Berbicara tentang 'dialek' atau 'logat', tak ubahnya seperti kita di Indonesia yang memiliki beragam bahasa daerah, Bahasa Jawa misalnya, ada dialek orang Yogyakarta, Surakarta, Semarang yang sangat berbeda dengan dialek orang daerah Karesidenan Banyumas yang terkenal dengan dialek 'ngapak'nya. Demikian juga Bahasa Arab yang ada di 'amiyah orang arab itu sendiri.
Ada dialek Palestina, Lebanon, Iraq, Syiria, Aljazair, Maroko, Libya, Sudan, Saudi Arabia, Palestina, dan Mesir. Selain itu, dialek tersebut memiliki sub-subdialek yang beragam pula. Dialek Mesir memiliki dua bentuk dialek yang berbeda, yaitu dialek Mesir bagian Bawah/Hilir (Lower Egyptian) dan dialek Mesir bagian Atas/Hulu (Upper Egyptian).
PERUBAHAN DALAM PENUTURAN DIALEK MESIR
a. Orang Mesir biasanya menuturkan huruf “ق” dengan “ء”.
Contoh: يا بنى قم واقرأ كتابك
Dibaca: Yabni um wa’ra’ kitâba
Artinya: Berdiri dan bacalah bukumu, nak!
b. Orang Mesir melafalkan huruf “ج” dengan “g”.
Contoh: سبحان الله ايه اللى جابك هنا
Dibaca: Subhanallah. Eeh elle gabak hina
Artinya: Ya ampun, gimana ceritanya bisa datang kemari.
c. Huruf “ث” selalu diucapkan dengan “ت”.
Contoh: احنا اكثر من ثلاثة
Dibaca: Ihna aktar min talâtah
Artinya: Kita khan tiga orang lebih
d. Biasanya huruf “ظ” biasanya dituturkan dengan huruf “ض”
Contoh: احنا ح نصل الظهر سواء والله
Dibaca: ….الضهر…., dengan menggunakan “ض”
Artinya: Sumpah, kita akan sholat Zuhur bareng.
e. Kadang, “ء” dibunyikan” “ى. Untuk memudahkan pengucapan.
Contoh: يا رئيس انا جاى اه, مش نائم
Dibaca: Ya rayyis ana gay aho, misy nayim
Artinya: Hei Bung, gue datang, nih, nggak tidur.
f. Biasanya huruf “ذ” diucapkan dengan “د”.
Contoh: الذهب ذا….كذا
Dibaca: Addahab dah…kida
Artinya: Emas ini, keren, lho.
Baca juga:
Ayat-ayat ruqyah syar’iyyah
KAIDAH DASAR DIALEK MESIR
1. Mengakhiri seluruh kata dengan huruf mati (sukun: __ْ_ ), tanpa memperhatikan kaidah bahasa Arab (al-Nahwu) yang baku.
Contoh: عايزك دىالوقت، حالا!
Dibaca: Aizak dil wa’ty. Hâlan!
Artinya: Aku pingin ketemu kamu. Sekarang juga!
2. Menambahkan huruf "ب" pada awal fi’il mudlâri’ = الفعل المضارع)present tense) yang menunjukkan peristiwa yang sedang terjadi.
Contoh: ازى بتفهم الدرس وانت نايم
Dibaca: Izzay bi tifham addars wainta nayim
Artinya: Gimana mo’ paham pelajaran. Tidur terus, sih ente!
3. Meletakkan huruf "حَ" pada awal fi’il mudlâri’ الفعل المضارع) ) yang menunjukkan peristiwa yang akan terjadi (future tense). Ia menggantikan fungsi (makna) huruf "س" atau "سوف" dalam bahasa Arab fushHa. Perlu diingat juga, umumnya huruf awal fi’il mudlâri’ tersebut diucapkan secara samar antara kasrah dan fathah امالة ) (
Contoh: حنروح الجامعة بكرة الصبح
Dibaca: Haneruh el gam’ah bukroh essubh
Artinya: Besok pagi kita akan berangkat ke kampus
4. Menambahkan huruf "شْ" (sukun) pada setiap akhir kata kerja/benda yang didahului dengan huruf ما "النافية"
Contoh: ما عنديش فلوس ما أكلتش من امبارح أنا
Dibaca: Ana ma andisy fulûs, ma akaltusy minimbârih
Artinya: Ana gak punya duit, blum makan nih dari kemarin .