiri..
“Berjalanlah..”
lalu saya berjalan, sehingga saya sampai di pintu Ka’bah, saya baru tersadar
bahwa sebelumnya saya lumpuh, dan kini telah bisa berdiri dan berjalan. “Ya
Malik (Wahai Raja), Ya Malik., sungguh tidak pernah Engkau menelantarkan mereka
yang datang meminta padamu.” Air mata saya berderai hebat wahai Syaikh.”
Demikianlah
kisah seorang bapak Tua, seorang laki-laki biasa yang bukan dari golongan
seorang wali ataupun seorang alim, tapi hanya seorang laki-laki biasa, akan
tetapi hatinya dipenuhi keyakinan kepada Allah, bahwa jika ia meminta pada
Allah dengan penuh kejujuran (shidq) dan keyakinan (yaqin), maka Allah tidak
akan pernah mengabaikan permintaan itu.
Ya
Allah, kepada-Mu kami memohon, kepada-Mu kami bersandar dan meminta
pertolongan. Adakah yang bisa memberi pelindungan selain-Mu, maka lindungilah
ya Allah orang lemah ini yang meminta perlindungan-Mu, sesungguhnya hamba-Mu
lemah, meminta tolong pada Engkau yang Mahakuat.
Ampunilah
dosa dan kemaksiatan yang kami perbuat, karena tidak ada yang bisa memberi
ampun selain-Mu ya Allah. Dunia telah melenakan kami, dan ampunan dari-Mu kami
harapkan