Menjadi orang saleh adalah salah satu idiom yang paling sering terdengar, dan nyatanya memang sudah sering diperdengarkan, baik melalui ceramah agama maupun melalui kumpulan artikel yang memiliki perspektif religius.
Lalu, beberapa dari anda patut bertanya:
bagaimana cara menjadi orang saleh?
Tentu saja menjadi saleh bukanlah sebuah
perkara yang mudah, alias banyak jalan yang mesti ditempuh supaya anda bisa
menjadi demikian. Kesalehan selalu diukur dari bagaimana anda akan mematuhi
segala macam kaidah agama, baik itu dalam soal fiqih, tauhid, aqidah, ibadah,
dan lain sebagainya.
Oleh karena itu, salah satu cara supaya anda berhasil
menjadi orang saleh adalah: anda mengetahui segala macam peraturan keagamaan
yang berlaku di agama yang anda anut.
Secara umum kesalehan dibagi menjadi dua,
yakni kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.
Sampai di titik ini, salah satu cara menjadi
orang saleh yang diklaim sebagai cara terbaik adalah berpuasa. Salah satu
hikmat paling besar yang dapat diperoleh dari ibadah puasa adalah kemampuan
seseorang yang terbentuk melalui kapasitas masing-masing, baik sebagai
pimpinan, kepala keluarga, individu, dan lain sebagainya.
Berpuasa bukan hanya soal menahan lapar,
melainkan juga soal bagaimana anda akan mengontrol keinginan dan kepentingan
individu.
Mengontrol hal-hal semacam itu penting supaya
komunitas tempat di mana anda bermanfaat untuk orang banyak, dan tidak hanya
sekadar saluran di mana anda bisa memenuhi ego dan nafsu pribadi.
Karena itu sangat penting untuk meletakkan
kesalehan sosial dan kesalehan individual dalam bejana yang berimbang dan
saling melengkapi.
Manusia tidak diperbolehkan untuk hanya
mementingkan kesalehan individual (misalnya, beribadah kepada Tuhan semesta
alam) dan melupakan kesalehan sosial (misalnya, bekerja sama untuk memerangi
kemiskinan); derajat yang sama juga berlaku sebaliknya.
Meskipun begitu, kebanyakan orang melupakan
kedua hal tersebut, dan cenderung lebih berat di salah satunya.
Akibatnya mereka tidak mendatangkan manfaat
sedikitpun bagi komunitas dan masyarakat yang hidup di sekitarnya. Dalam banyak
hal kesalehan pribadi sangat erat kaitannya dengan kesalehan sosial. Boleh jadi
bahwa krisis yang terjadi di sekitar kita adalah cermin dari ketidakmampuan
kita untuk memiliki jiwa kesalehan sosial.
Sampai di sini kita bisa menarik beberapa
macam hubungan antara kesalehan individual dan kesalehan sosial:
1) Kesalehan sosial berhubungan langsung
dengan bagaimana seorang individu berhubungan secara sosial dengan sesama
manusia lainnya. Sementara kesalehan individual berhubungan dengan bagaimana
seorang manusia berhubungan dengan penciptanya.
2) Sudah banyak perintah agama yang menyeru
kepada manusia, supaya mereka beribadah. Nah, hasil dari ibadah itulah yang
harus tercermin dalam kehidupan sosial senyata-nyatanya. Jika anda adalah
seorang yang saleh dan taat beribadah, maka anda tentu tidak akan menyakiti
manusia lain, walaupun mereka tidak sependapat dengan anda.
3) Dalam banyak hal, kesalehan individual yang
tercermin dari laku ibadah tidak akan memiliki manfaat apapun bagi masyarakat,
kecuali seorang individu mampu mengamalkan praksisnya melalui masyarakat di
mana ia hidup.
4) Dengan demikian, praksis kesalehan
individual harus dikonversi menjadi praksis kesalehan sosial, dengan cara
berinteraksi dengan anggota masyarakat dan bekerja sama dengan mereka untuk
memajukan lingkungan sekitar.
Inilah beberapa inti dari cara menjadi orang
saleh.
Anda tidak bisa hanya memikirkan beribadah
sesuai dengan kaidah agama, sementara anda melupakan bagaimana seharusnya anda
terlibat dalam masyarakat sesuai dengan kapasitas masing-masing. Anda bisa
menjadi seorang saleh jika mampu menyeimbangkan dua hal: sosial dan individual.